Analisis Teknikal

Terkoreksi 1,71%, IHSG Kembali Dibayangi Koreksi

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
09 November 2018 18:43
Pengumuman CAD kuartal III-2018 sebesar US$8,8 miliar atau setara dengan 3,37% dari PDB menjadi pemberat IHSG.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan di zona merah, atau kembali bergerak dibawah 5.8900. Hari ini, Jumat (9/11/2018), aksi jual pelaku pasar menjelang rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) oleh Bank Indonesia (BI).

Benar saja, 
Bank Indonesia (BI) mengumumkan defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) pada triwulan III-2018 tercatat sebesar US$ 8,8 miliar. Angka ini setara dengan 3,37% dari PDB.

Sesuai dengan perkiraan pelaku pasar, IHSG anjlok ke level 5.874 ,15poin (-1,71%). Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,16 triliun dengan investor asing mencatatkan jual bersih (net sell) senilai Rp 42,9 miliar di semua pasar. Merujuk data bursa, asing masih tercatat net sell Rp 48,4 triliun.

Pelemahan IHSG mulai terlihat ketika pagi tadi dibuka dengan pelemahan 0,71%. Hal ini dipengaruhi oleh hasil rapat komite pengambil keputusan di The Fed yaitu Federal Open Market Committee (FOMC). Jerome ''Jay' Powell dan kawan-kawan memang menahan suku bunga acuan di 2-2,25%.

Meski ekonomi AS dinilai masih tumbuh baik, The Fed menggarisbawahi bahwa laju investasi mulai melambat setelah melesat kencang sejak awal tahun. Namun the Fed masih tetap pada pendriannya, yaitu menaikan suku bunganya secara gradual.

Akibatnya, bursa utama Asia sore ini terpantau terkoreksi. Nikkei ditutup turun 1,05%, Kospi turun 0,31%, Hang Seng anjlok 2,39%.
Sumber: Revinitif
Secara teknikal, Pergerakan IHSG cenderung kembali bergerak menurun secara jangka pendek. Grafik perdagangan yang terbentuk adalah bearish engulfing, dikarenakan indeks terkoreksi cukup dalam, pola tersebut termasuk pola pembalikan (reversal) dari kecenderungan naik menjadi turun.

Pergerakan indeks cenderung menyamping (sideways), antara 5.800 hingga 6.000. Hal ini lebih didominasi kondisi perekonomian global yang kurang kondusif yang mempengaruhi perekonomian dalam negeri.

Kami memperkirakan awal pekan depan indeks masih akan dipenuhi tekanan karena efek dari negatifnya Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan aturan baru dari Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait dengan penghitungan bobot saham-saham penghuni 2 indeks penting yakni LQ45 dan IDX30 membuat saham-saham barang konsumsi dilepas.

Pada intinya, saham dengan free float yang rendah akan cenderung memiliki bobot yang rendah dalam indeks LQ45 dan IDX30. Sebaliknya, saham dengan free float yang tinggi akan cenderung memiliki bobot yang tinggi.

Hal ini akan mempengaruhi komposisi portofolio pada kedua indeks di atas, dimana saham dengan free float rendah berpotensi terkoreksi. Yang juga akan diikuti penyesuaian komposisi portofolio oleh para pengelola dana seperti Manajer Investasi, Asuransi dan Dana Pensiun.


TIM RISET CNBC INDONESIA




(yam/roy) Next Article Tersengat Dampak Corona, IHSG Ambles Lebih 4%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular