Sentimen Eksternal & Domestik Bawa IHSG Melemah 0,25%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 December 2018 09:49
Sentimen Eksternal & Domestik Bawa IHSG Melemah 0,25%
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan jual masih menghampiri bursa saham tanah air. Dibuka melemah 0,62% ke level 6.095,01, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat meluncur turun ke titik terendahnya di level 6.086.13 (-0,77%). Pada pukul 09:41 WIB, IHSG melemah 0,25% ke level 6.118,11.

Performa IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 1,42%, indeks Shanghai turun 0,83%, indeks Hang Seng turun 2,21%, indeks Strait Times turun 1,21%, dan indeks Kospi turun 0,74%.

Pasar obligasi AS yang masih mengindikasikan terjadinya resesi membuat pasar saham Asia kembali ditinggalkan investor. Sebagai informasi, pada perdagangan kemarin bursa obligasi AS diliburkan guna menghormati pemakaman mantan Presiden AS George HW Bush yang meninggal beberapa hari yang lalu.

Pada penutupan perdagangan hari Selasa (4/12/2018), yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun berada di level 2,811% dan tenor 3 tahun berada di level 2,819%, lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun yang sebesar 2,799%.

Fenomena yang disebut dengan yield curve inversion ini mengindikasikan adanya tekanan yang signifikan dalam perekonomian AS dalam waktu dekat, sehingga investor meminta yield lebih tinggi untuk obligasi bertenor pendek.

"Ada kekhawatiran karena terjadi inverted yield. Sebab, ini merupakan tanda-tanda awal terjadinya resesi," tegas Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services yang berbasis di Indiana, mengutip Reuters.

Pada perdagangan hari ini, yield obligasi tenor 2 (2,7967%) dan 3 tahun (2,8133%) masih lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun (2,7803%).

Yield curve inversion memang merupakan sesuatu yang amat penting. Pasalnya, hal yang kini terjadi pada pasar obligasi AS mendahului 3 resesi terakhir yang dialaminya (1990, 2001, dan 2007).


Euforia damai dagang AS-China yang sempat membuat bursa saham dunia melesat pada hari Senin (3/12/2018) ternyata tak bertahan lama. Seiring berjalannya waktu, terungkap bahwa ternyata pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Xi Jingping di Buenos Aires pada akhir pekan lalu menyisakan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

Masing-masing negara memiliki pernyataan versinya sendiri yang menempatnya dirinya sebagai ‘pemenang’ dalam perundingan di sela-sela KTT G-20. Seperti dilansir dari Washington Post yang mengutip publikasi dari Bloomberg, pernyataan resmi dari masing-masing negara menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.

Perbedaan tersebut meliputi tenggat waktu 90 hari untuk menyelesaikan konflik dagang serta klaim dari Trump yang menyatakan bahwa China akan meningkatkan pembelian produk-produk agrikultur dari AS secepatnya.

Pernyataan dari kubu AS juga menyinggung bahwa merger antara Qualcomm dan NXP bisa kembali dipertimbangkan oleh Presiden Xi setelah sempat diblok beberapa waktu yang lalu. Tak ada konfirmasi mengenai hal ini dari kubu China.

Bahkan, pejabat pemerintahan China dilaporkan “bingung dan jengkel” dengan kelakuan pejabat pemerintahan AS, Washington Post melaporkan dengan mengutip mantan pejabat pemerintahan AS yang berkomunikasi dengan pejabat pemerintahan China.

“Anda tak (seharusnya) melakukan ini kepada China. Anda (seharusnya) tak mengumumkan dengan penuh kemenangan konsesi yang diberikan mereka di hadapan publik. Itu merupakan sebuah kegilaan,” kata pejabat tersebut.



Dari dalam negeri, pelaku pasar saham tanah air dibuat grogi dalam menantikan rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode November 2018. Melansir Trading Economics, data ini akan dipublikasikan pada pukul 16:00 WIB.

Rilis data ini menjadi penting guna mengetahui prospek dari konsumsi masyarakat Indonesia di sisa tahun ini. Untuk IKK periode Oktober 2018, angkanya diumumkan oleh Bank Indonesia (BI) di level 119,2, terendah dalam 20 bulan terakhir atau sejak Februari 2017.

Turunnya IKK bulan Oktober dipengaruhi oleh penurunan pada 2 komponen pembentuknya, yakni Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK). IKE turun menjadi 106,2, dari 110,2 pada bulan sebelumnya. Sementara itu, IEK turun menjadi 132,2, dari 134,5 pada bulan sebelumnya.

Jika IKK Indonesia kembali turun, maka konsumsi di sisa tahun ini bisa tertekan sehingga saham-saham yang erat kaitannya dengan konsumsi masyarakat bisa dilego investor.

Bermain aman, aksi jual sudah dilakukan sedari saat ini: indeks sektor barang konsumsi melemah sebesar 0,12%.

TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular