
Rupiah Pemimpin Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 November 2018 08:38

Namun di sisi lain, dolar AS juga menyimpan kekuatan karena adanya ketidakpastian di Inggris. Setelah beberapa menteri mengundurkan diri, kini Perdana Menteri Theresa May terancam mendapat mosi tidak percaya dari parlemen.
Mengutip BBC, lebih dari 20 anggota parlemen dari Partai Konservatif sudah mengirimkan surat mosi tidak percaya. Namun belum mencapai batas yang dibutuhkan untuk secara resmi mengajukan langkah tersebut, yaitu 48.
"Saya tidak akan teralihkan. Pergantian kepemimpinan tidak akan membuat negosiasi (Brexit) lebih mudah. Justru akan menambah risiko kesepakatan tertunda," tegas May, mengutip Reuters.
Ketidakpastian di Inggris bisa kembali membuat investor bermain aman. Kalau ini yang terjadi, maka dolar AS bisa mendapat suntikan adrenalin karena mata uang Negeri Paman Sam berstatus aset aman (safe haven). Rupiah bisa terancam.
Selain itu, investor juga melihat masih ada potensi perang dagang AS vs China kembali memanas. Hal ini terlihat dari tidak tercapainya kesepakatan komunike di KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), kali pertama sepanjang sejarah.
Mengutip Reuters, seorang diplomat yang turut dalam pembahasan komunike menyatakan bahwa China menolak adanya kesepakatan yang berisi "menolak praktik perdagangan tidak sehat sesuai dengan ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)".
"Ada dua negara yang saling dorong dan membuat pimpinan rapat tidak bisa menjembatani mereka. China murka saat ada kalimat yang merujuk ke WTO bahwa mereka bersalah karena melakukan praktik perdagangan tidak sehat," sebut sang diplomat.
Momentum ini bisa menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan global. Pasalnya, terlihat bahwa AS dan China masih memiliki banyak ketidaksepahaman.
Dikhawatirkan hal ini berlanjut ke pertemuan Presiden AS Donald Trump-Persiden China Xi Jinping di KTT G20 akhir bulan ininanti. Bisa-bisa aura damai dagang yang sudah semakin kuat kembali memudar dan AS-China kembali terlibat perang dagang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Mengutip BBC, lebih dari 20 anggota parlemen dari Partai Konservatif sudah mengirimkan surat mosi tidak percaya. Namun belum mencapai batas yang dibutuhkan untuk secara resmi mengajukan langkah tersebut, yaitu 48.
"Saya tidak akan teralihkan. Pergantian kepemimpinan tidak akan membuat negosiasi (Brexit) lebih mudah. Justru akan menambah risiko kesepakatan tertunda," tegas May, mengutip Reuters.
Selain itu, investor juga melihat masih ada potensi perang dagang AS vs China kembali memanas. Hal ini terlihat dari tidak tercapainya kesepakatan komunike di KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), kali pertama sepanjang sejarah.
Mengutip Reuters, seorang diplomat yang turut dalam pembahasan komunike menyatakan bahwa China menolak adanya kesepakatan yang berisi "menolak praktik perdagangan tidak sehat sesuai dengan ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)".
"Ada dua negara yang saling dorong dan membuat pimpinan rapat tidak bisa menjembatani mereka. China murka saat ada kalimat yang merujuk ke WTO bahwa mereka bersalah karena melakukan praktik perdagangan tidak sehat," sebut sang diplomat.
Momentum ini bisa menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan global. Pasalnya, terlihat bahwa AS dan China masih memiliki banyak ketidaksepahaman.
Dikhawatirkan hal ini berlanjut ke pertemuan Presiden AS Donald Trump-Persiden China Xi Jinping di KTT G20 akhir bulan ininanti. Bisa-bisa aura damai dagang yang sudah semakin kuat kembali memudar dan AS-China kembali terlibat perang dagang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular