
BI Naikkan Bunga Acuan, Bos Mandiri: Jaga CAD di Bawah 3%
Ranny Virginia Utami, CNBC Indonesia
16 November 2018 12:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen Bank Mandiri merespons positif keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps sebagai langkah antisipasi rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed).
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan kenaikan suku bunga acuan BI merupakan kebijakan front loading dan perlu dilakukan sebagai antisipasi. Sebab, The Fed diprediksikan masih akan menaikkan suku bunga dua hingga tiga kali kali lagi.
"Kita harus mengelola current account defisit akhir tahun bisa turun di bawah 3% atau mendekati 3%," ujar Kartika ketika ditemui dalam acara Breakfast Forum Outlook 2019 ILUNI FEB UI di Gedung Graha Niaga, Jakarta, Jumat (17/11/2018).
Kartika menambahkan kenaikan bunga acuan juga diperlukan untuk menjaga masuk investor portofolio ke pasar keuangan Indonesia. Hal ini pun sudah terlihat dari masuknya dana asing ke pasar modal dan surat utang.
"Nanti berangsur-angsur penguatan rupiah bisa terus berlanjut sampai akhir tahun," ujar Kartika.
Sebelum, Deputi Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan suatu negara yang memiliki transaksi barang dan jasa yang defisit, membutuhkan devisa. Indonesia saat ini memang membutuhkan aliran devisa masuk.
"Suatu negara yang mengalami defisit, artinya butuh devisa. Dan ini datangnya dari luar negeri," ujar Mirza.
Menurut Mirza, hal tersebut menjadi salah satu alasan bank sentral begitu agresif menaikkan bunga pada tahun ini. Keputusan The Fed menaikkan suku bunga acuan telah membuat likuiditas global mengetat.
"Pada waktu suku bunga AS naik di 2016-2017, Indonesia bisa menurunkan bunga. Sehingga walaupun suku bunga AS naik, kami bisa turunkan," katanya.
(roy/miq) Next Article Perry: BI Sudah Beli Surat Utang Pemerintah Rp 906 T
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan kenaikan suku bunga acuan BI merupakan kebijakan front loading dan perlu dilakukan sebagai antisipasi. Sebab, The Fed diprediksikan masih akan menaikkan suku bunga dua hingga tiga kali kali lagi.
"Kita harus mengelola current account defisit akhir tahun bisa turun di bawah 3% atau mendekati 3%," ujar Kartika ketika ditemui dalam acara Breakfast Forum Outlook 2019 ILUNI FEB UI di Gedung Graha Niaga, Jakarta, Jumat (17/11/2018).
Sebelum, Deputi Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan suatu negara yang memiliki transaksi barang dan jasa yang defisit, membutuhkan devisa. Indonesia saat ini memang membutuhkan aliran devisa masuk.
"Suatu negara yang mengalami defisit, artinya butuh devisa. Dan ini datangnya dari luar negeri," ujar Mirza.
Menurut Mirza, hal tersebut menjadi salah satu alasan bank sentral begitu agresif menaikkan bunga pada tahun ini. Keputusan The Fed menaikkan suku bunga acuan telah membuat likuiditas global mengetat.
"Pada waktu suku bunga AS naik di 2016-2017, Indonesia bisa menurunkan bunga. Sehingga walaupun suku bunga AS naik, kami bisa turunkan," katanya.
(roy/miq) Next Article Perry: BI Sudah Beli Surat Utang Pemerintah Rp 906 T
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular