
Kuliah Umum Sri Mulyani di Australia: Ekonomi RI Kuat, Tapi..
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
05 November 2018 09:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, bahwa fundamental perekonomian Indonesia saat ini dalam posisi kuat. Namun, masih ada yang satu hal yang menjadi kekhawatiran bendahara negara.
Hal tersebut dikemukakan Sri Mulyani saat memberikan kuliah umum di Australian National University (ANU) di Molonglo Theatre, Crawford Building, Canberra, Australia, dikutip dalam siaran pers, Senin (5/101/2018).
"Perkembangan pertumbuhan PDB Indonesia rata-rata 5,28 persen dari tahun 2000 hingga tahun 2018. Tingkat kemiskinan Indonesia turun hingga level terendah pada bulan Maret 2018," kata Sri Mulyani.
"Meski dalam keadaan kuat, kualitas sumber daya manusia Indonesia belum menggembirakan, yang tergambar dari human capital index Indonesia yang diukur oleh Bank Dunia, dengan skor 0,53 dari skala 0 sampai 1," katanya.
Menurut Sri Mulyani, raya-rata nilai Indonesia di atas negara berpendapatan menengah ke bawah, kecuali untuk nilai anak di bawah 5 tahun yang tidak terkena stunting. Score Indonesia adalah 0.753.
Hal tersebut, sambungnya, bukan hanya menjadi satu-satunya tantangan. Menurut dia, meskipun Indonesia merupakan negara keempat dari jumlah tenaga kerja, namun ketrampilan dari sumber daya manusia masih minim.
Berdasarkan data dari Kementerian Tenaga Kerja, pekerja Indonesia didominasi oleh pekerja dengan minim ketrampilan sebesar 60,24 persen dari total pekerja. Pekerja terampil dengan lulusan sarjana hanya sebesar 11.65 juta pekerja.
Riset McKinsey Global Institute pun meyebutkan, Indonesia memerlukan 113 juta tenaga kerja terampil untuk menjadi kekuatan ke-7 dunia pada tahun 2030. Di tengah era digital, Indonesia pun sejatinya memiliki potensi tinggi untuk berkembang.
Meski demikian, pemerintah tak berdiam diri. Beberapa langkah kebijakan dilakukan untuk berinvestasi pada sumber daya manusia di Indonesia dengan berbagai langkah-langkah konkret.
Beberapa perubahan kebijakan untuk meningkatkn human capital dari Pemerintah kepada masyarakat antara lain penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH) secara non tunai kepada 10 juta masyarakat miskin.
Kemudian, program Indonesia Pintar (PIP) dengan kartu pintar yang juga bisa digunakan sebagai kartu ATM kepada 19,7 juta siswa, dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang didistribusikan melalui combo card.
"Investasi pada human capital di Indonesia telah memberikan hasil antara lain tingkat kematian bayi turun hingga 50 persen; berkurangnya anak putus sekolah dalam usia SD hingga 40 persen, adanya program jaminan sosial di seluruh desa," jelasnya.
(roy/roy) Next Article Begini Ramalan Sri Mulyani Soal Ekonomi RI di 2020
Hal tersebut dikemukakan Sri Mulyani saat memberikan kuliah umum di Australian National University (ANU) di Molonglo Theatre, Crawford Building, Canberra, Australia, dikutip dalam siaran pers, Senin (5/101/2018).
"Perkembangan pertumbuhan PDB Indonesia rata-rata 5,28 persen dari tahun 2000 hingga tahun 2018. Tingkat kemiskinan Indonesia turun hingga level terendah pada bulan Maret 2018," kata Sri Mulyani.
Hal tersebut, sambungnya, bukan hanya menjadi satu-satunya tantangan. Menurut dia, meskipun Indonesia merupakan negara keempat dari jumlah tenaga kerja, namun ketrampilan dari sumber daya manusia masih minim.
Berdasarkan data dari Kementerian Tenaga Kerja, pekerja Indonesia didominasi oleh pekerja dengan minim ketrampilan sebesar 60,24 persen dari total pekerja. Pekerja terampil dengan lulusan sarjana hanya sebesar 11.65 juta pekerja.
Riset McKinsey Global Institute pun meyebutkan, Indonesia memerlukan 113 juta tenaga kerja terampil untuk menjadi kekuatan ke-7 dunia pada tahun 2030. Di tengah era digital, Indonesia pun sejatinya memiliki potensi tinggi untuk berkembang.
Meski demikian, pemerintah tak berdiam diri. Beberapa langkah kebijakan dilakukan untuk berinvestasi pada sumber daya manusia di Indonesia dengan berbagai langkah-langkah konkret.
Beberapa perubahan kebijakan untuk meningkatkn human capital dari Pemerintah kepada masyarakat antara lain penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH) secara non tunai kepada 10 juta masyarakat miskin.
Kemudian, program Indonesia Pintar (PIP) dengan kartu pintar yang juga bisa digunakan sebagai kartu ATM kepada 19,7 juta siswa, dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang didistribusikan melalui combo card.
"Investasi pada human capital di Indonesia telah memberikan hasil antara lain tingkat kematian bayi turun hingga 50 persen; berkurangnya anak putus sekolah dalam usia SD hingga 40 persen, adanya program jaminan sosial di seluruh desa," jelasnya.
(roy/roy) Next Article Begini Ramalan Sri Mulyani Soal Ekonomi RI di 2020
Most Popular