
The Fed Keras Kepala, Bursa Saham Asia Ditutup Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 December 2018 18:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia kompak mengakhiri hari di zona merah: indeks Nikkei turun 2,84%, indeks Shanghai turun 0,52%, indeks Hang Seng turun 0,94%, indeks Strait Times turun 0,26%, dan indeks Kospi turun 0,9%.
Aksi jual di kawasan regional terjadi seiring dengan keputusan The Federal Reserve selaku bank sentral AS untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada dini hari tadi.
Lebih lanjut, The Fed memproyeksikan kenaikan sebanyak 2 kali (50 bps) pada tahun depan, turun dari proyeksi sebelumnya yang sebanyak 3 kali (75 bps).
The Fed nampaknya masih keras kepala. Pasalnya, pelaku pasar sebenarnya mengharapkan bahwa The Fed akan lebih berani dalam mengerem normalisasinya. Hingga Rabu sore (19/12/2018), berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures, probabilitas FFR berada di level 2,25-2,5% (tidak ada kenaikan suku bunga acuan) pada tahun 2019 adalah sebesar 46,7%, naik dari posisi bulan lalu yang hanya sebesar 23,9%.
The Fed masih akan agresif dalam menaikkan tingkat suku bunga acuan terlepas dari diturunkannya proyeksi pertumbuhan ekonomi. Untuk tahun ini, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan sebesar 3%, turun 10 bps dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 3,1%.
Untuk 2019, angkanya diproyeksikan melandai ke level 2,3%, juga lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 2,5%.
Ditengah perang dagang dengan China yang belum benar-benar usai, normalisasi yang kelewat agresif dikhawatirkan akan memukul perekonomian AS lebih dalam dari yang diproyeksikan The Fed.
Apalagi, The Fed masih akan terus mengurangi besaran dari neracanya, yang berarti suntikan likuiditas ke pasar akan berkurang.
"Saya rasa pengurangan di neraca berlangsung mulus dan sesuai dengan tujuan awalnya. Saya tidak akan mengubah itu," tegas Powell dalam konferensi pers, mengutip Reuters.
Sebagai informasi, sejak krisis keuangan global 1 dekade lalu, The Fed rajin membeli surat-surat berharga untuk memberikan stimulus kepada perekonomian AS (quantitative easing).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Ada Peluang Bunga The Fed Tak Naik, Bursa Saham Asia Menguat
Aksi jual di kawasan regional terjadi seiring dengan keputusan The Federal Reserve selaku bank sentral AS untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada dini hari tadi.
Lebih lanjut, The Fed memproyeksikan kenaikan sebanyak 2 kali (50 bps) pada tahun depan, turun dari proyeksi sebelumnya yang sebanyak 3 kali (75 bps).
The Fed masih akan agresif dalam menaikkan tingkat suku bunga acuan terlepas dari diturunkannya proyeksi pertumbuhan ekonomi. Untuk tahun ini, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan sebesar 3%, turun 10 bps dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 3,1%.
Untuk 2019, angkanya diproyeksikan melandai ke level 2,3%, juga lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 2,5%.
Ditengah perang dagang dengan China yang belum benar-benar usai, normalisasi yang kelewat agresif dikhawatirkan akan memukul perekonomian AS lebih dalam dari yang diproyeksikan The Fed.
Apalagi, The Fed masih akan terus mengurangi besaran dari neracanya, yang berarti suntikan likuiditas ke pasar akan berkurang.
"Saya rasa pengurangan di neraca berlangsung mulus dan sesuai dengan tujuan awalnya. Saya tidak akan mengubah itu," tegas Powell dalam konferensi pers, mengutip Reuters.
Sebagai informasi, sejak krisis keuangan global 1 dekade lalu, The Fed rajin membeli surat-surat berharga untuk memberikan stimulus kepada perekonomian AS (quantitative easing).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Ada Peluang Bunga The Fed Tak Naik, Bursa Saham Asia Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular