
Mulai dari Jokowi Hingga Gubernur The Fed Bawa IHSG ke 6.100
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 November 2018 16:56

Saham-saham bank BUKU IV menjadi primadona pada perdagangan hari ini: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 3,38%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 2,95%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 2,63%, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,64%.
Seiring dengan aksi beli atas saham-saham bank BUKU IV, indeks sektor jasa keuangan menguat sebesar 2,12%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.
Saham-saham perbankan erat kaitannya dengan pergerakan nilai tukar rupiah. Kala rupiah melemah secara signifikan seperti yang terjadi sepanjang tahun ini, ada kekhawatiran bahwa pelunasan kredit-kredit berdenominasi mata uang asing akan menjadi terganggu.
Kemudian, pelemahan rupiah akan menghantam laju perekonomian tanah air, sehingga penyaluran kredit pun menjadi terhambat.
Pada perdagangan hari ini, rupiah menguat dengan begitu signifikan di pasar spot yakni sebesar 1% ke level 14.380/dolar AS. Lantas, kekhawatiran yang disebutkan di atas menjadi sirna, setidaknya untuk saat ini.
Rupiah berhasil memanfaatkan momentum yang datang dari pernyataan dovish Jerome Powell. Dengan adanya harapan bahwa The Fed tak akan kelewat agresif dalam melakukan normalisasi, praktis pelaku pasar melepas dolar AS dan beralih ke pelukan mata uang Garuda. Apalagi, Bank Indonesia (BI) sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan bulan ini.
Lebih lanjut, suntikan energi bagi rupiah datang dari anjloknya harga minyak mentah dunia. Pada penutupan perdagangan kemarin (28/11/2018), harga minyak jenis light sweet (WTI) kontrak pengiriman Januari 2019 anjlok sebesar 2,46% ke level US$ 50,29/barel, sementara harga minyak Brent kontrak pengiriman Januari 2019 anjlok sebesar 2,41% ke level US$ 58,76/barel.
Anjloknya harga minyak mentah dunia lantas menimbulkan persepsi bahwa defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) periode kuartal-IV 2018 akan mampu diredam. Pada 2 kuartal sebelumnya, CAD selalu menembus level 3% dari PDB.
Bengkaknya defisit neraca dagang Indonesia yang dimotori oleh defisit pada pos minyak dan gas menjadi momok bagi transaksi berjalan Indonesia. Ketika kini harga minyak terjun bebas, ada ekspektasi bahwa CAD bisa diredam.
Rupiah pun menjadi semakin menarik di mata investor sehingga aliran modal deras mengalir ke mata uang Garuda. (ank/hps)
Seiring dengan aksi beli atas saham-saham bank BUKU IV, indeks sektor jasa keuangan menguat sebesar 2,12%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.
Saham-saham perbankan erat kaitannya dengan pergerakan nilai tukar rupiah. Kala rupiah melemah secara signifikan seperti yang terjadi sepanjang tahun ini, ada kekhawatiran bahwa pelunasan kredit-kredit berdenominasi mata uang asing akan menjadi terganggu.
Pada perdagangan hari ini, rupiah menguat dengan begitu signifikan di pasar spot yakni sebesar 1% ke level 14.380/dolar AS. Lantas, kekhawatiran yang disebutkan di atas menjadi sirna, setidaknya untuk saat ini.
Rupiah berhasil memanfaatkan momentum yang datang dari pernyataan dovish Jerome Powell. Dengan adanya harapan bahwa The Fed tak akan kelewat agresif dalam melakukan normalisasi, praktis pelaku pasar melepas dolar AS dan beralih ke pelukan mata uang Garuda. Apalagi, Bank Indonesia (BI) sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan bulan ini.
Lebih lanjut, suntikan energi bagi rupiah datang dari anjloknya harga minyak mentah dunia. Pada penutupan perdagangan kemarin (28/11/2018), harga minyak jenis light sweet (WTI) kontrak pengiriman Januari 2019 anjlok sebesar 2,46% ke level US$ 50,29/barel, sementara harga minyak Brent kontrak pengiriman Januari 2019 anjlok sebesar 2,41% ke level US$ 58,76/barel.
Anjloknya harga minyak mentah dunia lantas menimbulkan persepsi bahwa defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) periode kuartal-IV 2018 akan mampu diredam. Pada 2 kuartal sebelumnya, CAD selalu menembus level 3% dari PDB.
Bengkaknya defisit neraca dagang Indonesia yang dimotori oleh defisit pada pos minyak dan gas menjadi momok bagi transaksi berjalan Indonesia. Ketika kini harga minyak terjun bebas, ada ekspektasi bahwa CAD bisa diredam.
Rupiah pun menjadi semakin menarik di mata investor sehingga aliran modal deras mengalir ke mata uang Garuda. (ank/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular