
Investor Jepang Siap Beli Saham Bank Permata?
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
10 December 2018 16:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar divestasi saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) kembali mencuat ke permukaan. Rumor yang beredar di kalangan pelaku pasar Bank Permata dikabarkan akan dibeli oleh salah satu perusahaan keuangan asal Jepang.
Divestasi akan dilakukan oleh pemegang saham karena dua pemegang saham dikabarkan sudah tidak saling sejalan dalam mengembangkan bisnis Bank Permata. Dua pemegang saham terbesar Bank Permata adalah Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk (ASII) yang masing-masing mempunyai kepemilikan 44,56%.
Rumor di kalangan pelaku pasar tersebut menyebutkan, pihak Standard Chartered Bank sebagai pihak yang paling ngotot akan melepas saham Bank Permata. Kinerja Bank Permata yang cenderung stagnan sangat sulit tanpa suntikan modal lagi.
Sementara itu, pihak Astra disebut-sebut tidak bersedia menambah modal lagi untuk menyehatkan kondisi keuangan. Ini menyulitkan bagi kedua pemegang saham tersebut untuk memperbaiki kinerja Bank Permata dan Astra tidak punya kompetensi dalam menangani bank.
Namun belum disebutkan juga siapa lembaga keuangan asal Jepang yang akan mencaplok Bank Permata tersebut.
CNBC Indonesia sudah berupaya melakukan konfirmasi ke pihak-pihak terkait. Head of Corporate Affairs Stanchart Bank Indonesia Dody Rochadi saat dihubungi mengatakan masih akan menyusun jawaban atas pertanyaan dari CNBC Indonesia.
Beberapa waktu lalu CEO Standard Chartered Bank Group Bill Winters menguraikan kondisi bisnis Bank Permata Tbk saat berbincang dengan Christine Tan dalam acara Managing Asia yang ditayangkan CNBC, Jumat (23/11/2018).
Ia mengakui anak usahanya tersebut menghadapi tantangan yang berat dalam membersihkan bank yang dimilikinya bersama Astra International. Winters juga mengungkapkan tiga pilihan yang tersedia baginya terkait kepemilikan saham perusahaan di Bank Permata.
"Beli, jual, atau tahan...Itu adalah pilihannya. Beli, jual, atau tahan. Dan jika kami membeli, kami beli. Jika kami jual, kami jual. Dan kemudian jika kami menahannya, kami memiliki rencana untuk dapat terus membuat bank menjadi baik. Tapi itulah yang kami kerjakan bersama dengan Astra," jawab Bill saat ditanya soal rencana Christine Tan.
Standart Chartered Bank dikabarkan akan mengumumkan penjualan saham Bank Permata milik mereka pada Februari 2019.
Seperti dikutip dari Reuters, sebelum santer disebut sejumlah konsorsium yang dipimpin Farallon Capital Management memburu 44,56% saham yang dimiliki Standart Chartered.
Pada kuartal III-2018, Bank Permata mencetak laba bersih Rp 494 miliar. Angka ini turun 30,23% dibandingkan laba kuartal III-2017 yang mencapai Rp 708 miliar.
Dalam 9 bulan lalu, kredit Bank Permata tumbuh 15% (YoY) dari Rp 92,8 triliun menjadi Rp 107 triliun. Bila dibandingkan akhir akhir Desember 2017, kredit Bank Permata tumbuh 10%. Sejalan dengan pertumbuhan kredit tersebut, pendapatan bunga mengalami peningkatan sebesar 3% YoY menjadi Rp 4,2 triliun pada akhir September 2018.
Posisi Net Interest Margin (NIM) juga membaik dari 3,94% di September 2017 menjadi 4,02% di September 2018 sebagai hasil dari kredit yang terus bertumbuh dan pengelolaan neraca bank yang lebih optimal.
Di tengah tren peningkatan suku bunga yang terjadi saat ini, bank secara berhati-hati terus menjaga pertumbuhan dana yang dibutuhkan untuk mengimbangi pertumbuhan kredit. Dana pihak ketiga tumbuh sebesar 5% YoY, terutama berasal dari pertumbuhan deposito sebesar 13%.
Rasio intermediasi atau Loan to Deposit Ratio (LDR) naik dari 83% menjadi 91%. Rasio kredit bermasalah (NPL) gross dan NPL net per September 2018 masing-masing sebesar 4,8% dan 1,7%. Adapun coverage ratio sebesar 189% bulan September 2018.
Hingga penutupan perdagangan hari ini, harga saham Bank Permata ditutup terkoreksi 1,26% ke level harga Rp 470/saham.
(hps/wed) Next Article Bank Permata & SCBI Bungkam Soal Masuknya Investor Jepang
Divestasi akan dilakukan oleh pemegang saham karena dua pemegang saham dikabarkan sudah tidak saling sejalan dalam mengembangkan bisnis Bank Permata. Dua pemegang saham terbesar Bank Permata adalah Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk (ASII) yang masing-masing mempunyai kepemilikan 44,56%.
Rumor di kalangan pelaku pasar tersebut menyebutkan, pihak Standard Chartered Bank sebagai pihak yang paling ngotot akan melepas saham Bank Permata. Kinerja Bank Permata yang cenderung stagnan sangat sulit tanpa suntikan modal lagi.
Sementara itu, pihak Astra disebut-sebut tidak bersedia menambah modal lagi untuk menyehatkan kondisi keuangan. Ini menyulitkan bagi kedua pemegang saham tersebut untuk memperbaiki kinerja Bank Permata dan Astra tidak punya kompetensi dalam menangani bank.
CNBC Indonesia sudah berupaya melakukan konfirmasi ke pihak-pihak terkait. Head of Corporate Affairs Stanchart Bank Indonesia Dody Rochadi saat dihubungi mengatakan masih akan menyusun jawaban atas pertanyaan dari CNBC Indonesia.
Beberapa waktu lalu CEO Standard Chartered Bank Group Bill Winters menguraikan kondisi bisnis Bank Permata Tbk saat berbincang dengan Christine Tan dalam acara Managing Asia yang ditayangkan CNBC, Jumat (23/11/2018).
Ia mengakui anak usahanya tersebut menghadapi tantangan yang berat dalam membersihkan bank yang dimilikinya bersama Astra International. Winters juga mengungkapkan tiga pilihan yang tersedia baginya terkait kepemilikan saham perusahaan di Bank Permata.
"Beli, jual, atau tahan...Itu adalah pilihannya. Beli, jual, atau tahan. Dan jika kami membeli, kami beli. Jika kami jual, kami jual. Dan kemudian jika kami menahannya, kami memiliki rencana untuk dapat terus membuat bank menjadi baik. Tapi itulah yang kami kerjakan bersama dengan Astra," jawab Bill saat ditanya soal rencana Christine Tan.
Standart Chartered Bank dikabarkan akan mengumumkan penjualan saham Bank Permata milik mereka pada Februari 2019.
![]() |
Fokus Penyehatan
Sementara itu, Head Corporate Communication Astra International Boy Kelana Soebroto, mengatakan tidak ingin mengomentari soal rumor tersebut. "Maaf, kami tidak akan mengomentari rumor market. Kami fokus pada penyehatan Bank Permata," kata Boy.Boy menambahkan, ada tiga langkah strategis yang akan ditempuh oleh Bank Permata untuk meningkatkan kinerja adalah dengan memprioritaskan pada hal-hal sebagai berikut; Pertama, memperkuat kapabilitas bisnis dan kinerja keuangan Bank Permata melalui peningkatan pendapatan operasional, meningkatkan efisiensi, produktivitas dan pengendalian kerugian kredit melalui manajemen risiko yang baik. Kedua, membentuk keunggulan bisnis melalui sinergi usaha dengan pemegang saham utama.
Ketiga, membangun enabler bisnis seperti menciptakan budaya kredit yang mengutamakan pertumbuhan aset yang pruden, evaluasi desain dan layanan jaringan cabang (network) yang efisien dan efekif. "Digitalisasi proses untuk pelayanan dan pengalaman nasabah yang lebih baik serta menciptakan pelayanan nasabah Bank yang lebih sederhana, cepat dan handal," tambah Boy.
Sebelumnya, ramai diberikan soal divestasi saham Bank Permata tersebut. Sejulamh spekulasi merebak terkait penjualan ini saham Bank Permata.Ketiga, membangun enabler bisnis seperti menciptakan budaya kredit yang mengutamakan pertumbuhan aset yang pruden, evaluasi desain dan layanan jaringan cabang (network) yang efisien dan efekif. "Digitalisasi proses untuk pelayanan dan pengalaman nasabah yang lebih baik serta menciptakan pelayanan nasabah Bank yang lebih sederhana, cepat dan handal," tambah Boy.
Seperti dikutip dari Reuters, sebelum santer disebut sejumlah konsorsium yang dipimpin Farallon Capital Management memburu 44,56% saham yang dimiliki Standart Chartered.
Pada kuartal III-2018, Bank Permata mencetak laba bersih Rp 494 miliar. Angka ini turun 30,23% dibandingkan laba kuartal III-2017 yang mencapai Rp 708 miliar.
Dalam 9 bulan lalu, kredit Bank Permata tumbuh 15% (YoY) dari Rp 92,8 triliun menjadi Rp 107 triliun. Bila dibandingkan akhir akhir Desember 2017, kredit Bank Permata tumbuh 10%. Sejalan dengan pertumbuhan kredit tersebut, pendapatan bunga mengalami peningkatan sebesar 3% YoY menjadi Rp 4,2 triliun pada akhir September 2018.
Posisi Net Interest Margin (NIM) juga membaik dari 3,94% di September 2017 menjadi 4,02% di September 2018 sebagai hasil dari kredit yang terus bertumbuh dan pengelolaan neraca bank yang lebih optimal.
Di tengah tren peningkatan suku bunga yang terjadi saat ini, bank secara berhati-hati terus menjaga pertumbuhan dana yang dibutuhkan untuk mengimbangi pertumbuhan kredit. Dana pihak ketiga tumbuh sebesar 5% YoY, terutama berasal dari pertumbuhan deposito sebesar 13%.
Rasio intermediasi atau Loan to Deposit Ratio (LDR) naik dari 83% menjadi 91%. Rasio kredit bermasalah (NPL) gross dan NPL net per September 2018 masing-masing sebesar 4,8% dan 1,7%. Adapun coverage ratio sebesar 189% bulan September 2018.
Hingga penutupan perdagangan hari ini, harga saham Bank Permata ditutup terkoreksi 1,26% ke level harga Rp 470/saham.
(hps/wed) Next Article Bank Permata & SCBI Bungkam Soal Masuknya Investor Jepang
Most Popular