
Internasional
Ekonomi AS Diperkirakan Makin Terpuruk di 2020
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
10 December 2018 06:24

Washington, CNBC Indonesia - Warga Amerika Serikat (AS) tahun depan akan mulai merasakan dampak dari perlambatan ekonomi dunia, kata kepala ekonom Dana Moneter Internasional (IMF) Maurice Obstfeld dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan Minggu (9/12/2018).
Namun, ia mengatakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu tidak akan mengalami resesi baru.
"Kami telah lama memperkirakan pertumbuhan (AS) yang lebih rendah di 2019 dibandingkan apa yang kita lihat tahun ini," karena dampak stimulus fiskal dan anggaran pemerintahan Presiden Donald Trump yang mulai menghilang, ujarnya.
"Perlambatan itu akan menjadi lebih dalam lagi kemungkinan di 2020 dibandingkan di 2019, menurut data yang kami cermati," kata Obstfeld, dilansir dari AFP, Senin.
Ia berbicara dalam sebuah wawancara dengan The Wall Street Journal dan The Financial Times beberapa hari sebelum pensiun dari lembaga internasional tersebut.
IMF sebelumnya telah merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan 2019 untuk AS menjadi 2,5% dari 2,8% tahun ini.
Untuk seluruh dunia, sepertinya terjadi suatu keadaan di mana "udara keluar dari sebuah balon", tambah Obstfeld yang merujuk pada kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga di Asia dan Eropa yang lebih lemah dari perkiraan.
"Itu akan kembali dan juga berdampak kepada AS," ujarnya.
Ia kembali menyayangkan ketegangan perdagangan, antara tidak hanya AS dan China tapi juga antara AS dan negara-negara lainnya termasuk di Eropa, yang mengancam pertumbuhan ekonomi global.
Namun, ia menepis kemungkinan bahwa dunia akan mengalami kondisi Great Depression baru sebagaimana yang terjadi di 1930an ketika perdagangan global benar-benar hancur akibat halangan perdagangan.
"Saya memandang ketegangan saat ini mungkin bersifat merusak karena ada banyak investasi dan produksi global yang terkait perdagangan," ungkapnya. "Namun, (hal itu) tidak menyebabkan kehancuran sebagaimana yang kita lihat di 1930an."
Setelah pensiun, posisi Obstfeld akan digantikan oleh profesor Harvard, Gita Gopinath.
(prm) Next Article Bukan Bola Kristal, Inverted Yield tak Selalu Ramalkan Resesi
Namun, ia mengatakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu tidak akan mengalami resesi baru.
"Kami telah lama memperkirakan pertumbuhan (AS) yang lebih rendah di 2019 dibandingkan apa yang kita lihat tahun ini," karena dampak stimulus fiskal dan anggaran pemerintahan Presiden Donald Trump yang mulai menghilang, ujarnya.
Ia berbicara dalam sebuah wawancara dengan The Wall Street Journal dan The Financial Times beberapa hari sebelum pensiun dari lembaga internasional tersebut.
IMF sebelumnya telah merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan 2019 untuk AS menjadi 2,5% dari 2,8% tahun ini.
Untuk seluruh dunia, sepertinya terjadi suatu keadaan di mana "udara keluar dari sebuah balon", tambah Obstfeld yang merujuk pada kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga di Asia dan Eropa yang lebih lemah dari perkiraan.
"Itu akan kembali dan juga berdampak kepada AS," ujarnya.
Ia kembali menyayangkan ketegangan perdagangan, antara tidak hanya AS dan China tapi juga antara AS dan negara-negara lainnya termasuk di Eropa, yang mengancam pertumbuhan ekonomi global.
Namun, ia menepis kemungkinan bahwa dunia akan mengalami kondisi Great Depression baru sebagaimana yang terjadi di 1930an ketika perdagangan global benar-benar hancur akibat halangan perdagangan.
"Saya memandang ketegangan saat ini mungkin bersifat merusak karena ada banyak investasi dan produksi global yang terkait perdagangan," ungkapnya. "Namun, (hal itu) tidak menyebabkan kehancuran sebagaimana yang kita lihat di 1930an."
Setelah pensiun, posisi Obstfeld akan digantikan oleh profesor Harvard, Gita Gopinath.
(prm) Next Article Bukan Bola Kristal, Inverted Yield tak Selalu Ramalkan Resesi
Most Popular