Internasional

Pertemuan OPEC Berakhir Tanpa Keputusan Soal Produksi Minyak

Bernhart Farras, CNBC Indonesia
07 December 2018 09:05
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dilaporkan setuju untuk memangkas produksi minyak.
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger
Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dilaporkan setuju untuk memangkas produksi minyak. Namun, kartel itu mengakhiri pertemuan yang dinanti-nantikan pada Kamis (7/12/2018) tanpa menentukan berapa banyak minyak yang akan dikurangi dari pasar.

Kartel minyak OPEC yang berpengaruh berkumpul di markas besarnya di Wina, Austria, dengan tujuan mencapai kesepakatan untuk menahan jumlah produksi. Organisasi beranggotakan 15 negara itu akan mengadakan pembicaraan dengan negara-negara penghasil minyak yang juga merupakan sekutunya, termasuk Rusia, hari Jumat.


Pertemuan yang ditunggu-tunggu itu diadakan pada saat pasar minyak mendekati bagian bawah harga terburuknya sejak krisis keuangan tahun 2008. Harga minyak jatuh sekitar 30% selama dua bulan terakhir dan meningkatkan tekanan terhadap anggaran di negara-negara pengekspor minyak.

Namun penolakan Rusia untuk berkomitmen terhadap kuota produksi dan kegagalan OPEC untuk menuntaskan detail kesepakatan menggarisbawahi perpecahan dalam aliansi yang berumur 2 tahun itu meskipun mereka sepakat perlu mengambil beberapa tindakan untuk mendorong harga pasar.



Pada prinsipnya, OPEC telah setuju untuk mengurangi produksi, menurut dua sumber kepada Reuters, Kamis, dilansir dari CNBC International. Namun, OPEC menunda pembuatan keputusan tentang seberapa banyak mereka akan memotong produksi hingga setelah bertemu dengan Rusia pada Jumat.

OPEC juga membatalkan konferensi pers yang dijadwalkan.



"Fakta bahwa mereka mengatakan debat akan berlanjut besok, menekankan adanya kekacauan," kata John Kilduff, founding partner di hedge fund Energy Again Capital.



Arab Saudi, produsen terbesar OPEC, hari Kamis mengisyaratkan bahwa kelompok tersebut dapat mengurangi produksi kurang dari jumlah yang diharapkan pasar.

Pertemuan OPEC Berakhir Tanpa Keputusan Soal Produksi MinyakFoto: Infografis/Sidang Opec/Edward Ricardo
Arab telah menyerukan pemangkasan suplai, di tengah melonjaknya pasokan dan kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi akan mengikis permintaan bahan bakar. Sebelumnya, kerajaan kaya minyak itu mengindikasikan ingin kelompok itu mengekang produksi setidaknya 1,3 juta barel per hari (bph).



Namun, Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan kepada wartawan Kamis pagi bahwa pemotongan produksi 1 juta bph akan cukup untuk OPEC dan produsen sekutunya. Sebagian karena Alberta, Kanada yang pekan ini mengumumkan akan membutuhkan produsen untuk memangkas produksi sekitar 325.000 bpd untuk menguras stok minyak mentah provinsi itu yang melimpah.



"Jumlah yang kita butuhkan akan kurang dari 1,3 juta. Apakah itu satu juta? Apakah itu sedikit kurang, sedikit lebih banyak? Kita punya hari ini dan beberapa besok untuk menentukan angka-angka itu," kata Falih.



Kabar ini membuat harga patokan internasional minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate AS anjlok lebih dari 4%, karena para pelaku pasar energi khawatir aliansi energi hanya akan berhasil memaksakan langkah-langkah di bias bawah ekspektasi.

 Brent diperdagangkan pada US$59,09 (Rp 858.432) per barel, turun 4%, pada sekitar 22:22 WIB hari Kamis, sementara WTI di US$50,57, turun 4,4%.


Tahun lalu, OPEC mulai membatasi pasokan dalam kemitraan dengan Rusia dan beberapa negara lain untuk mengakhiri penurunan harga minyak. Aliansi ini berbalik arah dan setuju untuk menaikkan produksi pada Juni setelah mengurangi jumlah minyak lebih banyak daripada yang dimaksudkan. Ini juga disebabkan oleh produksi Venezuela yang terjun bebas dan gangguan pasokan di Libya.




Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump hari Rabu kembali mendesak OPEC agar menjaga produksi tetap stabil dan menurunkan harga minyak mentah.

"Semoga OPEC akan menjaga aliran minyak seperti saat ini, tidak dibatasi. Dunia tidak mau melihat, atau membutuhkan, harga minyak yang lebih tinggi!" tulis Trump di Twitter.
(prm) Next Article Arab Sebut Produsen Minyak Mau Turunkan Suplai, Harga Naik?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular