Ekonomi China dan Harga Minyak Picu Koreksi Wall Street

Roy Franedya, CNBC Indonesia
10 November 2018 06:13
Pada penutupan perdagangan Jumat (9/11/2018) Dow Jones koreksi 0,77%, S&P 500 turun 0,92% dan Nasdaq anjlok 1,65%
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat, Wall Street ditutup melemah setelah seminggu sebelumnya sempat mengalami pemulihan dari aksi sell-off Oktober karena kekhawatiran akan ekonomi China yang akan mempengaruhi ekonomi global dan kembali koreksinya harga minyak mentah.

Mengutip Reuters, Dow Jones Industrial Average koreksi 0,77% (01,92 poin) menjadi 25.989,3, S&P 500 kehilangan 0,92% (25,82 poin) menjadi 2.781,01 dan Nasdaq Composite anjlok 1,65% (123,98 poin) menjadi 7.406,90.

Pada perdagangan Jumat (9/11/2018) sentimen negatif datang dari harga minyak yang turun hampir 1% dan menjadi menjadi koreksi harga harian terdalam sejak 1984 yang disebabkan meningkatkannya pasokan global dan dapat juga diartikan perlambatan ekonomi dunia.

4 November 2018, Amerika Serikat secara resmi menjatuhkan sanksi kepada Iran, tetapi memberikan pembebasan sementara bagi delapan negara untuk tetap membeli minyak dari Republik Iran.

"Minyak mengherankan pasar. Jika harga minyak akan turun, itu adalah tanda lain bahwa ekonomi global akan melambat pertumbuhannya, "kata Chris Zaccarelli, chief invesment officer Independent Advisor Alliance di Charlotte, Carolina Utara.

Indeks energi S&P 500 turun 0,4% setelah sehari sebelumnya anjlok 2,2 % ketika harga minyak mentah AS LCOc1 mengkonfirmasi tren pelemahan pasar dengan anjlok 20% dari level tertinggi terakhirnya.

"Saya pikir bursa saham bulan ini akan koreksi lebih dalam dari titik terendah di bulan Oktober. Pertumbuhan ekonomi melambat tetapi tidak akan cukup lambat untuk menghentikan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan, " kata Jim Paulsen, chief invesment strategies Leuthold Group di Minneapolis.

Selain itu, investor khawatir akan kondisi ekonomi China. Perang dagang tampaknya telah mempengaruhi ekonomi China. empat bulan berturut-turut sudah indeks harga produsen atau producer price index (PPI) turun tanda menurunnya permintaan domestik dan aktivitas manufaktur. Sementara itu penjualan mobil juga anjlok.

Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) yang hawkish juga sentimen negatif. The Fed memang mempertahankan bunga acuannya bulan ini tetapi telah memberikan sinyal akan tetap agresif menaikkan suku bunga untuk menjalankan tugasnya mengendalikan inflasi dan mendukung terciptanya lapangan kerja.

[Gambas:Video CNBC]



(roy/roy) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular