Happy Weekend! Rupiah Kembali Jadi Juara di Asia

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
07 December 2018 17:39
Data Cadev dan Intervensi BI Jaga Rupiah Tetap Stabil
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Karena dolar AS balik menguat, sejumlah mata uang Asia pun tak kuasa terseret ke zona merah selepas siang ini. Tekanan yang sama juga terjadi pada rupiah, hingga penguatan mata uang tanah air sempat mengendur.

Meski tergerus, penguatan rupiah nyatanya tetap stabil di level yang tinggi, hingga mampu menjadi juara Asia hari ini. Setidaknya ada 2 alasan dari dalam negeri yang menopang penguatan rupiah. PertamaBank Indonesia (BI) merilis posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2018. Cadangan devisa tercatat US$ 117,2 miliar naik US$ 2 miliar dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau di Oktober yang "hanya" US$ 115,2 miliar.

Sudah dua bulan berturut-turut cadangan devisa RI mengalami kenaikan, setelah dalam periode Januari-September 2018 selalu mengalami penurunan.



"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," jelas BI dalam keterangannya seperti dikutip Jumat (7/12/2018).

Posisi cadangan devisa yang kuat mengindikasikan bahwa rupiah bisa lebih tahan terhadap gejolak eksternal yang terjadi. Hal ini lantas menjadi pijakan bagi rupiah untuk bisa bergerak menguat.

Kedua, keberhasilan rupiah untuk menjadi mata uang terbaik di kawasan Asia tak lepas dari peran Bank Indonesia (BI).

Mengakui melakukan intervensi, BI mengatakan tak melakukan intervensi menyeluruh di pasar Surat Berharga Negara (SBN), pasar spot, maupun Domestik Non-Delivery Forward (DNDF) sekaligus. Keberhasilan membawa rupiah kembali ke kisaran Rp 14.400/dolar AS dilakukan hanya dengan menggunakan satu intervensi.

"BI hanya intervensi di pasar DNDF. Ini mempengaruhi pasar spot dan offshore NDF," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, Jumat (7/12/2018).
"Jadi BI memang intervensi di pasar DNDF saja untuk pushing down NDF yang offshore (di luar negeri) nah ini berpengaruh ke spot," tambah Nanang.

Sebagai tambahan, rupiah juga mendapatkan kekuatan turunnya harga minyak mentah dunia. Harga minyak mentah jenis brent kontrak Februari 2019 turun sebesar 0,65% ke level US$ 59,67/barel, hingga pukul 11.05 WIB hari ini. Di waktu yang sama, harga minyak mentah light sweet kontrak Januari 2019 juga terkoreksi 0,48% ke level US$ 51,24/barel.

BACA: Nantikan Keputusan OPEC, Harga Minyak Lanjutkan Pelemahan

Pelaku pasar cenderung masih bermain aman setelah Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memutuskan untuk menunda keputusan akhir pemangkasan produksi hingga hari ini. Investor pun cenderung merespon negatif rencana volume pemangkasan yang lebih sedikit dari ekspektasi sebelumnya.

Harga minyak mentah yang rendah akan memunculkan harapan bahwa defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) akan menipis pada kuartal-IV 2018. Sebelumnya pada kuartal-II dan III, CAD membengkak di atas 3% dari PDB, seiring dengan besarnya defisit dagang di pos minyak dan gas.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(RHG/dru)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular