Saham Migas dan Batu Bara Babak Belur Diobral Investor

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
26 November 2018 17:18
Tekanan jual saham-saham pertambangan dipicu oleh tren koreksi harga minyak dan batu bara dunia.
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham pertambangan benar-benar tak kuasa menahan tekanan jual dari investor pada perdagangan hari ini. Kejatuhan indeks sektor pertambangan sebesar 2,65%, membuat laju penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhambat.

Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) anjlok 10,60% ke level harga Rp 135/saham. Volume perdagangan saham tercatat 364 juta saham senilai Rp 50 miliar.

Lalu, saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) merosot 8,58% ke level Rp 4.940/saham dengan volume transaksi 90 juta saham senilai Rp 363 miliar.

Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) koreksi 7,86% ke level Rp 645/saham, volume perdagangan mencapai 53 juta saham senilai Rp 35 miliar.

Demikian pula dengan saham PT Indika Energy Tbk (INDY) turun 7,46% ke level Rp 1.800/saham dengan volume transaksi 16 miliar saham senilai Rp 30 miliar.

Saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) turun 6,10% ke level Rp 77/saham dengan volume perdagangan 44 miliar saham senilai Rp 3 miliar.

Demikian pula dengan saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) juga mengalami penurunan 5,48% ke level Rp 1.465/saham dengan volume perdagangan 2 juta saham senila Rp 4 miliar.

Tekanan jual saham-saham pertambangan dipicu oleh tren koreksi harga minyak dan batu bara dunia.

Namun, pada perdagangan hari ini, Senin (26/11/2018) hingga pukul 09.45 WIB, harga minyak jenis brent kontrak Januari 2019 naik 1% ke level US$ 59,39/barel.

Di waktu yang sama, harga minyak jenis light sweet kontrak Januari 2019 menguat 0,63% ke level US$ 50,74/barel.

Harga minyak mampu rebound pascamelemah signifikan pada Jumat (23/11/2018). Kala itu, harga minyak light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) ambrol nyaris 8%, sedangkan harga brent yang menjadi acuan di Eropa amblas 6% lebih.

Saking parahnya penurunan harga di akhir pekan lalu, pelaku pasar tak segan menyebut peristiwa kala itu sebagai "Black Friday" bagi harga minyak mentah dunia.

Dalam sepekan, harga minyak brent anjlok 11,92% secara point-to-point. Sedangkan light sweet amblas 10,69%. Per akhir pekan lalu, harga light sweet dan brent kompak terpuruk ke level terendahnya dalam setahun lebih atau sejak Oktober 2017.

Sementara itu, harga batu bara juga tercatat masih dalam tren penurunan. Di mana harga batu bara Newcastle kontrak acuan menutup perdagangan hari Jumat (23/11/2018) turun 0,63% ke US$ 101,75/ Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Jumat (23/11/2018).

Harga batu bara kembali terperosok ke level terendahnya dalam 6 bulan lebih atau sejak pertengahan Mei 2018. Dalam sepekan, harga si batu hitam melemah sebesar 0,73% secara point-to-point, menjadi pelemahan mingguan selama dua pekan berturut-turut.

Pada pekan yang berakhir pada tanggal 16 November, harga batu bara anjlok 3,21% dalam sepekan. Sejumlah sentimen negatif memang masih "menghantui" harga komoditas ini. Dari mulai tingkat konsumsi China yang lemah hingga pemangkasan impor Negeri Tirai Bambu.
(hps/miq) Next Article Saham Tambang Berguguran, Ambil Untung saat Rupiah Loyo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular