
Harga Minyak di Atas US$ 60/Barel, Yakin Ekonomi Pulih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak yang sudah naik terus-terusan kini mulai melandai. Bahkan pada perdagangan pagi hari ini, Rabu (17/2/2021) harga kontrak futures (berjangka) minyak terkoreksi.
Penurunan harga minyak kali ini kemungkinan adalah salah satu bentuk koreksi yang wajar mengingat harga si emas hitam sudah naik ke posisi tertingginya dalam 13 bulan terakhir. Ada indikasi para trader mulai memanfaatkan momentum untuk ambil untung.
Harga kontrak Brent terpangkas 0,79% ke US$ 62,85/barel, sementara itu di saat yang sama harga kontrak West Texas Intermediate (WTI) turun 0,73% ke US$ 59,61/barel.
Harga minyak terus menguat sejak bulan November. Bombardir kabar positif terkait pengembangan vaksin Covid-19, pemulihan ekonomi yang gradual hingga komitmen pemangkasan produksi oleh para kartel menjadi angin segar bagi pasar.
Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak dan aliansinya (OPEC+) saat ini masih patuh pada pakta pemangkasan produksi. Arab Saudi sebagai pemimpin de facto OPEC bahkan sampai memangkas produksinya secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari pada Februari dan Maret untuk mengkompensasi kenaikan output Rusia.
Komitmen OPEC+ untuk menjaga keseimbangan supply dan demand minyak di pasar direspons positif oleh banyak pihak. Ketika ditanya soal apakah OPEC akan melonggarkan pengetatan produksi di tengah reli harga minyak seperti saat ini, salah seorang delegasi pun menjawab akan ada penyesuaian.
"Ya, jika permintaan pulih seperti yang kami perkirakan, OPEC+ akan mengurangi penyesuaian produksi secara bertahap, selalu berpikir untuk mengurangi kelebihan persediaan," kata seorang delegasi OPEC kepada Reuters.
Pertemuan OPEC+ selanjutnya jatuh pada 4 Maret. Dua pertanyaan kunci untuk OPEC+ saat ini adalah apakah Arab Saudi akan menarik kembali pemangkasan produksi secara sukarela sebesar 1 juta bph yang akan berakhir bulan depan dan apakah ada ruang untuk peningkatan tambahan pasokan dari seluruh kelompok.
Sampai saat ini Riyadh belum membagikan rencananya setelah Maret dengan mitra OPEC+, banyak yang menilai bahwa Arab Saudi akan mulai menggenjot produksinya secara bertahap.
"Harga minyak sangat bagus sekarang sehingga tidak perlu bagi Saudi untuk melanjutkan pemotongan sukarela setelah Maret," kata sumber OPEC+. "Namun tidak jelas apakah Saudi akan mengembalikan 1 juta bpd secara bertahap atau tidak."
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! Arab Saudi Siap Pangkas Produksi, Harga Minyak Rekor