
Selisih Kurs Tekan Laba, ATIC Bakal Hapuskan Utang
Monica Wareza, CNBC Indonesia
04 December 2018 13:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Laba bersih PT Anabatic Technologies Tbk (ATIC) lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu akibat tingginya rugi selisih kurs yang diderita perusahaan. Untuk itu, perusahaan akan melunasi utang-utangnya dalam bentuk dolar di akhir tahun ini senilai US$ 2 juta.
Direktur perusahaan Hendra Halim mengatakan beban kurs ini akan membuat keuangan perusahaan tertekan hingga akhir tahun ini. Sehingga diperkirakan laba perusahaan di akhir tahun tak akan sebesar akhir 2017 lalu.
"Proyeksi kita di akhir tahun bisa mencetak profit, masih dikejar untuk akhir tahun dan masih optimis masih profit tapi dibanding dengan tahun lalu labanya turun tidak jauh," kata Hendra du Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (4/12).
Untuk itu, perusahaan berniat untuk menyelesaikan utang dengan menggunakan dana yang diperoleh perusahaan dalam penerbitan obligasi wajib konversi (OWK) pertengahan tahun lalu. Dalam aksi korporasinya ini perusahaan memperoleh dana senilai Rp 560 miliar dan sisanya akan dipenuhi dengan kas internal perusahaan.
Perli diketahui hingga akhir September lalu perusahaan mengalami rugi akibat selisih kurs mencapai Rp 4,57 miliar. Selain karena selirih kurs, beban perusahaan yang tinggi akhir membuat perusahaan mencatatkan kerugian hingga Rp 14,41 miliar di periode tersebut. Turun tajam dari laba di periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 11,78 miliar.
Fokus Akuisisi
Hendra mengatakan bahwa perusahaan memperkuat bisnis tiga anak usahanya dengan melakukan akuisisi tiap tahunnya. Perlu diketahui saat ini perusahaan memiliki tiga anak usaha yang bergerak di bisnis mission critical digital solution (MCDS), digital enrhiced outsourcing service (DEOS) dan cloud & digital platform partner (CDPP).
"Kami akan melakukan akuisisi di dalam negeri dengan mempertahankan lini bisnis di tiga bisnis ini tapi memperdalam masing-masing bisnisnya," jelas dia.
Tiap tahunnya perusahaan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) untuk melakukan akusisi ini. Tahun ini saja, dari Rp 100 miliar capex, 70%-80% dianggarkan untuk mengakuisis satu perusahaan baru.
Saat ini perusahaan memiliki pangsa pasar mencapai 10% di dalam negeri. Selain di dalam negeri, perusahaan juga melebarkan sayapnya hingga ke Singapura, Malaysia dan Filipina.
(hps/hps) Next Article Gembok Dibuka Saham ATIC ARA Lagi, Giliran LMAS Disuspensi!
Direktur perusahaan Hendra Halim mengatakan beban kurs ini akan membuat keuangan perusahaan tertekan hingga akhir tahun ini. Sehingga diperkirakan laba perusahaan di akhir tahun tak akan sebesar akhir 2017 lalu.
"Proyeksi kita di akhir tahun bisa mencetak profit, masih dikejar untuk akhir tahun dan masih optimis masih profit tapi dibanding dengan tahun lalu labanya turun tidak jauh," kata Hendra du Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (4/12).
Untuk itu, perusahaan berniat untuk menyelesaikan utang dengan menggunakan dana yang diperoleh perusahaan dalam penerbitan obligasi wajib konversi (OWK) pertengahan tahun lalu. Dalam aksi korporasinya ini perusahaan memperoleh dana senilai Rp 560 miliar dan sisanya akan dipenuhi dengan kas internal perusahaan.
Fokus Akuisisi
Hendra mengatakan bahwa perusahaan memperkuat bisnis tiga anak usahanya dengan melakukan akuisisi tiap tahunnya. Perlu diketahui saat ini perusahaan memiliki tiga anak usaha yang bergerak di bisnis mission critical digital solution (MCDS), digital enrhiced outsourcing service (DEOS) dan cloud & digital platform partner (CDPP).
"Kami akan melakukan akuisisi di dalam negeri dengan mempertahankan lini bisnis di tiga bisnis ini tapi memperdalam masing-masing bisnisnya," jelas dia.
Tiap tahunnya perusahaan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) untuk melakukan akusisi ini. Tahun ini saja, dari Rp 100 miliar capex, 70%-80% dianggarkan untuk mengakuisis satu perusahaan baru.
Saat ini perusahaan memiliki pangsa pasar mencapai 10% di dalam negeri. Selain di dalam negeri, perusahaan juga melebarkan sayapnya hingga ke Singapura, Malaysia dan Filipina.
(hps/hps) Next Article Gembok Dibuka Saham ATIC ARA Lagi, Giliran LMAS Disuspensi!
Most Popular