Bila AS Resesi, Ini Dampaknya ke RI

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
06 December 2018 18:07
Kurva imbal hasil (yield curve) obligasi Amerika Serikat (AS) telah terbalik dan menyebabkan kondisi yang disebut inverted yield sejak Senin pekan ini.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurva imbal hasil (yield curve) obligasi Amerika Serikat (AS) telah terbalik dan menyebabkan kondisi yang disebut inverted yield sejak Senin pekan ini. Pelaku pasar cemas kondisi ini akan mengakibatkan terjadinya resesi di Negeri Paman Sam.

Hari ini, Kamis (6/12/2018), untuk kali pertama sejak krisis keuangan global 2007, imbal hasil obligasi AS bertenor lima tahun lebih rendah daripada yield surat utang berjangka waktu dua tahun. Hal yang sama terjadi dengan yield obligasi bertenor lima dan tiga tahun.


Sementara itu, spread yield antara obligasi 10 dan dua tahun, yang dipandang sebagai indikator resesi yang akurat, telah menipis hingga 0,11% dan dikhawatirkan akan segera jatuh ke zona negatif.

"Yield obligasi jangka pendek dan jangka panjang di AS terbalik, dan memberi sinyal bahwa investor mengantisipasi risiko serius di perekonomian AS dalam beberapa tahun mendatang," tulis Satria Sambijantoro dan Ananka, ekonom Bahana Sekuritas, dalam risetnya hari Kamis.

Setiap resesi ekonomi dalam lebih dari 60 tahun terakhir telah diawali oleh fenomena inverted yield curve ini karena permintaan bond bertenor pendek jatuh karena risiko yang membayangi perekonomian, lanjutnya.

Lantas, apa dampaknya terhadap ekonomi Indonesia bila AS pada akhirnya benar-benar mengalami resesi?

Jika kondisi ekonomi AS memburuk di 2019, perekonomian global akan masuk ke dalam situasi di mana investor enggan mengambil risiko. Hal ini akan meningkatkan permintaan aset-aset safe haven, seperti dolar AS. Kondisi ini tentu akan memperlemah rupiah

Selain itu, tingginya permintaan aset-aset safe haven dapat menyedot likuiditas dari negara-negara pasar berkembang, tulis Bahana.


"Ekspor Indonesia dapat juga menjadi korban dari melambatnya pertumbuhan AS. Dari Januari hingga Oktober, Indonesia menikmati surplus perdagangan US$7,1 miliar dengan AS - surplus perdagangan terbesar kedua yang Indonesia catatkan tahun ini," tambahnya.


(prm) Next Article Bukan Bola Kristal, Inverted Yield tak Selalu Ramalkan Resesi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular