
Bisnis Farmasi Tumbuh Lambat, Bayer Alihdaya Riset Obat
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
16 October 2018 09:57

Frankfurt, CNBC Indonesia - CEO Bayer mempertimbangkan untuk mengalihdaya aktivitas riset obat-obatan tertentu demi memangkas ongkos di tengah pertumbuhan divisi farmasi yang melambat. Hal itu diungkapkan Dewan Pekerja perusahaan asal Jerman tersebut, Senin (15/10/2018).
Dewan Pekerja mengutip CEO Werner Baumann saat berbicara kepada karyawan dalam sebuah pertemuan di kantor pusat perusahaan di Leverkusen pada tanggal 28 September.
Bulan lalu, Reuters melaporkan upaya restrukturisasi besar di bagian riset dan pengembangan obat-obatan, termasuk alihdaya atau outsourcing, sedang dilakukan.
"Werner Baumann berbicara tentang prospek pertumbuhan yang lebih lemah di bisnis farmasi dan menyebutkan pertimbangan-pertimbangan bahwa beberapa pengeluaran terkait riset farmasi bisa dialihdayakan," kata Dewan Pekerja dalam sebuah pernyataan.
Seorang narasumber yang mengetahui isu itu berkata kepada Reuters bulan lalu bahwa Bayer, yang membeli perusahaan bioteknologi Monsanto seharga US$63 miliar (Rp 956,6 triliun) tahun ini, sedang mempertimbangkan pemangkasan tenaga kerja dan alihdaya.
Kedua hal itu menjadi bagian dari tinjauan pada bagian riset dan pengembangan obat-obatan yang akan berlangsung sampai bulan November.
Penghematan yang bisa Bayer dapatkan dari upaya ini bisa memberi ruang bergerak untuk keuangan perusahaan. Pasalnya, perusahaan penemu aspirin dan produsen pil KB merek Yasmin itu berkompetisi dengan pesaing-pesaing besar untuk membeli hak pengobatan yang menjanjikan.
Pendapatan dari produk unggulan di unit obat-obatan perusahaan, yakni pengencer darah Xarelto dan obat mata Eylea, akan memuncak selama enam tahun ke depan.
Seorang juru bicara Bayer mengatakan penyataan Baumann tersebut ditujukan untuk rencana meningkatkan kolaborasi eksternal yang sebelumnya sudah dibicarakan.
Dewan Pekerja berkata pihaknya menginginkan lebih banyak informasi dan meminta jaminan pekerjaan yang lebih luas, melampaui pakta yang sebelumnya disepakati dengan perusahaan.
(miq/miq) Next Article Ekonomi Jerman Stagnan di Kuartal Akhir 2019
Dewan Pekerja mengutip CEO Werner Baumann saat berbicara kepada karyawan dalam sebuah pertemuan di kantor pusat perusahaan di Leverkusen pada tanggal 28 September.
Bulan lalu, Reuters melaporkan upaya restrukturisasi besar di bagian riset dan pengembangan obat-obatan, termasuk alihdaya atau outsourcing, sedang dilakukan.
Seorang narasumber yang mengetahui isu itu berkata kepada Reuters bulan lalu bahwa Bayer, yang membeli perusahaan bioteknologi Monsanto seharga US$63 miliar (Rp 956,6 triliun) tahun ini, sedang mempertimbangkan pemangkasan tenaga kerja dan alihdaya.
Kedua hal itu menjadi bagian dari tinjauan pada bagian riset dan pengembangan obat-obatan yang akan berlangsung sampai bulan November.
Penghematan yang bisa Bayer dapatkan dari upaya ini bisa memberi ruang bergerak untuk keuangan perusahaan. Pasalnya, perusahaan penemu aspirin dan produsen pil KB merek Yasmin itu berkompetisi dengan pesaing-pesaing besar untuk membeli hak pengobatan yang menjanjikan.
Pendapatan dari produk unggulan di unit obat-obatan perusahaan, yakni pengencer darah Xarelto dan obat mata Eylea, akan memuncak selama enam tahun ke depan.
Seorang juru bicara Bayer mengatakan penyataan Baumann tersebut ditujukan untuk rencana meningkatkan kolaborasi eksternal yang sebelumnya sudah dibicarakan.
Dewan Pekerja berkata pihaknya menginginkan lebih banyak informasi dan meminta jaminan pekerjaan yang lebih luas, melampaui pakta yang sebelumnya disepakati dengan perusahaan.
(miq/miq) Next Article Ekonomi Jerman Stagnan di Kuartal Akhir 2019
Most Popular