
Turki Temukan Ladang Gas Raksasa, Bisa Usir "Hantu" CAD?

Pada bulan Juni lalu, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar US$ 2,934 miliar, membengkak signifikan dibandingkan Juni 2019 yang defisit US$ 95 juta.
TCMB melaporkan defisit transaksi berjalan di bulan Juni lalu terjadi akibat defisit yang terjadi di neraca jasa sebesar US$ 294 juta, berbanding terbalik dengan Juni 2019 yang surplus US$ 3,413 miliar. Defisit juga terjadi di sektor pendapatan sekunder sebesar US$ 23 juta, dibandingkan Juni 2019 yang surplus US$ 50 juta. Sementara pendapat primer juga mengalami defisit US$ 522 juta, merosot US$ 555 juta.
Meski kinerja neraca jasa, pendapatan primer hingga sekunder menjadi penyebab defisit transaksi berjalan, tetapi biang keladi sebesarnya adalah impor energi (minyak dan gas) yang terus membukukan defisit jumbo.
Berdasarkan rilis TCMB, sejak Januari 2013 tidak sekalipun sektor energi mencatat surplus, di bulan Juni 2020 defisit tercatat sebesar US$ 1,297 miliar, yang berkontibusi sekitar 44% dari total CAD. Ekspor energi hanya tercatat sebesar US$ 276 juta, sementara impor sebesar US$ 1,573 miliar.
Defisit energi tersebut sebenarnya jauh menurun ketimbang Juni tahun lalu sebesar US$ 2,294 miliar. Tetapi penyebabnya bukan karena ketergantungan Turki terhadap impor energi menurun, tetapi karena aktivitas perekonomian menurun drastis akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Selain defisit energi, transaksi emas non-moneter juga mencatat defisit di bulan Juni lalu sebesar US$ 1,818 miliar. Sehingga transaksi berjalan tanpa memasukkan defisit energi dan emas non-moneter sebenarnya mengalami surplus US$ 181 juta di bulan Juni.
Tetapi perdagangan emas non-moneter Turki mengalami volatilitas yang cukup tinggi, meski mayoritas memang mengalami defisit. Pada bulan Juni 2019 lalu, defisit perdagangan emas non-moneter hanya sebesar US$ 448 juta. Pada periode 2015-2016, perdagangan emas non-moneter bahkan sering mencatat surplus. Sehingga bisa dikatakan defisit di sektor energi yang tidak pernah surplus sejak 2013 menjadi biang keladi defisit transaksi berjalan Turki.
Maka wajar jika penemuan ladang gas raksasa memberikan harapan "hantu" CAD bisa diusir, apalagi jika Turki sampai menjadi net eksportir energi, tentunya transaksi berjalan berpotensi mencetak surplus, dan akan memberikan stabilitas ke nilai tukar lira.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]