
Analisis Teknikal
Harga Minyak Anjlok, Ini Proyeksi Pergerakan IHSG
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
14 November 2018 08:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak naik dengan rentang pergerakannya berada di 5.835 hingga 5.901 pada hari ini, Rabu (14/11/2018). Kami mengidentifikasi kemungkinan tersebut berdasarkan perkembangan pasar dan hasil analisis secara teknikal.
Kami memulai analisis dari Bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) yang kembali ditutup melemah. Saham sektor energi menjadi pemberat utama, penyebabnya adalah harga minyak yang anjlok ke level terendah dalam setahun terakhir.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) anjlok 7,1% menjadi US$55,69 per barel di akhir perdagangan hari Selasa. Ini adalah posisi harga penutupan terendahnya sejak 16 November 2017. Harga minyak Brent juga amblas 6,1% ke posisi US$65,84 hingga siang hari waktu AS setelah anjlok ke posisi terendahnya sejak Maret lalu.
Akibatnya, Indeks Dow Jones terkoreksi 0,4%, S&P 500 tergelincir 0,15%, dan Nasdaq naik tipis 0,01%.
Dari dalam negeri, IHSG mengakhiri perdagangan di level 5.835 (+1%), pada Selasa (13/11/2018). Pelaku pasar nampaknya sudah menyesuaikan rilis Bank Indonesia (BI) akhir pekan lalu mengenai Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mengalami defisit US$8,8 miliar atau 3,37% dari PDB.
Kemudian, ada angin segar dari situasi global yang membuat IHSG berbalik arah. AS dan China direncanakan akan kembali memulai pembicaraan lanjutan untuk menyelesaikan permasalahan sengketa dagang kedua negara.
Akibatnya, IHSG semakin menguat dan rupiah bangkit dari pelemahan. Kemarin, US$1 ditutup pada Rp 14.805 di pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,03% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Lalu, bagaimana pergerakan IHSG hari ini? Tim Riset CNBC Indonesia menganalisis pola pergerakan IHSG dengan menggunakan analisis secara teknikal sebagai berikut.
Awan hitam yang menyelimuti IHSG nampaknya sudah mulai berlalu, terbentuknya pola penembusan (piercing) yang menghentak ke atas pada grafik menjadi alasannya. Secara teknikal, pola tersebut memberikan sinyal akan terjadi penguatan lanjutan.
Menurut kami, Harga minyak yang anjlok dapat menjadi sentimen positif bagi IHSG, khususnya sektor keuangan karena rupiah berpotensi kembali menguat. Apalagi, sinyal-sinyal pergerakan secara teknikal menunjukan adanya kenaikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Lesu, IHSG Kayaknya Ditutup Merah Lagi Jelang Long Weekend
Kami memulai analisis dari Bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) yang kembali ditutup melemah. Saham sektor energi menjadi pemberat utama, penyebabnya adalah harga minyak yang anjlok ke level terendah dalam setahun terakhir.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) anjlok 7,1% menjadi US$55,69 per barel di akhir perdagangan hari Selasa. Ini adalah posisi harga penutupan terendahnya sejak 16 November 2017. Harga minyak Brent juga amblas 6,1% ke posisi US$65,84 hingga siang hari waktu AS setelah anjlok ke posisi terendahnya sejak Maret lalu.
Dari dalam negeri, IHSG mengakhiri perdagangan di level 5.835 (+1%), pada Selasa (13/11/2018). Pelaku pasar nampaknya sudah menyesuaikan rilis Bank Indonesia (BI) akhir pekan lalu mengenai Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mengalami defisit US$8,8 miliar atau 3,37% dari PDB.
Kemudian, ada angin segar dari situasi global yang membuat IHSG berbalik arah. AS dan China direncanakan akan kembali memulai pembicaraan lanjutan untuk menyelesaikan permasalahan sengketa dagang kedua negara.
Akibatnya, IHSG semakin menguat dan rupiah bangkit dari pelemahan. Kemarin, US$1 ditutup pada Rp 14.805 di pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,03% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Lalu, bagaimana pergerakan IHSG hari ini? Tim Riset CNBC Indonesia menganalisis pola pergerakan IHSG dengan menggunakan analisis secara teknikal sebagai berikut.
![]() |
Meskipun pergerakannya belum melewati rerata harganya selama lima hari (moving average/MA 5), namun ruang kenaikannya masih cukup memadai jika dilihat dari kaca mata indikator teknikal stochastic slow, di mana level jenuh belinya (overbought) cukup jauh setelah kebangkitan IHSG pada penutupan kemarin.
Dalam jangka menengah, IHSG masih dalam pola bergerak menyamping (sideways), dengan level antara 5.700 hingga 6.000. Artinya IHSG akan cenderung memantul naik dari posisi penopang pergerakan harganya (support) dan bergerak menuju level penghalang kenaikan harganya (resistance).Menurut kami, Harga minyak yang anjlok dapat menjadi sentimen positif bagi IHSG, khususnya sektor keuangan karena rupiah berpotensi kembali menguat. Apalagi, sinyal-sinyal pergerakan secara teknikal menunjukan adanya kenaikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Lesu, IHSG Kayaknya Ditutup Merah Lagi Jelang Long Weekend
Most Popular