Pemangkasan Impor China Belum Jelas, Harga Batu Bara Rebound

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
16 November 2018 13:29
Harga batu bara Newcastle rebound 0,77% ke US$ 104,15/ Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Kamis (16/11/2018).
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara Newcastle berbalik arah (rebound) dan naik 0,77% ke US$ 104,15/ Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Kamis (16/11/2018). Dengan pergerakan itu, harga batu bara memutus rangkaian pelemahan secara 3 hari beruntun.

Wacana pemangkasan impor China yang sebelumnya sempat menekan harga si batu hitam, kini belum jelas kelanjutannya. Hal itu lantas memberikan energi bagi penguatan harga. Positifnya data-data China pun terbukti ampuh menjadi stimulus. 



Dalam beberapa terakhir, harga batu bara tertekan oleh tingkat konsumsi batu bara yang lemah di China, walau sudah memasuki musim dingin. Mengutip China Coal Transport & Distribution, konsumsi batu bara di China bagian tengah dan selatan masih cukup lambat.

Hal ini dipertegas dengan stok batu bara yang memang masih berada di level yang tinggi. Menurut data China Coal Resource, stok batu bara pada 6 pembangkit listrik utama China meningkat dalam 5 pekan secara berturut-turut, ke level tertingginya sejak Januari 2015.

Teranyar, stoknya meningkat 0,59% secara mingguan (week-to-week/WtW) ke level 17,06 juta ton, per akhir pekan lalu.

Tingginya tingkat stok batu bara tersebut, lantas investor mengekspektasikan bahwa permintaan impor batu bara Beijing masih akan lesu. Istilahnya, kebutuhan batu bara di China masih akan tercukupi oleh melimpahnya stok saat ini. Hal ini lantas menekan harga batu bara sejak awal pekan ini.

Di pertengahan pekan, ternyata muncul kabar yang lebih menggemparkan. Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China dan pejabat bea melakukan pertemuan dengan produsen listrik pada hari Rabu (14/11/2018) siang waktu setempat.

Mengutip Futures Daily, pemerintah China nampaknya akan merencanakan perpanjangan pembatasan impor hingga Februari 2019. Rencana itu muncul setelah stok batu bara di pembangkit listrik sudah berada di level yang amat tinggi.

Pada akhirnya, kebutuhan impor perlu dibatasi dalam rangka mengendalikan polusi udara yang memang biasanya memuncak pada musim dingin.

Alhasil, apabila terealisasi, kebijakan ini jelas akan menekan permintaan impor ini lebih lanjut. Harga batu bara pun tak kuasa menahan koreksi tajam. Sebagai informasi, merespons kabar itu, harga batu bara langsung amblas 2% lebih pada perdagangan hari Rabu (14/11/2018).

BACA: Impor China Mau Dipangkas Lagi, Harga Batu Bara Amblas 2%

Meski demikian, nampaknya kabar pemangkasan impor itu belum terverifikasi sepenuhnya. Hasil pertemuan pemerintah China dan produsen listrik belum menyimpulkan adanya kesepakatan pembatasan impor. Alhasil, pelaku pasar pun berekspektasi bahwa konsumsi batu bara Negeri Panda belum akan jatuh terlalu parah.

Hal ini kemudian mampu mengangkat harga si batu hitam hari ini.
Sebagai catatan, China adalah konsumen utama batu bara dunia, mencapai 1.892,6 MT pada 2017 atau 51% dari total permintaan dunia. Satu negara menguasai lebih dari separuh permintaan global. Dinamika permintaan impor China akan sangat memengaruhi pergerakan harga batu bara dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(RHG/hps) Next Article Pasokan dari Negara Produsen Seret, Harga Batu Bara Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular