
BI Buka Suara Rupiah Rajai Asia!
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
16 November 2018 12:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) buka suara mengenai performa nilai tukar rupiah yang kian ciamik, karena berhasil menjadi mata uang paling kuat di antara negara kawasan.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengemukakan, penguatan rupiah tak lepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh bank sentral maupun pemerintah yang diapresiasi pasar.
"Market melihat kebijakan moneter itu hati-hati, inflasi terjaga, dan CAD [current account deficit] dijaga. Itu diapresiasi oleh market," kata Mirza, Jumat (16/11/2018).
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga siang ini masih dalam trend menguat. Ini merupakan penguatan lanjutan sejak perdagangan kemarin.
Pada pukul 11:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.555. Rupiah menguat 0,82% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya, Kamis (15/11/2018).
"Market memberikan apresiasinya kepada Indonesia," kata Mirza.
Selain dari kebijakan moneter, pasar pun mulai melihat kebijakan fiskal yang ditempuh pemerintah untuk tahun depan jauh lebih konservatif. Hal ini, juga ikut membantu penguatan rupiah.
"Defisit tahun depan ditargetkan 1,8% dari PDB [produk domestik bruto]. Itu menunjukkan juga bahwa dari sisi fiskal juga hati-hati," katanya.
(dru) Next Article Tok! BI Rate Diputuskan Tetap 5,75%
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengemukakan, penguatan rupiah tak lepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh bank sentral maupun pemerintah yang diapresiasi pasar.
"Market melihat kebijakan moneter itu hati-hati, inflasi terjaga, dan CAD [current account deficit] dijaga. Itu diapresiasi oleh market," kata Mirza, Jumat (16/11/2018).
Pada pukul 11:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.555. Rupiah menguat 0,82% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya, Kamis (15/11/2018).
"Market memberikan apresiasinya kepada Indonesia," kata Mirza.
Selain dari kebijakan moneter, pasar pun mulai melihat kebijakan fiskal yang ditempuh pemerintah untuk tahun depan jauh lebih konservatif. Hal ini, juga ikut membantu penguatan rupiah.
"Defisit tahun depan ditargetkan 1,8% dari PDB [produk domestik bruto]. Itu menunjukkan juga bahwa dari sisi fiskal juga hati-hati," katanya.
(dru) Next Article Tok! BI Rate Diputuskan Tetap 5,75%
Most Popular