Alasan BI Pilih Stance Kebijakan Moneter Hawkish

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
16 November 2018 11:05
BI menaikkan suku bunga untuk menarik dana investor asing masuk ke RI dan mengurangi defisit transaksi berjalan.
Foto: CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Suatu negara yang memiliki transaksi barang dan jasa yang defisit, membutuhkan devisa. Dalam hal ini, tak terkecuali Indonesia.

Hal tersebut dikemukakan Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara, Jumat (16/11/2018). Menurut dia, Indonesia saat ini memang membutuhkan aliran devisa masuk.

"Suatu negara yang mengalami defisit, artinya butuh devisa. Dan ini datangnya dari luar negeri," kata Mirza di Graha CIMB Niaga, Jakarta.

Menurut Mirza, hal tersebut menjadi salah satu alasan bank sentral begitu agresif menaikkan bunga pada tahun ini. Sejauh ini, BI sudah mengerek 175 basis poin bunga acuan.

Alasannya, karena pengetatan likuiditas global yang disebabkan karena kenaikan bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), yang memicu pembalikan arus modal.

"Pada waktu  suku bunga AS naik di 2016-2017, Indonesia bisa menurunkan bunga. Sehingga walaupun suku bunga AS naik, kami bisa turunkan," katanya.

"Sekarang, suku bunga AS naik, kami naikkan bunga yang cukup agresif. Jawabannya adalah, meskipun inflasi terkendali, tetap defisit ekspor impor jasa melebar," tegasnya.

BI menegaskan, akan terus bersinergi bersama pemerintah untuk menekan angka defisit transaksi berjalan. Salah satu yang sudah dilakukan BI, adalah kembali menaikkan bunga acuan.

"Pemerintah sudah melakukan berbagai program pengendalian impor dan meningkatkan ekspor," tegas Mirza.


(roy) Next Article Segenap Alasan BI Tahan Lagi Suku Bunga Acuan di Level 3,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular