RI Bebaskan Pungutan Ekspor, Harga CPO Turun Pekan Ini

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
01 December 2018 17:42
Aura Damai Dagang Terasa, Harga CPO Naik 3 Hari Beruntun
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Meski demikian, pasca-terbenam ke level terendahnya dalam 39 bulan terakhir, harga CPO langsung menginjak pedal gas. Hingga akhir pekan ini, harga CPO kemudian menguat tiga hari berturut-turut.

Faktor yang mendorong kenaikan harga CPO datang dari penguatan harga minyak kedelai, seiring adanya harapan investor terhadap hasil pertemuan Amerika Serikat (AS) dan China di pertemuan G20. Pada pertemuan tersebut, Washington dan Beijing diharapkan akan membicarakan konflik dagang yang terjadi di antara mereka.


Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence 'Larry' Kudlow menyatakan bahwa ada kemungkinan Washington dan Beijing akan mencapai kesepakatan yang signifikan.

"Ada kemungkinan yang cukup besar kami akan mencapai kesepakatan. Beliau (Presiden AS Donald Trump) terbuka untuk itu," kata Kudlow, mengutip Reuters.

Kemudian, menurut laporan Wall Street Journal (WSJ), AS-China sedang menjajaki kesepakatan perdagangan yang akan menghentikan pengenaan bea masuk tambahan dari Washington, sebagai ganti atas pembicaraan baru yang menargetkan perubahan besar terhadap kebijakan ekonomi Beijing, kata pejabat dari kedua pemerintah.

Perkembangan ini lantas melegakan pelaku pasar. Masih ada harapan Washington-Beijing bisa sama-sama melunak untuk mengakhiri perang dagang. Hal ini menjadi sentimen positif bahwa arus perdagangan kedelai akan kembali lancar ke depannya, tanpa hambatan bea masuk.

Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai naik, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut menguat.


Selain itu, harga CPO nampaknya sudah terlalu murah, sehingga membuat investor melakukan aksi beli (technical rebound). Sepanjang bulan November (hingga tanggal 26), harga CPO sudah melemah sebesar 8% lebih. Adapun, di sepanjang tahun 2018, harganya sudah ambrol sebesar 21% lebih.

Harga CPO juga sudah jatuh ke level yang dekat dengan biaya produksi perkebunan di Malaysia. Alhasil, hal ini dapat memaksa produsen untuk mengurangi penjualannya demi mencegah kerugian yang terlalu besar. Situasi ini kemudian berpotensi mengurangi pasokan ke pasar, dan akhirnya mampu sedikit menopang harga CPO jelang akhir pekan.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)  

  (RHG/prm)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular