Bank Perang Bunga Deposito, Siapa Jadi Korban?
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
31 October 2018 21:00

Untuk mengatasi hal ini, mau tidak mau industri perbankan harus menawarkan bunga yang lebih menarik lagi. Tujuannya jelas, agar deposan lebih memilih memarkir dananya di perbankan ketimbang obligasi.
Pergerakan paling agresif diperlihatkan oleh bank BUKU III. Bank Kategori tersebut berani menawarkan special rate hingga 7,17%. Padahal suku bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hanya 6,5%.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan ditawarkan bank-bank BUKU I, II dan IV masing-masing 6,9%, 6,91% dan 6,96%. Selain menarik dana masyarakat, tindakan ini juga didasari oleh penyaluran kredit bank BUKU III yang begitu tinggi.
Bunga deposito special rate adalah deposito yang bunganya di atas bunga penjaminan LPS. Bunga ini ditawarkan over the counter dan ditawarkan kepada deposan pemilik dana besar. Artinya, deposito ini tidak dijamin LPS bila bank bermasalah atau kolaps.
Sejatinya, kebijakan bank BUKU 3 menawarkan bunga sebagai cara untuk menghimpun likuiditas adalah pilihan yang paling logis. Berdasarkan rilis Statistik Perbankan Indonesia (SPI) per Agustus 2018, penyaluran kredit bank BUKU 3 mencapai Rp 1.761,12 triliun. Angka ini meningkat Rp 232,23 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2017.
Di sisi lain, DPK yang dihimpun sekitar Rp 1.703,44 triliun atau ini lebih kecil dibandingkan penyaluran kredit di periode tersebut. Hasilnya, loan to Deposit Rasio (LDR) pun menembus di atas 100%. BI sendiri sejak 2013 telah menetapkan ambang batas LDR perbankan di level 92%.
Dengan kondisi LDR yang melebihi batas yang ditetapkan, menyebabkan likuiditas bank-bank BUKU III lampu kuning atau sudah ketat. Namun bukan hanya hal itu masalahnya. Keberanian bank BUKU III menawarkan special rate cukup tinggi, bisa mengancam bisnis dari bank-bank kategori lain seperti BUKU I dan II.
Situasi DPK yang sama-sama anjlok, maka peluang DPK terus melambat cukup besar. Jika ini terjadi, bukan tidak mungkin bank BUKU I dan II akan mengambil sikap nekat dengan menaikkan spesial rate. Belum lagi jika bank BUKU IV ikut-ikutan menaikkan, maka era perang suku bunga terjadi.
(alf/roy)
Pergerakan paling agresif diperlihatkan oleh bank BUKU III. Bank Kategori tersebut berani menawarkan special rate hingga 7,17%. Padahal suku bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hanya 6,5%.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan ditawarkan bank-bank BUKU I, II dan IV masing-masing 6,9%, 6,91% dan 6,96%. Selain menarik dana masyarakat, tindakan ini juga didasari oleh penyaluran kredit bank BUKU III yang begitu tinggi.
Bunga deposito special rate adalah deposito yang bunganya di atas bunga penjaminan LPS. Bunga ini ditawarkan over the counter dan ditawarkan kepada deposan pemilik dana besar. Artinya, deposito ini tidak dijamin LPS bila bank bermasalah atau kolaps.
Sejatinya, kebijakan bank BUKU 3 menawarkan bunga sebagai cara untuk menghimpun likuiditas adalah pilihan yang paling logis. Berdasarkan rilis Statistik Perbankan Indonesia (SPI) per Agustus 2018, penyaluran kredit bank BUKU 3 mencapai Rp 1.761,12 triliun. Angka ini meningkat Rp 232,23 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2017.
Di sisi lain, DPK yang dihimpun sekitar Rp 1.703,44 triliun atau ini lebih kecil dibandingkan penyaluran kredit di periode tersebut. Hasilnya, loan to Deposit Rasio (LDR) pun menembus di atas 100%. BI sendiri sejak 2013 telah menetapkan ambang batas LDR perbankan di level 92%.
Dengan kondisi LDR yang melebihi batas yang ditetapkan, menyebabkan likuiditas bank-bank BUKU III lampu kuning atau sudah ketat. Namun bukan hanya hal itu masalahnya. Keberanian bank BUKU III menawarkan special rate cukup tinggi, bisa mengancam bisnis dari bank-bank kategori lain seperti BUKU I dan II.
Situasi DPK yang sama-sama anjlok, maka peluang DPK terus melambat cukup besar. Jika ini terjadi, bukan tidak mungkin bank BUKU I dan II akan mengambil sikap nekat dengan menaikkan spesial rate. Belum lagi jika bank BUKU IV ikut-ikutan menaikkan, maka era perang suku bunga terjadi.
Next Page
Perang Bunga Deposito Pernah Terjadi
Pages
Most Popular