BI Hawkish, Penerbitan Surat Tahun Depan Lesu

Monica Wareza, CNBC Indonesia
05 December 2018 18:01
Kenaikan suku bunga acuan BI sebesar 175 bps membuat korporasi harus menanggung biaya dana yang tinggi.
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Analis menilai penerbitan surat utang baik obligasi dan sukuk korporasi di 2019 masih akan mengalami perlambatan seperti halnya yang terjadi di tahun ini. Penyebabnya adalah tingginya biaya dana (cost of fund) yang harus dikeluarkan oleh korporasi dan faktor likuiditas rupiah.

Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan langkah Bank Indonesia yang sudah menaikkan suku bunganya hingga 175 bps sepanjang tahun memberatkan biaya penerbitan surat utang bagi korporasi.


"Penerbitan obligasi korporasi baik konvensional atau sukuk agak slowing (melambat). Tahun 2019 tidak ada perubahan signifikan baik dari sisi return maupun penerbitan," kata Handy di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (5/12).

Menurut dia, terdapat beberapa faktor lain yang masih akan menjadi penyebab lambatnya penerbitan surat utang di tahun 2019. Faktornya antara lain kekhawatiran pengetatan likuiditas global yang terlebih dahulu sudah terjadi di Amerika Serikat dan akan disusul oleh Eropa dan Jepang.


Kemudian, perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang masih akan berlanjut hingga tahun depan yang masih ditakutkan oleh pelaku pasar. Lalu suku bunga The Fed yang masih akan naik hingga tahun depan dan fluktuasinya nilai mata uang di emerging market yang masih akan berlanjut.

Meski demikian, menurut dia masih ada beberapa katalis positif yang membuat pasar surat utang di tahun depan sedikit lebih baik, antara lain entry level yield yang jauh lebih tinggi. Kemudian kenaikan suku bunga Bank Indonesia di 2019 tidak akan sebesar 2019, diproyeksikan kenaikannya hanya 50 bps.


"Ada kemungkinan harga BBM naik di 2019. Tapi kami percaya dampak ke inflasi dan BI rate tidak akan tinggi. Karena inflasi di tahun ini hanya di level 3,2%-3,3% karena year to date baru 2,8%. Dengan rupiah stabil kami percaya BI tidak akan menaikkan suku bunga seperti tahun ini," jelas dia.

Dari sisi fiskal, defisit anggaran di 2019 diperkirakan hanya 1,84%. Untuk pasar obligasi akan berdampak positif alasannya jumlah penerbitan surat utang pemerintah tahun depan tidak akan meningkat di tahun ini, sehingga tingkat utang pemerintah dinilai masih managable (dikelola dengan baik).


Kemudian, Analis meyakini bahwa kemungkinan rating upgrade untuk Indonesia semakin besar di 2020. Selain itu, ketertarikan investor onshore untuk menyerap penerbitan obligasi di tahun depan akan cukup tinggi.

[Gambas:Video CNBC]





(roy) Next Article Pupuk Indonesia Terbitkan Obligasi Rp 2,5 T, Dapat Rating AAA

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular