
The Fed Mulai Hati-Hati, Bursa Saham Asia Dibuka Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 November 2018 09:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia dibuka menguat pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei naik 0,06%, indeks Strait Times naik 0,27%, indeks Kospi naik 0,13%, dan indeks Hang Seng naik 0,21%.
Sentimen positif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve edisi November 2018. Dalam rapat tersebut, ada aura dovish yang muncul. Para peserta rapat semakin menggarisbawahi bahwa ada risiko yang menghantui perekonomian AS.
"Ada pertanda perlambatan di sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga," sebut notulensi itu.
Kemudian, para peserta rapat juga menekankan pentingnya berkaca kepada data (data dependent) dalam pengambilan keputusan.
"Para peserta menyiratkan bahwa sepertinya dalam rapat-rapat ke depan perlu ada perubahan bahasa penyampaian, di mana ada kalimat yang menyatakan pentingnya evaluasi terhadap berbagai data dalam menentukan arah kebijakan. Perubahan ini akan membantu memandu Komite dalam situasi perekonomian yang dinamis," tulis notulensi tersebut.
Pernyataan tersebut diartikan sebagai sinyal bahwa The Fed mungkin akan mengurangi kadar kenaikan suku bunga acuan. Sebagai informasi, The Fed memproyeksikan akan ada sekali lagi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini, yakni pada bulan Desember. Untuk tahun depan, normalisasi diproyeksikan sebanyak 3 kali.
Kala perang dagang dengan China masih berkecamuk, normalisasi yang tak kelewat agresif memang merupakan pilihan terbaik bagi perekonomian AS dan dunia.
Berbicara mengenai perang dagang AS-China, pelaku pasar kini menantikan hasil pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G-20 yang akan berlangsung mulai hari ini di Buenos Aires, Argentina.
Menjelang pertemuan tersebut, perkembangan yang ada sukses menjadi motor utama pasar keuangan dunia. Trump sempat mengatakan bahwa dirinya sudah bersiap-siap untuk mengenakan bea masuk baru bagi importasi produk asal China senilai US$ 267 jika pertemuan dengan Xi tak membuahkan kesepakatan, seperti dikutip dari Bloomberg yang melansir publikasi Wall Street Journal. Menurut Trump, besaran bea masuknya bisa 10% atau 25%.
Namun kemudian, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow membuat pernyataan yang menenangkan pelaku pasar. Kudlow menyatakan bahwa ada kemungkinan Washington dan Beijing akan mencapai kesepakatan yang signifikan kala kedua pimpinan negara bertemu.
"Ada kemungkinan yang cukup besar kami akan mencapai kesepakatan. Beliau (Trump) terbuka untuk itu," kata Kudlow, mengutip Reuters.
Komentar Kudlow lantas menebar optimisme bahwa peluang tercapainya kesepakatan dagang masih ada.
Hingga berita ini diturunkan, waktu di Buenos Aires menunjukkan pukul 11:05 (29/11/2018). Ini artinya, pertemuan antara Trump dengan Xi tidak akan terjadi hingga penutupan perdagangan bursa saham Asia.
Pelaku pasar lantas bisa dibuat memasang mode defensif sebelum benar-benar mendapatkan kepastian dari hasil pertemuan Trump dengan Xi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Ada Peluang Bunga The Fed Tak Naik, Bursa Saham Asia Menguat
Sentimen positif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve edisi November 2018. Dalam rapat tersebut, ada aura dovish yang muncul. Para peserta rapat semakin menggarisbawahi bahwa ada risiko yang menghantui perekonomian AS.
"Ada pertanda perlambatan di sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga," sebut notulensi itu.
Kemudian, para peserta rapat juga menekankan pentingnya berkaca kepada data (data dependent) dalam pengambilan keputusan.
Pernyataan tersebut diartikan sebagai sinyal bahwa The Fed mungkin akan mengurangi kadar kenaikan suku bunga acuan. Sebagai informasi, The Fed memproyeksikan akan ada sekali lagi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini, yakni pada bulan Desember. Untuk tahun depan, normalisasi diproyeksikan sebanyak 3 kali.
Kala perang dagang dengan China masih berkecamuk, normalisasi yang tak kelewat agresif memang merupakan pilihan terbaik bagi perekonomian AS dan dunia.
Berbicara mengenai perang dagang AS-China, pelaku pasar kini menantikan hasil pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G-20 yang akan berlangsung mulai hari ini di Buenos Aires, Argentina.
Menjelang pertemuan tersebut, perkembangan yang ada sukses menjadi motor utama pasar keuangan dunia. Trump sempat mengatakan bahwa dirinya sudah bersiap-siap untuk mengenakan bea masuk baru bagi importasi produk asal China senilai US$ 267 jika pertemuan dengan Xi tak membuahkan kesepakatan, seperti dikutip dari Bloomberg yang melansir publikasi Wall Street Journal. Menurut Trump, besaran bea masuknya bisa 10% atau 25%.
Namun kemudian, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow membuat pernyataan yang menenangkan pelaku pasar. Kudlow menyatakan bahwa ada kemungkinan Washington dan Beijing akan mencapai kesepakatan yang signifikan kala kedua pimpinan negara bertemu.
"Ada kemungkinan yang cukup besar kami akan mencapai kesepakatan. Beliau (Trump) terbuka untuk itu," kata Kudlow, mengutip Reuters.
Komentar Kudlow lantas menebar optimisme bahwa peluang tercapainya kesepakatan dagang masih ada.
Hingga berita ini diturunkan, waktu di Buenos Aires menunjukkan pukul 11:05 (29/11/2018). Ini artinya, pertemuan antara Trump dengan Xi tidak akan terjadi hingga penutupan perdagangan bursa saham Asia.
Pelaku pasar lantas bisa dibuat memasang mode defensif sebelum benar-benar mendapatkan kepastian dari hasil pertemuan Trump dengan Xi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Ada Peluang Bunga The Fed Tak Naik, Bursa Saham Asia Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular