Impor China Mau Dipangkas Lagi, Harga Batu Bara Amblas 2%

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
15 November 2018 14:59
Harga batu bara Newcastle anjlok 2,04% ke US$ 103,35/ Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Rabu (14/11/2018).
Foto: REUTERS/Valentyn Ogirenko
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara Newcastle anjlok 2,04% ke US$ 103,35/ Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Rabu (14/11/2018). Dengan pergerakan itu, harga batu bara sudah melemah secara 3 hari beruntun, sekaligus terperosok ke level terendahnya dalam 2 pekan terakhir.

Sentimen yang menekan harga batu bara kemarin datang  wacana pemangkasan impor China yang kembali muncul ke permukaan. Selain itu, berakhirnya inspeksi lingkungan di Negeri Panda juga menjadi pemberat tambahan.



Pekan lalu, pelaku pasar berekspektasi permintaan impor China akan terangkat, seiring musim dingin yang akhirnya tiba di Negeri Tirai Bambu. Melansir data dari National Meterological Center di awal pekan lalu, temperatur di China bagian utara (termasuk kota-kota besar seperti Beijing, Hebei, dan Shanxi) jatuh ke bawah 0 derajat Cesius.

Sebagai informasi, batu bara termal memang masih menjadi sumber energi utama bagi pembangkit listrik di China. Datangnya musim dingin lantas menjadi sentimen bahwa konsumsi batu bara di China (khususnya di sektor pembangkit listrik) memang akan menanjak naik. Pasalnya, kebutuhan listrik untuk pemanas ruangan akan meningkat.

Meski demikian, ekspektasi tersebut nampaknya belum jadi kenyataan. Mengutip China Coal Transport & Distribution, konsumsi batu bara di China bagian tengah dan selatan masih cukup lambat.

Hal ini dipertegas dengan stok batu bara yang memang masih berada di level yang tinggi. Menurut data China Coal Resource, stok batu bara pada 6 pembangkit listrik utama China meningkat dalam 5 pekan secara berturut-turut, ke level tertingginya sejak Januari 2015. Teranyar, stoknya meningkat 0,59% secara mingguan (week-to-week/WtW) ke level 17,06 juta ton, per akhir pekan lalu.

Dengan tingginya tingkat stok batu bara tersebut, lantas investor mengekspektasikan bahwa permintaan impor batu bara Beijing masih akan lesu. Istilahnya, kebutuhan batu bara di China masih akan tercukupi oleh melimpahnya stok saat ini. Hal ini lantas menekan harga batu bara sejak awal pekan ini.

Di pertengahan pekan, ternyata muncul kabar yang lebih menggemparkan. Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China dan pejabat bea melakukan pertemuan dengan produsen pembangkit listrik pada hari Rabu (14/11/2018) siang waktu setempat.

Mengutip Futures Daily, pemerintah China nampaknya akan merencanakan perpanjangan pembatasan impor hingga Februari 2019. Rencana itu muncul setelah stok batu bara di pembangkit listrik sudah berada di level yang amat tinggi. Pada akhirnya, kebutuhan impor perlu dibatasi dalam rangka mengendalikan polusi udara yang memang biasanya memuncak pada musim dingin.

Alhasil, kabar ini jelas akan menekan permintaan impor ini lebih lanjut. Harga batu bara pun tak kuasa menahan koreksi tajam yang terjadi pada perdagangan kemarin.

Terlebih, inspeksi lingkungan yang dilaksanakan pada sejumlah sentra produksi batu bara sejak akhir Oktober 2018 lalu, kini akan segera berakhir.

BACA: Inpeksi Lingkungan China Selesai, Harga Batu Bara Turun Lagi

Dengan berakhirnya inspeksi tersebut, otomatis produksi batu bara domestik di Negeri Panda akan pulih. Dengan kata lain, pasokan batu bara di dalam negeri pun akan makin membuncah. Hal ini memperkuat sinyal bahwa permintaan impor China akan menurun drastis ke depannya.

Sebagai informasi, China adalah konsumen utama batu bara dunia, mencapai 1.892,6 MT pada 2017 atau 51% dari total permintaan dunia. Satu negara menguasai lebih dari separuh permintaan global. Ketika permintaan impor China diekspektasikan melambat, maka akan sangat memengaruhi pergerakan harga batu bara dunia.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)  

(RHG/gus) Next Article Pasokan dari Negara Produsen Seret, Harga Batu Bara Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular