Tenang, Keperkasaan Dolar AS Hanya Sementara

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
06 December 2018 08:12
Tenang, Keperkasaan Dolar AS Hanya Sementara
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam dua hari terakhir menjadi mata uang paling lemah di antara mata uang negara negara kawasan.

Pada Rabu (5/11/2018), US$ 1 ditutup Rp 14.490 pada perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,74% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.


Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter memandang bahwa pelemahan rupiah terjadi karena faktor teknikal yang berasal dari perkembangan ekonomi global, bukan soal fundamental ekonomi RI.

"Pelemahan Rupiah lebih disebabkan terjadinya 'technical correction' dipicu oleh risk-off di pasar keuangan global," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah, Rabu (5/12/2018).

"Jadi bukan karena adanya perubahan faktor fundamental di dalam negeri," tegasnya.

Bank sentral melihat persepsi investor terhadap rupiah dalam satu bulan terakhir masih cukup positif sebagai respons atas meningkatnya suku bunga acuan BI.

Selain itu, meredanya sengketa dagang AS - China dan stance pejabat bank sentral AS (The Fed) yang dovish membuat pelaku pasar memilih bermain 'aman'.

"Banyak pelaku pasar mengambil short dolar AS atau long rupiah. [...] Sehingga ketika terjadi risk off di pasar keuangan global, banyak yang mengurangi short dan membeli dolar," jelasnya.


"Itu merupakan dinamika pasar yang biasa dan temporer, bukan karena adanya perubahan view terhadap rupiah dari positif menjadi negatif," tegas Nanang.

BI pun dengan sigap melakukan langkah-langkah antisipatif untuk menjaga kepercayaan pelaku pasar dengan membuka lelang domestik non deliverable forward (DNDF).

Sepanjang tahun ini, terutama pada periode Maret hingga September, dolar AS memang menunjukkan keperkasaannya terhadap sejumlah mata uang tak terkecuali rupiah.

Namun sejak akhir Oktober, keperkasaan greenback mulai memudar. Kondisi tersebut bisa dimanfaatkan dengan baik untuk mata uang sejumlah negara untuk menguat.



Depresiasi nilai tukar rupiah yang sempat berada di atas 10%, kini sudah berada di bawah level tersebut. Faktor domestik dan meredanya sentimen ketidakpastian global, menjadi pemicu utama.

Meski demikian, tak sedikit pejabat negara yang menyebut bahwa keperkasaan dolar AS akan kembali berlanjut di tahun depan. Greenback akan terus naik, dan menekan sejumlah mata uang.

"Dolar akan terus naik, dan bahkan saya masih waspada apakah harga minyak tidak akan kembali naik," kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong hari Rabu.

Meski demikian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai mata uang Garuda masih berpotensi menguat. Keyakinan tersebut tak lepas dari kondisi dalam beberapa minggu terakhir.



Nilai tukar rupiah yang sempat berada di atas level Rp 15.200/US$, sempat menyentuh level Rp 14.200/US$. Darmin cukup optimistis, dolar AS bisa kembali ke kisaran Rp 13.000/US$.

"Saya duga dia masih bisa tumbuh ke Rp 13.000/US$. Kalau didorong dengan baik, walaupun tidak. Bisa Rp 13.500/US$," jelasnya.


[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular