CAD Buat Investor Grogi, Rupiah dan IHSG Terkapar

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 November 2018 10:31
Pada pukul 10:07 WIB, rupiah melemah 0,52% dan IHSG anjlok 1,24%
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Periode manis bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) nampak telah usai. Pasca membukukan penguatan selama 8 hari berturut-turut, IHSG akhirnya terjungkal. Pada pukul 10:07 WIB, IHSG anjlok 1,24% ke level 5.902,45.

Dari dalam negeri, tekanan datang dari pengumuman data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) periode kuartal-III 2018 oleh Bank Indonesia (BI). Rilis ini kemungkinan besar terjadi setelah penutupan perdagangan.

Sepanjang kuartal-II 2018, BI mencatat defisit NPI sebesar US$ 4,31 miliar. Defisit NPI menandakan bahwa dolar AS yang keluar dari dalam negeri lebih besar ketimbang yang diterima. Defisit pada kuartal-II 2018 juga membengkak dari defisit kuartal-I 2018 yang sebesar US$ 3,86 miliar.

Di kuartal-III 2018, defisit NPI bisa membengkak lagi. Pasalnya, pos transaksi berjalan/current account diproyeksikan akan mencatatkan defisit yang kian lebar. Pada kuartal II-2018, pos transaksi berjalan mencatatkan defisit 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Capaian ini terbilang cukup bersejarah. Pasalnya, kali terakhir current account deficit (CAD) menyentuh level 3% dari PDB adalah pada kuartal-III 2014 silam.

Defisit neraca perdagangan yang lebih dalam membuat CAD diproyeksikan akan makin parah. Sepanjang kuartal III-2018, neraca perdagangan mencatatkan defisit US$ 2,72 miliar. Pada kuartal-II 2018, defisitnya adalah sebesar US$ 1,37 miliar.

Sebagai informasi, transaksi berjalan merupakan pos yang sangat penting bagi pelaku pasar modal, bahkan bisa dibilang lebih penting dari NPI. Pasalnya, pos transaksi berjalan menggambarkan arus devisa dari perdagangan barang dan jasa yang lebih mampu menopang nilai tukar rupiah dalam jangka panjang karena tidak mudah berubah seperti arus modal portofolio.

Belum lama ini, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo sempat mengindikasikan bahwa CAD kuartal-III 2018 akan membengkak signifikan dari capaian kuartal-II 2018.

"Kan masih ada Juli sama Agustus 2018. Yang memang masih tinggi. Utamanya di Migas. Kemarin defisit besar di migas. Apakah B20, kenaikan harga BBM. Di Kuartal III-2018 masih wajar kalau di atas 3%. Tapi perkiraan kami di Kuartal III-2018 tidak akan lebih dari 3,5%," papar Perry di Gedung BI, Jumat (26/10/2018).

Lantaran ada ekspektasi bahwa CAD akan melebar signifikan, rupiah dilepas oleh pelaku pasar. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,52% di pasar spot ke level Rp 14.610/dolar AS.

Saham-Saham Bank BUKU IV Jadi Korban

Seiring dengan pelemahan rupiah, saham-saham bank BUKU IV pun menjadi korban: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) anjlok 3,33%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 2,03%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 0,55%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 0,1%.

Pelemahan rupiah memantik kekhawatiran mengenai naiknya rasio kredit bermasalah/non-performing loan (NPL), terutama jika terjadi dalam jangka waktu yang panjang.

Seiring dengan melemahnya harga saham bank BUKU IV, indeks sektoralnya yakni jasa keuangan melemah sebesar 0,92%, menjadikannya sektor dengan kontribusi negatif terbesar kedua bagi IHSG setelah barang konsumsi (-2,93%).

TIM RISET CNBC INDONESIA



(ank/roy) Next Article Ramalan BI: CAD 2020 Rendah, di Bawah 2% PDB

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular