
Rekor Baru, Kepemilikan Asing di SUN Tembus Rp 900 T
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
03 December 2018 18:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepemilikan obligasi pemerintah oleh investor asing menembus rekor tertinggi Rp 900,59 triliun pada akhir November.
Nilai kepemilikan tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang masa, meskipun dari sisi persentase nilainya belum menembus rekor tertinggi pada akhir Januari 2018.
Tingginya kepemilikan itu menunjukkan minat investor asing yang masih terus tinggi dan akhirnya masuk ke pasar surat berharga negara (SBN).
Naiknya kepemilikan asing tersebut seiring dengan naiknya jumlah SBN yang diterbitkan pemerintah, yaitu sebesar 13,46% menjadi Rp 2.379 triliun per November, dari Rp 2.099 triliun per akhir 2017.
Dari sisi persentase, nilai kepemilikan Rp 900,59 triliun itu setara dengan 37,85% dari total beredar Rp 2.379 triliun tadi.
Rekor porsi tertinggi asing masih digenggam pada 41,48% atau senilai Rp 873,81 triliun dari total beredar Rp 2.106 triliun pada 29 Januari 2018.
Angka kepemilikan per November tersebut masih positif Rp 36,27 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama.
Hari ini, harga obligasi rupiah pemerintah terkerek momentum damai dagang pada perdagangan.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan paling menguat adalah FR0075 yang bertenor 20 tahun dengan penurunan yield sebesar 4,6 basis poin (bps) menjadi 8,14%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga serempak menguat, setelah sebelumnya penguatan hanya parsial.
Seri acuan 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun sama-sama menguat, dengan penurunan yield 1,3 bps, 3,3 bps, dan 1,5 bps menjadi 7,83%, 7,83%, dan 8,08%.
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,29 poin (0,12%) menjadi 236,6 dari posisi kemarin 236,3.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 479 bps, menyempit dari posisi kemarin 485 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 3,04% dari posisi kemarin 3,01%. Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi lebih besar di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,03%% menjadi 6.118 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,45% menjadi Rp 14.235 di hadapan tiap dolar AS.
Pelemahan dolar AS seiring seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,42% menjadi 96,867.
Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas mengalami penguatan yaitu China, Malaysia, Rusia, Afrika Selatan, dan Indonesia. Di sisi lain, pasar obligasi negara maju justru terkoreksi serempak.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(irv/roy) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Nilai kepemilikan tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang masa, meskipun dari sisi persentase nilainya belum menembus rekor tertinggi pada akhir Januari 2018.
Tingginya kepemilikan itu menunjukkan minat investor asing yang masih terus tinggi dan akhirnya masuk ke pasar surat berharga negara (SBN).
Rekor porsi tertinggi asing masih digenggam pada 41,48% atau senilai Rp 873,81 triliun dari total beredar Rp 2.106 triliun pada 29 Januari 2018.
Angka kepemilikan per November tersebut masih positif Rp 36,27 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama.
Hari ini, harga obligasi rupiah pemerintah terkerek momentum damai dagang pada perdagangan.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan lain juga serempak menguat, setelah sebelumnya penguatan hanya parsial.
Seri acuan 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun sama-sama menguat, dengan penurunan yield 1,3 bps, 3,3 bps, dan 1,5 bps menjadi 7,83%, 7,83%, dan 8,08%.
Yield Obligasi Negara Acuan 3 Dec 2018 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 30 Nov 2018 (%) | Yield 3 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 3 Dec'18 |
FR0063 | 5 tahun | 7.847 | 7.834 | -1.30 | 7.7118 |
FR0064 | 10 tahun | 7.866 | 7.833 | -3.30 | 7.7649 |
FR0065 | 15 tahun | 8.099 | 8.084 | -1.50 | 8.013 |
FR0075 | 20 tahun | 8.189 | 8.143 | -4.60 | 8.1126 |
Avg movement | -2.68 |
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,29 poin (0,12%) menjadi 236,6 dari posisi kemarin 236,3.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 479 bps, menyempit dari posisi kemarin 485 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 3,04% dari posisi kemarin 3,01%. Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi lebih besar di pasar ekuitas dan pasar uang.
Pelemahan dolar AS seiring seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,42% menjadi 96,867.
Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas mengalami penguatan yaitu China, Malaysia, Rusia, Afrika Selatan, dan Indonesia. Di sisi lain, pasar obligasi negara maju justru terkoreksi serempak.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 30 Nov 2018 (%) | Yield 3 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.93 | 9.93 | 0.00 |
China | 3.398 | 3.397 | -0.10 |
Jerman | 0.306 | 0.327 | 2.10 |
Perancis | 0.68 | 0.702 | 2.20 |
Inggris | 1.349 | 1.358 | 0.90 |
India | 7.608 | 7.617 | 0.90 |
Italia | 3.213 | 3.151 | -6.20 |
Jepang | 0.085 | 0.086 | 0.10 |
Malaysia | 4.152 | 4.113 | -3.90 |
Filipina | 7.035 | 7.035 | 0.00 |
Rusia | 8.74 | 8.64 | -10.00 |
Singapura | 2.355 | 2.392 | 3.70 |
Thailand | 2.64 | 2.65 | 1.00 |
Turki | 16.2 | 16.2 | 0.00 |
Amerika Serikat | 3.013 | 3.041 | 2.80 |
Afrika Selatan | 8.91 | 8.885 | -2.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(irv/roy) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular