Percaya Nggak? Tahun 2036, Ekonomi RI di Atas Rusia & Korsel

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
26 December 2021 17:00
Suasana Gedung Kementrian di Kawasan Jakarta, Rabu 7/8. Pemindahan ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari Jakarta ke salah satu lokasi di Kalimantan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit, mencapai Rp 466 triliun. Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan Salah satu komponen utama pendanaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 
Potensinya sangat kasar. Pemetaan potensi aset di Medan Merdeka, Kuningan, Sudirman, dan Thamrin perkiraan Rp 150 triliun. Ini bisa menambal kebutuhan APBN. Tadinya dari APBN butuh Rp 93 triliun. Artinya dengan Rp 150 triliun bisa menutup untuk bangun istana, pangkalan TNI, dan kebutuhan rumah dinas. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi gedung perkantoran di Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia diperkirakan akan menempati peringkat 10 besar ekonomi dunia dalam 15 tahun ke depan. Indonesia diprediksi akan berada di atas Rusia dan Korea Selatan.

Hal itu terungkap dalam laporan World Economic League Table 2022 yang dirilis oleh CEBR, konsultan di Inggris. Laporan tersebut memperkirakan output perekonomian dunia akan menembus lebih dari US$ 100 triliun untuk pertama kalinya dalam sejarah tahun depan.

CEBR memperkirakan China akan menjadi negara ekonomi terbesar dunia pada 2030 mendatang, dua tahun lebih lambat dari proyeksi laporan lembaga itu tahun lalu.

India disebut-sebut akan menyalip Prancis pada tahun depan. Adapun Inggris pada 2023 akan kembali merengkuh posisi ekonomi terbesar keenam dunia, tulis laporan CEBR.

"Isu penting untuk tahun 2020-an adalah bagaimana ekonomi dunia mengatasi inflasi yang kini telah mencapai 6,8% di AS," kata Wakil Ketua CEBR Douglas McWilliams, melansir Reuters, Minggu (26/12/2021).

"Kami berharap ada ada penyesuaian yang lebih sederhana. Jika tidak, maka dunia perlu bersiap menghadapi resesi pada tahun 2023-2024," sambungnya.

CEBR menilai ekonomi dunia ke depan akan digerakkan oleh tiga isu utama, yaitu cara penanganan inflasi, teknologi, dan lingkungan.

Kekurangan pasokan dan krisis kapal distribusi membuat harga komoditas melambung pada tahun 2021. Tidak terkecuali komoditas energi seperti batu bara, minyak, dan gas. Hal ini yang membuat inflasi di berbagai negara konsumen komoditas energi naik tinggi.

Melihat fenomena ini, pemangku kebijakan moneter merespons dengan mengurangi stimulus pandemi dan kenaikan suku bunga. Hal ini yang sedang dilakukan oleh The Fed, bank sentral negara dengan ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat (AS). The Fed saat ini mulai melakukan mengurangi aliran stimulus dengan pembelian obilgasi dan berencana menaikkan suku bunga tahun 2022. 

Sementara China kemungkinan akan menggunakan lebih banyak cara administratif untuk 'mendinginkan' inflasi mereka. Ini karena pasar properti yang sangat rapuh. 

Pasar negara berkembang mungkin akan terdampak, terutama jika pengetatan moneter di AS meningkatkan nilai dolar.

CEBR melihat inflasi yang tinggi dan pandemi mendorong penggunaan teknologi. Salah satu yang memiliki perkembangan yang pesat adalah teknologi energi alternatif (EBT). Contohnya adalah pengembangan kendaraan listrik.

Pemakaian energi alternatif dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang dinilai menjadi pelaku perubahan iklim. Adanya COP26 semakin mendorong investasi EBT yang akan terus meningkat seiring dengan komitmen net zero emission.

Indonesia akan diuntungkan dari pengembangan EBT karena memiliki peran penting dalam pembuatan teknologi energi hijau. Sebab, Indonesia adalah produsen terbesar nikel yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik. Selain itu juga Indonesia sebagai produsen logam yang penting dalam teknologi EBT seperti timah, tembaga, kobalt, dan perak.

Sementara Indonesia akan menempati posisi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke 9 pada 2034 mendatang dan dua tahun berselang akan naik menjadi peringkat 8.

Saat ini, Indonesia menempati peringkat 16 ekonomi terbesar di dunia. Indonesia diperkirakan memiliki PDB per kapita sebesar US$12.967 pada tahun 2021.


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini 4 Negara Eropa Pengimpor Batu Bara dari Indonesia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular