
Gara-gara Trump, Harga Minyak Amblas 7% Lebih
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
14 November 2018 07:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak anjlok ke level terendah dalam setahun terakhir hari Selasa (13/11/2018) dan memperdalam kejatuhan sektor energi saat pasar memperkirakan pasokan akan membanjir tahun depan.
Anjloknya harga minyak ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Arab Saudi untuk mempertahankan kebijakan mereka menaikkan produksi secara bertahap demi menahan kenaikan harga minyak, dilansir dari CNBC International.
Trump berkicau di akun Twitter-nya "Semoga Arab Saudi dan OPEC tidak menurunkan produksi minyak. Harga minyak seharusnya lebih rendah berdasarkan pasokan!"
Ia telah berulang kali dalam tahun ini menyalahkan OPEC atas kenaikan harga minyak melalui akun Twitter-nya.
OPEC dan negara-negara sekutunya sedang mempertimbangkan putaran terbaru pemangkasan produksi minyak menyusul jatuhnya harga komoditas ini dalam lebih dari enam pekan terakhir.
Kelompok ini diperkirakan akan mengumumkan pembatasan produksi baru dalam pertemuan mereka bulan depan. Namun, intervensi Trump menambah ketidakpastian ke dalam upaya pengambilan keputusan grup ini.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) anjlok 7,1% menjadi US$55,69 per barel di akhir perdagangan hari Selasa. Ini adalah posisi harga penutupan terendahnya sejak 16 November 2017.
Penurunan di Selasa memperpanjang rekor koreksi harga WTI menjadi 12 hari berturut-turut.
Harga minyak Brent juga amblas 6,1% ke posisi US$65,84 hingga siang hari waktu AS setelah anjlok ke posisi terendahnya sejak Maret lalu.
Baik WTI maupun Brent telah jatuh lebih dari 20% dari posisi tertingginya dalam empat tahun terakhir yang dicapai bulan lalu.
Hari Selasa, OPEC memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan emas hitam di 2019. Kartel ini mengatakan kenaikan produksi di negara non-OPEC akan melampaui pertumbuhan permintaan tahun depan sehingga pasokan akan membanjiri pasar.
"Revisi ke bawah untuk proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan ketidakpastian yang terkait mengonfirmasi tekanan yang muncul terhadap permintaan minyak yang diobservasi dalam beberapa bulan terakhir," kata OPEC.
Hari Minggu, sebuah komite yang mewakili OPEC dan sekutunya mengatakan potensi oversupply yang membayangi pasar mungkin mendorong aliansi ini untuk mempertimbangkan strategi baru demi menyeimbangkannya.
(prm) Next Article November, Harga Minyak di Level Terburuk Dalam 10 Tahun
Anjloknya harga minyak ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Arab Saudi untuk mempertahankan kebijakan mereka menaikkan produksi secara bertahap demi menahan kenaikan harga minyak, dilansir dari CNBC International.
Ia telah berulang kali dalam tahun ini menyalahkan OPEC atas kenaikan harga minyak melalui akun Twitter-nya.
OPEC dan negara-negara sekutunya sedang mempertimbangkan putaran terbaru pemangkasan produksi minyak menyusul jatuhnya harga komoditas ini dalam lebih dari enam pekan terakhir.
Kelompok ini diperkirakan akan mengumumkan pembatasan produksi baru dalam pertemuan mereka bulan depan. Namun, intervensi Trump menambah ketidakpastian ke dalam upaya pengambilan keputusan grup ini.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) anjlok 7,1% menjadi US$55,69 per barel di akhir perdagangan hari Selasa. Ini adalah posisi harga penutupan terendahnya sejak 16 November 2017.
Penurunan di Selasa memperpanjang rekor koreksi harga WTI menjadi 12 hari berturut-turut.
Harga minyak Brent juga amblas 6,1% ke posisi US$65,84 hingga siang hari waktu AS setelah anjlok ke posisi terendahnya sejak Maret lalu.
Baik WTI maupun Brent telah jatuh lebih dari 20% dari posisi tertingginya dalam empat tahun terakhir yang dicapai bulan lalu.
Hari Selasa, OPEC memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan emas hitam di 2019. Kartel ini mengatakan kenaikan produksi di negara non-OPEC akan melampaui pertumbuhan permintaan tahun depan sehingga pasokan akan membanjiri pasar.
"Revisi ke bawah untuk proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan ketidakpastian yang terkait mengonfirmasi tekanan yang muncul terhadap permintaan minyak yang diobservasi dalam beberapa bulan terakhir," kata OPEC.
Hari Minggu, sebuah komite yang mewakili OPEC dan sekutunya mengatakan potensi oversupply yang membayangi pasar mungkin mendorong aliansi ini untuk mempertimbangkan strategi baru demi menyeimbangkannya.
(prm) Next Article November, Harga Minyak di Level Terburuk Dalam 10 Tahun
Most Popular