Gawat! Kali Terakhir Sentuh 6000, IHSG Langsung Anjlok 5,57%!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 November 2018 17:41
Gawat! Kali Terakhir Sentuh 6000, IHSG Langsung Anjlok 5,57%!
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Minggu ini menjadi sebuah minggu yang mengesankan bagi investor pasar saham di tanah air. Bagaimana tidak, dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan penguatan sebesar 2,35%.

IHSG bahkan berhasil ditutup di atas level 6.000 untuk pertama kalinya sejak 31 Agustus lalu yakni di level 6.012,35.



Berbagai faktor mendorong aksi beli yang begitu besar di pasar saham Indonesia. Pertama, perkembangan mengenai perang dagang AS-China yang positif. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa AS dan China sudah memulai kembali dialog perdagangan pada semua level pemerintahan.

Tidak ada kepastian bahwa China akan mengikuti permintaan dari AS namun "lebih baik berbicara daripada tidak," papar Kudlow ketika diwawancarai oleh CNBC International pada hari Selasa (13/11/2018).

Kedua, perkembangan terkait pemisahan diri Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) yang positif. Pada pekan ini, Perdana Menteri Inggris Theresa May berhasil mengamankan dukungan dari kabinetnya terkait dengan draf Brexit. Sebelumnya, pihak Uni Eropa telah terlebih dulu memberikan persetujuannya.

"Keputusan kolektif hari ini adalah kabinet menyepakati draf perjanjian pengunduran diri. Saya percaya dengan kepala dan hati saya bahwa keputusan ini adalah yang terbaik bagi kepentingan Inggris," kata PM May dalam pengumuman seusai rapat kabinet yang berlangsung selama 5 jam, Rabu (14/11/2018).

Dari dalam negeri, kenaikan harga saham barang konsumsi berkapitalisasi pasar jumbo seperti yakni PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+1,35%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+0,59%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+2,85%) memotori penguatan IHSG.

Sebelumnya pada tanggal 9 November 2018, terjadi sell-off atas ketiga saham tersebut seiring dengan rencana Bursa Efek Indonesia (BEI) yang akan mengubah metode penghitungan bobot saham-saham penghuni 2 indeks penting yakni LQ45 dan IDX30.

Mulai Februari 2019, BEI akan menggunakan metode free float adjusted index untuk menentukan bobot dari setiap saham penghuni indeks LQ45 dan IDX30, dari yang sebelumnya menggunakan metode capitalization-weighted index.
Namun, menghadapi pekan yang baru, pelaku pasar sudah sepatutnya berhati-hati. Pasalnya, kali terakhir ditutup di atas level psikologis 6.000 (31 Agustus 2018), IHSG anjlok 5,57% hanya dalam waktu 3 hari, dari level 6.018,46 menjadi 5.683,5.

Ada 2 alasan kuat yang bisa membuat kejadian serupa terulang pada minggu depan. Pertama, terkait dengan makna dari level psikologis itu sendiri. Level psikologis merupakan sebuah angka bulat yang biasanya dijadikan patokan bagi investor dalam meletakkan order beli maupun jual. Semakin bulat sebuah level harga/indeks, maka akan semakin banyak dijadikan acuan. Sebagai contoh, level 6.000 akan lebih menarik jika dibandingkan dengan level 5.900.

Lantaran banyak dijadikan patokan oleh investor, volatilitas di sekitar level psikologis biasanya tinggi. Oleh karena itu, menjadi wajar jika IHSG melemah signifikan pada pekan depan lantaran akan ada banyak investor yang memasang order jual atas saham-saham yang dimilikinya.

Berbicara mengenai order jual, kita bisa masuk ke alasan kedua.  Seperti yang sudah disebutkan di halaman sebelumnya, IHSG membukukan imbal hasil sebesar 2,35% sepanjang pekan lalu. Ini artinya, ruang bagi investor untuk melakukan aksi jual dan merealisasikan keuntungan yang sudah didapatkan menjadi terbuka lebar.

Mungkin IHSG tidak akan anjlok hingga 5% lebih seperti pada saat terakhir ditutup di atas level 6.000, tetapi ruang untuk terkoreksi secara dalam tentunya ada.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular