
Internasional
Saham Facebook Anjlok 40%, Investor Cecar Zuckerberg
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
27 November 2018 17:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa bulan ini telah menjadi waktu yang buruk bagi para investor Facebook.
Saham jaringan sosial terbesar dunia itu telah anjlok hampir 40% sejak mencapai level tertinggi pada 25 Juli, bahkan setelah rebound moderat, Senin (26/11/2018).
Perusahaan telah menghadapi serangkaian kritik terkait dengan banyaknya manipulasi yang dilakukan di platform itu untuk menyebarkan informasi palsu dan kritik kepemimpinan yang tidak memadai dan kontroversial, yang diperinci New York Times dalam laporan investigasi panjang awal bulan ini.
Kapitalisasi pasar Facebook yang bernilai US$200 miliar (Rp 2.898 triliun) pada saat harga sahamnya mencapai tertinggi, telah berkurang lagi sebagiannya. Hal tersebut diakibatkan aksi jual atau sell-off di saham teknologi, yang telah jatuh sejak bulan Agustus di tengah kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan ancaman Presiden perang dagang Trump.
Tetapi, penurunan saham Facebook telah dimulai jauh sebelum itu dan sahamnya telah berkinerja buruk di bawah Nasdaq dan rekan-rekan raksasa teknologi lainnya tahun ini, dilansir dari CNBC International.
Masalah bagi Facebook saat ini adalah mencari jalan keluar.
Model bisnis Facebook, yang bergantung pada semakin banyak pengguna yang berbagi lebih banyak informasi dan bagi pengiklan untuk terus membayar untuk dapat menjangkau mereka, mulai terlihat goyah karena kepercayaan di jaringan media sosial itu memburuk.
Namun di puncak perusahaan, CEO Mark Zuckerberg (34 tahun), memiliki begitu banyak kepemilikan dan kendali sehingga dewan dan pemegang saham memiliki kemampuan yang sangat terbatas untuk menggunakan pengaruh apapun.
"Facebook telah kehilangan kepercayaan dari konstituensinya, dan untuk mendapatkannya kembali mereka perlu melakukan sesuatu yang signifikan," kata Daniel Newman, analis utama di Futurum Research, yang berfokus pada teknologi digital.
"Staf humas mereka sejauh ini kosong dan tidak cukup, dan dengan pertumbuhan yang sudah terhenti mereka harus mulai mengubah sentimen sekarang."
Satu hal yang kini ramai dibicarakan adalah agar Zuckerberg meninggalkan posisinya sebagai chairman, sehingga memisahkan peran CEO dan chairman. Itu akan menjadi langkah yang dramatis.
Melansir CNBC International, dewan perusahaan teknologi yang dikendalikan oleh pendiri seringnya dijalankan oleh CEO. Beberapa dari mereka termasuk Jeff Bezos dari Amazon, Marc Benioff dari Salesforce, dan Reed Hastings dari Netflix, yang juga merupakan direktur Facebook.
Tetapi beberapa investor mengatakan sudah cukup bagi Zuckerberg untuk ikut andil. Pada bulan Oktober, bendahara negara Illinois, Rhode Island, dan Pennsylvania dan pengawas dari New York City bersama dengan proposal pemegang saham dari Manajemen Aset Trillium, menyerukan Facebook untuk memisahkan posisi itu.
Proposal yang akan dimintai pendapat pada pertemuan pemegang saham Facebook berikutnya di 2019 itu, mengutip kesalahan penanganan Facebook termasuk ikut campur Rusia dalam pemilihan Amerika Serikat (AS), skandal Cambridge Analytica yang melibatkan penyebaran data, depresi dan masalah kesehatan mental lainnya yang berasal dari penggunaan layanan dan kemampuan bagi pengiklan untuk mengecualikan kelompok minoritas tertentu agar tidak melihat iklan.
Jonas Kron, wakil presiden senior Trillium, yang memiliki sekitar 53.000 saham Facebook, mengatakan kepada CNBC pekan lalu bahwa kejadian baru-baru ini "membuat semakin jelas bahwa chairman independen memang diperlukan."
Peran ganda Zuckerberg sebagai CEO dan chairman mencegah dewan Facebook bertindak secara independen dan menyediakan pengawasan, kata Kron. Sebagai contoh, ia merujuk keputusan dewan untuk mengeluarkan pernyataan pada 15 November, mengikuti cerita New York Times, mengatakan bahwa ia mendukung dua eksekutif teratas, Zuckerberg dan COO Sheryl Sandberg.
"Kursi itu adalah yang diduduki Mark Zuckerberg dan Sheryl," kata Kron. "Jadi itu pada dasarnya Mark Zuckerberg dan Sheryl Sandberg mengatakan mereka membela Mark Zuckerberg dan Sheryl Sandberg."
Sejauh ini, Zuckerberg menolak proposal itu. Sejak merancang Facebook dari kamar asrama di Harvard pada tahun 2004, Zuckerberg telah mempertahankan kendali penuh atas perusahaan dan masih memiliki 60% pembagian suara, membuatnya memiliki kendali atas nasibnya sendiri.
"Saya saat ini tidak berpikir bahwa itu masuk akal," kata Zuckerberg kepada CNN pekan lalu, ketika ditanya apakah dia akan mempertimbangkan untuk melepaskan peran chairman.
Dalam wawancara CNN, Zuckerberg juga memuji Sandberg dan mengatakan dia berharap keduanya akan terus bekerja sama selama beberapa tahun lagi. Itu terjadi tak lama setelah laporan Wall Street Journal, yang mengatakan Zuckerberg menyalahkan Sandberg dan timnya karena banyak masalah yang mengganggu perusahaan.
Seorang juru bicara Facebook menolak berkomentar untuk masalah ini.
Dari perspektif keuangan, Facebook telah menunjukkan tanda-tanda ketegangan. Bulan lalu, perusahaan melaporkan angka pendapatan dan pengguna aktif harian yang mengecewakan dan juga mengatakan kepada investor bahwa biaya akan naik dari 40% menjadi 50% tahun depan.
Ini adalah wilayah baru untuk Facebook. Perusahaan ini telah memegang posisi dominan dalam jejaring sosial dan iklan seluler stelah perusahaan melewati masalah terkait privasi, dan meski mereka mungkin telah merusak citra perusahaan, namun tidak mengakibatkan pengguna meninggalkan situs atau pemasar mematikan pengeluaran mereka.
Namun, analis tidak yakin bahwa Facebook dapat mempertahankan cengkeramannya kali ini.
Scott Devitt dari Stifel Nicolaus menurunkan target harganya pada saham Facebook pada hari Senin hingga US$150 dari US$186. Langkah itu menjadikannya analis terbaru yang mengekspresikan skeptisisme terhadap perusahaan.
Pada 19 November, Brian Wieser dari Pivotal Research kembali menegaskan memberikan predikat "jual" untuk saham Facebook dan menghargai sahamnya US$125 per saham, menekankan bahwa "kekhawatiran pengiklan tentang moralitas di Facebook adalah nyata."
James Brumley, seorang analis di InvestorPlace, mengatakan serangkaian masalah yang merugikan hadir pada saat produk inti Facebook sudah kehilangan relevansi.
"Tidak cukup banyak orang yang masih tertarik dengan Facebook lebih lama lagi, dan mereka sangat lelah dengan pekerjaan yang sama, percekcokan politik, banyak postingan yang dibuat-buat, dan apa yang terasa seperti upaya iklan yang semakin agresif," kata Brumley.
"Tanyakan kepada rata-rata pengguna Facebook bagaimana perasaan mereka tentang situs tersebut, dan jawabannya ada di sepanjang baris, 'meh.' Ini tidak seperti biasanya," jelasnya.
Zuckerberg memiliki banyak hal untuk diperbaiki.
Dia membutuhkan pengguna yang percaya bahwa postingan yang mereka lihat adalah nyata dan bahwa data mereka aman. Pada saat yang sama, dia harus mengirimkan produk segar untuk membuat pengguna tetap terlibat dan membuka kemungkinan pertumbuhan di masa depan.
Dia juga harus dapat merekrut dan mempertahankan bakat di Bay Area, di mana persaingan untuk insinyur lebih tinggi dari sebelumnya.
Tetapi bagi para investor, yang telah melihat nilai kepemilikan mereka merosot akhir-akhir ini, masalah nomor satu saat ini adalah bahwa Zuckeberg tidak bertanggung jawab kepada orang lain selain dirinya sendiri.
"Tidak ada seorang pun yang bisa dijadikan tempat untuk melapor atau didengarkan Zuckerberg untuk memastikan dia tidak membuat keputusan bodoh," kata Julie Goodridge, CEO Manajemen Aset Northstar, yang memiliki 23.500 saham Facebook. "Tidak ada checks and balances."
(prm) Next Article Zuckerberg Jual Saham Facebook Senilai Rp 4,14 Triliun
Saham jaringan sosial terbesar dunia itu telah anjlok hampir 40% sejak mencapai level tertinggi pada 25 Juli, bahkan setelah rebound moderat, Senin (26/11/2018).
Perusahaan telah menghadapi serangkaian kritik terkait dengan banyaknya manipulasi yang dilakukan di platform itu untuk menyebarkan informasi palsu dan kritik kepemimpinan yang tidak memadai dan kontroversial, yang diperinci New York Times dalam laporan investigasi panjang awal bulan ini.
Tetapi, penurunan saham Facebook telah dimulai jauh sebelum itu dan sahamnya telah berkinerja buruk di bawah Nasdaq dan rekan-rekan raksasa teknologi lainnya tahun ini, dilansir dari CNBC International.
Masalah bagi Facebook saat ini adalah mencari jalan keluar.
Model bisnis Facebook, yang bergantung pada semakin banyak pengguna yang berbagi lebih banyak informasi dan bagi pengiklan untuk terus membayar untuk dapat menjangkau mereka, mulai terlihat goyah karena kepercayaan di jaringan media sosial itu memburuk.
Namun di puncak perusahaan, CEO Mark Zuckerberg (34 tahun), memiliki begitu banyak kepemilikan dan kendali sehingga dewan dan pemegang saham memiliki kemampuan yang sangat terbatas untuk menggunakan pengaruh apapun.
"Facebook telah kehilangan kepercayaan dari konstituensinya, dan untuk mendapatkannya kembali mereka perlu melakukan sesuatu yang signifikan," kata Daniel Newman, analis utama di Futurum Research, yang berfokus pada teknologi digital.
"Staf humas mereka sejauh ini kosong dan tidak cukup, dan dengan pertumbuhan yang sudah terhenti mereka harus mulai mengubah sentimen sekarang."
![]() |
Melansir CNBC International, dewan perusahaan teknologi yang dikendalikan oleh pendiri seringnya dijalankan oleh CEO. Beberapa dari mereka termasuk Jeff Bezos dari Amazon, Marc Benioff dari Salesforce, dan Reed Hastings dari Netflix, yang juga merupakan direktur Facebook.
Tetapi beberapa investor mengatakan sudah cukup bagi Zuckerberg untuk ikut andil. Pada bulan Oktober, bendahara negara Illinois, Rhode Island, dan Pennsylvania dan pengawas dari New York City bersama dengan proposal pemegang saham dari Manajemen Aset Trillium, menyerukan Facebook untuk memisahkan posisi itu.
Proposal yang akan dimintai pendapat pada pertemuan pemegang saham Facebook berikutnya di 2019 itu, mengutip kesalahan penanganan Facebook termasuk ikut campur Rusia dalam pemilihan Amerika Serikat (AS), skandal Cambridge Analytica yang melibatkan penyebaran data, depresi dan masalah kesehatan mental lainnya yang berasal dari penggunaan layanan dan kemampuan bagi pengiklan untuk mengecualikan kelompok minoritas tertentu agar tidak melihat iklan.
Jonas Kron, wakil presiden senior Trillium, yang memiliki sekitar 53.000 saham Facebook, mengatakan kepada CNBC pekan lalu bahwa kejadian baru-baru ini "membuat semakin jelas bahwa chairman independen memang diperlukan."
Peran ganda Zuckerberg sebagai CEO dan chairman mencegah dewan Facebook bertindak secara independen dan menyediakan pengawasan, kata Kron. Sebagai contoh, ia merujuk keputusan dewan untuk mengeluarkan pernyataan pada 15 November, mengikuti cerita New York Times, mengatakan bahwa ia mendukung dua eksekutif teratas, Zuckerberg dan COO Sheryl Sandberg.
"Kursi itu adalah yang diduduki Mark Zuckerberg dan Sheryl," kata Kron. "Jadi itu pada dasarnya Mark Zuckerberg dan Sheryl Sandberg mengatakan mereka membela Mark Zuckerberg dan Sheryl Sandberg."
Sejauh ini, Zuckerberg menolak proposal itu. Sejak merancang Facebook dari kamar asrama di Harvard pada tahun 2004, Zuckerberg telah mempertahankan kendali penuh atas perusahaan dan masih memiliki 60% pembagian suara, membuatnya memiliki kendali atas nasibnya sendiri.
"Saya saat ini tidak berpikir bahwa itu masuk akal," kata Zuckerberg kepada CNN pekan lalu, ketika ditanya apakah dia akan mempertimbangkan untuk melepaskan peran chairman.
Dalam wawancara CNN, Zuckerberg juga memuji Sandberg dan mengatakan dia berharap keduanya akan terus bekerja sama selama beberapa tahun lagi. Itu terjadi tak lama setelah laporan Wall Street Journal, yang mengatakan Zuckerberg menyalahkan Sandberg dan timnya karena banyak masalah yang mengganggu perusahaan.
Seorang juru bicara Facebook menolak berkomentar untuk masalah ini.
Dari perspektif keuangan, Facebook telah menunjukkan tanda-tanda ketegangan. Bulan lalu, perusahaan melaporkan angka pendapatan dan pengguna aktif harian yang mengecewakan dan juga mengatakan kepada investor bahwa biaya akan naik dari 40% menjadi 50% tahun depan.
Ini adalah wilayah baru untuk Facebook. Perusahaan ini telah memegang posisi dominan dalam jejaring sosial dan iklan seluler stelah perusahaan melewati masalah terkait privasi, dan meski mereka mungkin telah merusak citra perusahaan, namun tidak mengakibatkan pengguna meninggalkan situs atau pemasar mematikan pengeluaran mereka.
![]() |
Scott Devitt dari Stifel Nicolaus menurunkan target harganya pada saham Facebook pada hari Senin hingga US$150 dari US$186. Langkah itu menjadikannya analis terbaru yang mengekspresikan skeptisisme terhadap perusahaan.
Pada 19 November, Brian Wieser dari Pivotal Research kembali menegaskan memberikan predikat "jual" untuk saham Facebook dan menghargai sahamnya US$125 per saham, menekankan bahwa "kekhawatiran pengiklan tentang moralitas di Facebook adalah nyata."
James Brumley, seorang analis di InvestorPlace, mengatakan serangkaian masalah yang merugikan hadir pada saat produk inti Facebook sudah kehilangan relevansi.
"Tidak cukup banyak orang yang masih tertarik dengan Facebook lebih lama lagi, dan mereka sangat lelah dengan pekerjaan yang sama, percekcokan politik, banyak postingan yang dibuat-buat, dan apa yang terasa seperti upaya iklan yang semakin agresif," kata Brumley.
"Tanyakan kepada rata-rata pengguna Facebook bagaimana perasaan mereka tentang situs tersebut, dan jawabannya ada di sepanjang baris, 'meh.' Ini tidak seperti biasanya," jelasnya.
Zuckerberg memiliki banyak hal untuk diperbaiki.
Dia membutuhkan pengguna yang percaya bahwa postingan yang mereka lihat adalah nyata dan bahwa data mereka aman. Pada saat yang sama, dia harus mengirimkan produk segar untuk membuat pengguna tetap terlibat dan membuka kemungkinan pertumbuhan di masa depan.
Dia juga harus dapat merekrut dan mempertahankan bakat di Bay Area, di mana persaingan untuk insinyur lebih tinggi dari sebelumnya.
Tetapi bagi para investor, yang telah melihat nilai kepemilikan mereka merosot akhir-akhir ini, masalah nomor satu saat ini adalah bahwa Zuckeberg tidak bertanggung jawab kepada orang lain selain dirinya sendiri.
"Tidak ada seorang pun yang bisa dijadikan tempat untuk melapor atau didengarkan Zuckerberg untuk memastikan dia tidak membuat keputusan bodoh," kata Julie Goodridge, CEO Manajemen Aset Northstar, yang memiliki 23.500 saham Facebook. "Tidak ada checks and balances."
(prm) Next Article Zuckerberg Jual Saham Facebook Senilai Rp 4,14 Triliun
Most Popular