Lagi-lagi Apple & Dolar AS Bikin Wall Street Babak Belur

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
13 November 2018 06:32
Indeks-indeks acuan Wall Street ditutup merah padam pada perdagangan hari Senin (12/11/2018) akibat saham Apple anjlok.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks-indeks acuan Wall Street ditutup merah padam pada perdagangan hari Senin (12/11/2018) akibat saham Apple anjlok, penguatan dolar Amerika Serikat (AS), dan masih cemasnya investor akan nasib perdagangan global.

Dow Jones Industrial Average anjlok 2,32% ke 25.387,18, S&P 500 merosot 1.97% ke posisi 2.726,22, sementara Nasdaq Composite rontok 2,78% menjadi 7.200,87.


Jatuhnya Dow Jones di hari Senin menjadikan indeks acuan ini kehilangan 804 poin dalam dua hari perdagangan terakhirnya.

Di perdagangan jelang penutupan, indeks-indeks utama ini menyentuh posisi terendahnya untuk hari itu setelah Bloomberg News melaporkan bahwa Gedung Putih mengedarkan rancangan laporan tarif impor otomotif. Saham General Motors langsung berbalik arah menjadi negatif setelah kabar itu beredar, dilansir dari CNBC International.

Saham Apple anjlok 5% setelah Lumentum Holdings, perusahaan yang membuat teknologi pengenalan wajah untuk iPhone, memangkas proyeksi kinerjanya. CEO Lumentum Alan Lowe mengatakan salah satu konsumen terbesarnya meminta perusahaan secara signifikan mengurangi pengiriman.

Saham Lumentum tenggelam 33%.

Para investor mengasumsikan bahwa konsumen raksasa yang dimaksud adalah Apple sehingga saham raksasa teknologi asal AS itu ikut terbenam.

Penurunan saham Apple tersebut menekan sektor teknologi secara umum hingga melemah 3,5%. Saham Alphabet dan Amazon anjlok masing-masing 2,7% dan 4,3%.

Sementara itu, saham Goldman Sachs mencatatkan penurunan terdalamnya sejak tujuh tahun terakhir dan menyeret turun sektor keuangan di indeks S&P 500. Ini terjadi setelah menteri keuangan Malaysia meminta bank investasi ini mengembalikan biaya jasa yang dibayarkan kepada perusahaan untuk pekerjaan terkait skandal 1MDB.


Penguatan dolar juga menekan pasar saham karena investor mencemaskan nasib penjualan ekspor perusahaan multinasional. Indeks dolar menyentuh level 97,58, tertinggi sejak 23 Juni 2017. Greenback juga mencatatkan penguatan tertinggi dalam lebih dari setahun terakhir atas euro dan franc Swiss.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular