
Turki Temukan Ladang Gas Raksasa, Bisa Usir "Hantu" CAD?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Turki berhasil menemukan sumber daya gas di wilayah Laut Hitam. Penemuan ladang gas sebesar 320 miliar meter kubik pada Jumat (21/8/2020) tersebut dapat membantu Turki mengurangi ketergantungan impor energi pada Rusia, Iran, dan Azerbaijan jika gas tersebut dapat diekstraksi secara komersial. Presiden Turki, Tayyip Erdogan, mengatakan negaranya bertekad untuk menjadi eksportir energi netto.
"Turki telah menyadari penemuan gas alam terbesar dalam sejarahnya di Laut Hitam," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi secara luas dari istana Ottoman di Istanbul, yang dihubungkan dengan video ke kapal pengeboran di Laut Hitam barat, dikutip dari Reuters.
"Cadangan ini sebenarnya adalah bagian dari sumber yang jauh lebih besar. Insya Allah akan lebih banyak lagi yang datang," kata Erdogan. "Tidak akan ada henti sampai kita menjadi eksportir bersih energi."
Penemuan tersebut juga akan mengurangi biaya impor energi Turki, yang mencapai US$ 41 miliar tahun lalu, akan meningkatkan keuangan pemerintah dan membantu meringankan defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD). CAD merupakan "hantu" bagi perekonomian yang membuat kurs lira ke rekor terendah terhadap dolar.
Transaksi berjalan menggambarkan arus masuk-keluar devisa yang datang dari ekspor-impor barang dan jasa, pendapatan primer, serta serta pendapatan sekunder.
Transaksi berjalan merupakan satu dari dua komponen Neraca Pembayaran atau Balance of Payment, dan menjadi faktor yang begitu krusial ketimbang komponen satunya (transaksi finansial), lantaran arus devisa yang mengalir dari transaksi berjalan cenderung lebih stabil.
"Kami akan menghapus defisit transaksi berjalan dari agenda negara kami," kata Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak.
Berdasarkan data dari bank sentral Turki (TCMB) transaksi berjalan sepanjang tahun 2019 lalu sebenarnya mengalami surplus US$ 8,895 miliar atau 1,2% dari produk domestik bruto (PDB). Surplus tahunan tersebut merupakan yang pertama sejak tahun 2001.
Turki melaporkan data transaksi berjalan setiap bulan, data menunjukkan sepanjang tahun 2019 tersebut, transaksi berjalan mengalami 6 kali defisit dan 6 kali surplus. Defisit terakhir tercatat pada bulan Desember 2019. Sayangnya, itu menjadi "rally" defisit Turki, dimana sepanjang tahun ini hingga bulan Juni lalu, transaksi berjalan terus tekor.