Likuiditas Terkikis, Bunga Deposito Merangkak Naik

Muhammad Khadafi, CNBC Indonesia
14 June 2024 15:20
Suasana Transaksi di Kantor Cabang Bank Mandiri/CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Foto: Suasana Transaksi di Kantor Cabang Bank Mandiri/CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Likuiditas perbankan di Indonesia terkikis seiring dengan pertumbuhan kredit yang konsisten lebih besar dibandingkan dengan dana pihak ketiga (DPK). 

Mengutip data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) bank per April 2024 sebesar 113,94%, turun 948 basis poin (bps) dibandingkan dengan awal tahun, yakni 123,42%. Bila dibandingkan dengan posisi awal 2023, turun 1.565 bps, dari sebelumnya 128,59%.

Hal tersebut seiring dengan rentang antara pertumbuhan kredit dengan DPK yang semakin jauh. Per April 2024 kredit tumbuh 13,09% yoy dan DPK naik 8,21%, sedangkan pada awal 2023 kredit tumbuh 10,64% yoy dan DPK 8,18% yoy.

Likuiditas yang menurun mau tidak mau mendorong perbankan untuk meningkatkan bunga deposito untuk memenangkan dana di pasar. Sepanjang tahun ini, hingga April 2024, bunga deposito industri perbankan turun 3 bps menjadi 4,07%. Akan tetapi bila dibandingkan dengan awal 2023, bunga deposito sudah naik 31 bps. 

Bila dirinci, kenaikan bunga deposito tertinggi terjadi pada kelompok bank bermodal inti (KBMI) IV, yakni sebesar 46 bps. Kemudian diikuti oleh bank kecil atau KBMI I yaitu 37 bps. 

Sementara itu, suku bunga acuan Bank Indonesia naik 50 bps menjadi 6,25% sejak awal 2023 hingga April 2024.

Sebelumnya Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso mengatkaan bahwa rebutan likuiditas di pasar merupakan respons terhadap kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Dengan demikian, sebagai perbankan pihaknya harus optimal dalam menggunakan likuiditas untuk tetap bisa tumbuh.

"Maka kemudian itu yang saya katakan just right likuiditas itu menjadi pendekatan kita. Menjadi penting bagi kita. Jadi berapapun likuiditas yang kita terima dengan biaya yang pasti naik maka kita harus bisa tempatkan secara benar, secara optimal sehingga tetap akan produktif," jelasnya, dikutip Jumat 14/6/2024).

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin mengatakan, seiring dengan tingginya BI Rate, dampaknya secara umum akan terasa dalam enam bulan ke depan.

Kenaikan suku bunga acuan tersebut akan berdampak kepada deposito dan akhirnya membuat bank perlu menyesuai bunga kredit untuk menjaga laba. 

Presiden Direktur Panin Bank Herwidayatmo mengatakan suku bunga acuan tinggi harus disikapi dengan penyesuaian yang sesuai.

"Saya kira semua pihak harus menyesuaikan dengan kondisi pasar," kata dia saat dihubungi CNBC Indonesia.

Adapun sejauh ini, secara industri, bank belum berani meningkatkan bunga kredit. Per April 2024, rata-rata tertimbang bunga kredit sebesar 9,25%, masih sama dibandingkan dengan posisi awal 2023. 


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos LPS Sebut Bank di RI Oligopolis, Ini Datanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular