Jatuh Makin Parah, Harga CPO Bisa Melemah 4% Pekan Ini

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
09 November 2018 13:18
Harga CPO kontrak Januari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia amblas 1,15%% ke level MYR 2.061/ton pada perdagangan hari Jumat (9/11/2018)
Foto: Antara Foto/Akbar Tado/via REUTERS
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Januari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia amblas 1,15%% ke level MYR 2.061/ton pada perdagangan hari Jumat (9/11/2018), hingga pukul 11.30 WIB atau penutupan perdagangan sesi 1.

Dengan pergerakan hari ini, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini sudah turun empat hari berturut-turut, sekaligus makin mendekati level psikologis MYR 2.000/ton.

Dalam sepekan terakhir, harga CPO menuju pelemahan 4% lebih, koreksi mingguan terbesar sejak pertengahan Juli lalu.

Bahkan, apabila ditelusuri secara historis, harga CPO kini belum beranjak dari level terendahnya lebih dari 3 tahun terakhir, atau sejak awal September 2015.

BACA: Terus Melemah,Harga CPO Masih di Titik Terendah Dalam 3 Tahun

Pelemahan harga CPO masih didorong oleh proyeksi peningkatan stok minyak kelapa sawit di Malaysia dan Indonesia, serta koreksi harga minyak mentah dan minyak kedelai.



Stok minyak kelapa sawit di Malaysia per akhir Oktober diproyeksikan meningkat 14,1% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke level 2,9 juta ton, mengutip survei dari Reuters. Jika terealisasikan, level tersebut merupakan yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir.

Peningkatan stok tersebut tidak lepas dari produksi yang diekspektasikan meningkat 5,7% MtM ke 1,96 juta ton pada bulan lalu, sementara ekspor justru diestimasikan menurun 13% MtM ke 1,41 juta ton di periode yang sama.

Tidak hanya dari Malaysia, produksi minyak kelapa sawit di Indonesia juga diproyeksikan meningkat hampir sebesar 9% MtM pada bulan September, menurut data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).

Seiring produksi yang melambung tersebut, GAPKI melaporkan bahwa stok minyak kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0,2% MtM ke angka 4,6 juta ton di periode tersebut. Sebagai informasi, Indonesia dan Malaysia adalah produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia. Peningkatan produksi dan stok dari dua negara tersebut jelas akan membenani harga.

Selain itu, harga CPO terpengaruh oleh koreksi harga minyak mentah dunia. Kemarin, harga minyak masih mentah jenis light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) terkoreksi 1,62%, sementara harga brent yang menjadi acuan di Eropa amblas 1,97%.

BACA: Fundamental Buruk, Harga Minyak Jatuh 20% Hanya Dalam Sebulan

Penurunan harga minyak dunia memang cenderung menekan harga CPO. Biofuel merupakan salah satu substitusi utama bagi bahan bakar minyak (BBM). Saat harga minyak dunia anjlok, produksi biofuel menjadi kurang ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen menurunnya permintaan CPO sebagai bahan baku biofuel.  

Selain itu, harga CPO juga dipengaruhi koreksi harga kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) yang turun 0,64% pada perdagangan overnight. Hingga pukul 12.39 WIB hari ini, harganya masih tercatat terkoreksi sebesar 0,36%.

Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)


(RHG/gus) Next Article 4 Hari Melemah, Harga CPO Mulai Naik Kembali

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular