
Analisis Teknikal
Secara Teknikal: IHSG Berpotensi Turun di Bawah Level 6.000
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
21 November 2018 08:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak variatif dengan kecenderungan melemah pada rentang pergerakan 6.029 hingga 5.929 pada perdagangan hari ini, Rabu (21/11/2018).
Potensi pelemahan tersebut berdasarkan perkembangan sentimen penggerak pasar dan hasil analisis secara teknikal. Wall Street yang kembali berguguran berpotensi merembet ke benua Asia dan bahkan Indonesia.
Meningkatnya kekhawatiran tentang naiknya suku bunga, melambatnya pertumbuhan ekonomi dan ketegangan perdagangan global menyeret bursa saham AS ke zona merah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 1,56%, S&P 500 longsor 1,66%, dan Nasdaq Composite ambrol hingga 3,03%.
Pemerintah AS memenangkan US$ 55 miliar untuk tenor 4 pekan dan US$ 30 miliar untuk tenor 8 pekan dalam penerbitan T-bills baru-baru ini. Angka ini lebih besar US$ 5 miliar di atas target indikatif. Hal ini membuat dolar AS menguat dan melemahkan mata uang lainnya.
Harga minyak yang jatuh dalam zona merah juga menyeret saham-saham sektor energi terkoreksi. Pada pukul 04:53 WIB, harga minyak jenis brent melemah sampai 6,53% dan light sweet terkoreksi dalam yaitu 6,68%.
Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali pekan dengan melemah 0,12% ke level 6.005. Reli IHSG terhenti setelah empat hari berturut-turut mengalami penguatan.
Aksi ambil untung investor lokal terus berlanjut mengingat investor asing masih melakukan pembelian. Asing tercatat beli bersih (net buy) senilai Rp 600 miliar di semua pasar.
Lalu, bagaimana pergerakan IHSG hari ini? Berikut analisis pergerakan IHSG menggunakan analisis secara teknikal.
Level 6.000 secara psikologis nampaknya masih sulit dilewati dengan mudah oleh IHSG. Berdasarkan indikator teknikal stochastic slow posisi IHSG saat ini cenderung lebih dekat ke area jenuh beli (overbought).
Hal itu membuat IHSG harus ditutup dengan grafik lilin yang berbentuk awan hitam (dark cloud cover), pola tersebut memberikan sinyal akan terjadinya penurunan.
Tim Riset memandang bahwa investor cenderung menunggu kepastian untuk kembali masuk ke bursa. Hal ini tercermin dari volume transaksi yang hanya Rp 6,4 triliun, turun drastis jika dibandingkan transaksi sebelumnya yang mencapai Rp 9 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/roy) Next Article Hampir Masuk Jurang, IHSG Mampu Menguat Tipis 0,07%
Potensi pelemahan tersebut berdasarkan perkembangan sentimen penggerak pasar dan hasil analisis secara teknikal. Wall Street yang kembali berguguran berpotensi merembet ke benua Asia dan bahkan Indonesia.
Meningkatnya kekhawatiran tentang naiknya suku bunga, melambatnya pertumbuhan ekonomi dan ketegangan perdagangan global menyeret bursa saham AS ke zona merah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 1,56%, S&P 500 longsor 1,66%, dan Nasdaq Composite ambrol hingga 3,03%.
Pemerintah AS memenangkan US$ 55 miliar untuk tenor 4 pekan dan US$ 30 miliar untuk tenor 8 pekan dalam penerbitan T-bills baru-baru ini. Angka ini lebih besar US$ 5 miliar di atas target indikatif. Hal ini membuat dolar AS menguat dan melemahkan mata uang lainnya.
Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali pekan dengan melemah 0,12% ke level 6.005. Reli IHSG terhenti setelah empat hari berturut-turut mengalami penguatan.
Aksi ambil untung investor lokal terus berlanjut mengingat investor asing masih melakukan pembelian. Asing tercatat beli bersih (net buy) senilai Rp 600 miliar di semua pasar.
Lalu, bagaimana pergerakan IHSG hari ini? Berikut analisis pergerakan IHSG menggunakan analisis secara teknikal.
![]() |
Hal itu membuat IHSG harus ditutup dengan grafik lilin yang berbentuk awan hitam (dark cloud cover), pola tersebut memberikan sinyal akan terjadinya penurunan.
Tim Riset memandang bahwa investor cenderung menunggu kepastian untuk kembali masuk ke bursa. Hal ini tercermin dari volume transaksi yang hanya Rp 6,4 triliun, turun drastis jika dibandingkan transaksi sebelumnya yang mencapai Rp 9 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/roy) Next Article Hampir Masuk Jurang, IHSG Mampu Menguat Tipis 0,07%
Most Popular