Nantikan Keputusan OPEC, Harga Minyak Lanjutkan Pelemahan

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
07 December 2018 11:28
Pada  hari Jumat (7/12/2018), harga minyak mentah brent kontrak Februari 2019 turun sebesar 0,65% ke level US$ 59,67/barel, hingga pukul 11.05 WIB.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC IndonesiaPada perdagangan hari Jumat (7/12/2018), harga minyak mentah jenis brent kontrak Februari 2019 turun sebesar 0,65% ke level US$ 59,67/barel, hingga pukul 11.05 WIB. Di waktu yang sama, harga minyak mentah light sweet kontrak Januari 2019 juga terkoreksi 0,48% ke level US$ 51,24/barel.

Kedua harga minyak mentah kontrak berjangka masih mampu belum mampu bangkit pasca kemarin tertekan cukup dalam.

Pada penutupan perdagangan hari Kamis (6/12/2018), harga minyak light sweet dan brent masing-masing terkoreksi 2,65% dan 2,44%. Kedua harga minyak kontrak berjangka ini bahkan sempat jatuh hingga 5% lebih kemarin, sebelum akhirnya menipiskan pelemahan di akhir perdagangan.

Pelaku pasar cenderung masih bermain aman setelah Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memutuskan untuk menunda keputusan akhir pemangkasan produksi hingga hari ini. Investor pun cenderung merespon negatif rencana volume pemangkasan yang lebih sedikit dari ekspektasi sebelumnya.



Sejak kemarin, harga minyak tertekan oleh pertemuan OPEC dan sekutunya (termasuk Rusia) yang berakhir tanpa adanya keputusan berapa banyak pasokan minyak yang akan dikurangi dari pasar, meski kartel minyak dunia ini dilaporkan sepakat mengambil kebijakan pemangkasan produksi.

OPEC menunda keputusan terkait kuota pemangkasan secara detail, hingga berbincang dengan Rusia pada hari ini.

BACA: Pertemuan OPEC Berakhir Tanpa Keputusan Soal Produksi Minyak

Awalnya, pelaku pasar berekspektasi bahwa OPEC cs akan  memangkas pasokan paling tidak 1,3 juta barel/hari. Namun, Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan kepada wartawan hari Kamis pagi waktu setempat bahwa pemangkasan 1 juta barel sudah cukup, dilansir dari CNBC International.

"Jumlah yang kita butuhkan adalah kurang dari 1,3 (juta barel/hari). Apakah sejuta? Apakah agak lebih sedikit, atau agak lebih banyak? Kita sudah berdiskusi sepanjang hari pada hari ini dan sebagian pada esok hari untuk menentukan angka itu," ucap al-Falih.

Pelaku pasar pun dibuat bertanya-tanya, apakah pemangkasan 1 juta barel/hari sudah cukup untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan di tahun 2019, mengingat produsen utama seperti AS, Rusia, Arab Saudi, dan Irak telah menggenjot produksinya di tahun ini.

Produksi minyak gabungan OPEC, Rusia, dan AS bahkan sudah meningkat 3,3 juta barel/hari sejak akhir 2017, ke angka 56,38 juta barel/hari, memenuhi hampir 60% konsumsi global.

Kekahwatiran pasar ini pun diterjemahkan menjadi koreksi harga minyak. Kemungkinan pasar mengalami kondisi oversuplai di tahun depan masih terbuka lebar.

Terlebih, ada kemungkinan kontribusi Rusia pada pemangkasan produksi tidak akan terlalu signifikan. Pasalnya, kemarin Menteri Energi Rusia Alexander Novak menyatakan bahwa akan lebih sulit bagi Moskow untuk merealisasikan pengurangan produksi seiring cuaca yang dingin sedang melanda lapangan minyak di Negeri Beruang Merah. 

Keputusan OPEC pun nampaknya juga masih dipengaruhi oleh adanya intervensi dari Trump. Orang no. 1 di AS ini meminta OPEC untuk tak membatasi produksi minyak mentah.

"Berharap OPEC akan menjaga aliran minyak seperti apa adanya, tidak dibatasi. Dunia tidak ingin melihat, atau membutuhkan, harga minyak yang lebih tinggi," tulis Trump di akun Twitter.

Sekadar mengingatkan, pada Juni 2018 OPEC sempat meningkatkan produksi pasca dikritik habis-habisan oleh Trump.

BACA: Ada Pertemuan OPEC, Cuitan Trump Bikin Harga Minyak Menciut

Di sisi lain, ada sentimen yang mampu memberikan dukungan bagi harga minyak mentah. Cadangan minyak mentah AS turun sebesar 7,3 juta barel pada pekan lalu, jauh lebih besar dibandingkan pelaku pasar yang meramalkan penurunan sebesar 1,3 juta barel. 

(TIM RISET CNBC INDONESIA)
   

(RHG/gus) Next Article Tak Bisa Tahan, Harga Minyak Turun karena Perlambatan Global

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular