
Hijaunya Pasar Regional Dongkrak Pasar Obligasi Pemerintah
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
30 October 2018 18:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat di tengah sentimen positif di pasar keuangan domestik hari ini.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark), yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah seri 10 tahun dengan penurunan yield 2,5 basis poin (bps) menjadi 8,63%.
Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan lain juga menguat yaitu seri 15 tahun dan 20 tahun, dengan penurunan yield 0,9 bps dan 1,6 bps menjadi 8,84% dan 9,05%.
Seri acuan pendek yaitu 5 tahun masih melemah dengan kenaikan yield 0,2 bps menjadi 8,45%.
Sumber: Refinitiv
Sentimen positif untuk pasar domestik hari ini disebabkan oleh faktor regional yaitu turunnya angka pengangguran Jepang, serta stimulus pasar modal di Korsel dan China.
Dari dalam negeri, sempat terjadi tekanan pada pasar keuangan karena pengumuman data investasi asing sempat membatasi penguatan di pasar saham.
Penguatan pasar SBN juga masih terjadi meskipun siang ini digelar lelang rutin surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara).
Pelaku pasar biasanya melakukan aksi jual untuk menaikkan yield sehingga memojokkan posisi tawar pemerintah dalam lelang.
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.
Indeks tersebut naik 0,25 poin (0,12%) menjadi 225,74 dari posisi kemarin 225,48.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 552 bps, menyempit dari posisi kemarin 556 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 3,11% dari kemarin 3,09%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 863,36 triliun SBN, atau 37,26% dari total beredar Rp 2.317 triiliun per 29 Oktober.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 12,51 triliun dibanding posisi September Rp 850,85 triliun, dan membuat persentasenya naik dari posisi 36,89% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,6% menjadi 5.789 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,05% menjadi Rp 15.222 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang naik 0,31% menjadi 96,875.
(Rp miliar) Sumber: Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu
Penerbitan SBSN dalam Lelang di Atas Target
Dalam lelang SBSN hari ini, pemerintah menerbitkan efek utang syariah senilai Rp 5,62 triliun, di atas target maksimal penerbitan Rp 4 triliun.
Dari hasil tersebut, pemerintah terlihat memenuhi permintaan ketika minat peserta lelang relatif tinggi yaitu dengan minat yang mencapai Rp 11,3 triliun.
Meskipun demikian, angka permintaan tersebut masih lebih rendah daripada permintaan lelang SBSN terakhir Rp 13,89 triliun dan rerata sejak awal tahun Rp 12,83 triliun.
Dalam delapan lelang SBSN terakhir, pemerintah terlihat selalu menerbitkan di atas target jika permintaan relatif ramai dan yield tidak terlalu tinggi.
Hal tersebut tidak terjadi dalam lelang di pasar konvensional di mana dalam 13 lelang konvensional terakhir pemerintah selalu menerbitkan di bawah target maksimal Rp 20 triliun.
Dari total permintaan pelaku pasar, yield rerata tertimbang yang dimenangkan pemerintah dalam lelang relatif lebih tinggi daripada prediksi pelaku pasar.
Yield yang lebih tinggi daripada prediksi tersebut adalah pada seri SPN-S 01082019, PBS14, PBS19, dan PBS12.
Di sisi lain, dua seri yaitu seri SPN-S 01052019 dan PBS17 masih di dalam rentang yang diprediksi pelaku pasar.
Sumber: Diolah
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/wed) Next Article Rupiah Bergejolak, Lelang Obligasi Berpotensi Kurang Semarak
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark), yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah seri 10 tahun dengan penurunan yield 2,5 basis poin (bps) menjadi 8,63%.
Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan lain juga menguat yaitu seri 15 tahun dan 20 tahun, dengan penurunan yield 0,9 bps dan 1,6 bps menjadi 8,84% dan 9,05%.
Seri acuan pendek yaitu 5 tahun masih melemah dengan kenaikan yield 0,2 bps menjadi 8,45%.
Yield Obligasi Negara Acuan 30 Oct 2018 | ||||
Seri | Benchmark | Yield 29 Okt 2018 (%) | Yield 30 Oct 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 8.457 | 8.459 | 0.20 |
FR0064 | 10 tahun | 8.658 | 8.633 | -2.50 |
FR0065 | 15 tahun | 8.854 | 8.845 | -0.90 |
FR0075 | 20 tahun | 9.068 | 9.052 | -1.60 |
Avg movement | -1.20 |
Sentimen positif untuk pasar domestik hari ini disebabkan oleh faktor regional yaitu turunnya angka pengangguran Jepang, serta stimulus pasar modal di Korsel dan China.
Dari dalam negeri, sempat terjadi tekanan pada pasar keuangan karena pengumuman data investasi asing sempat membatasi penguatan di pasar saham.
Penguatan pasar SBN juga masih terjadi meskipun siang ini digelar lelang rutin surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara).
Pelaku pasar biasanya melakukan aksi jual untuk menaikkan yield sehingga memojokkan posisi tawar pemerintah dalam lelang.
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.
Indeks tersebut naik 0,25 poin (0,12%) menjadi 225,74 dari posisi kemarin 225,48.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 552 bps, menyempit dari posisi kemarin 556 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 3,11% dari kemarin 3,09%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 863,36 triliun SBN, atau 37,26% dari total beredar Rp 2.317 triiliun per 29 Oktober.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 12,51 triliun dibanding posisi September Rp 850,85 triliun, dan membuat persentasenya naik dari posisi 36,89% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,6% menjadi 5.789 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,05% menjadi Rp 15.222 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang naik 0,31% menjadi 96,875.
Hasil Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) | ||||||
30-Oct-18 | SPN-S 01052019 | SPN-S 01082019 | PBS014 | PBS019 | PBS017 | PBS012 |
Jatuh tempo | 1-May-19 | 1-Aug-19 | 15-May-21 | 15-Sep-23 | 15-Oct-25 | 15-Nov-31 |
Kupon imbal hasil | Diskonto | Diskonto | 6.500% | 8.250% | 6.125% | 8.875% |
Yield rerata tertimbang | 6.747% | 7.031% | 8.285% | 8.829% | 9.000% | 9.379% |
Penawaran masuk | 3,816 | 3,115 | 2,456 | 1,038 | 145 | 730 |
Kompetitif dimenangkan | 475 | 850 | 2,160 | 357 | 24 | 210 |
Total dimenangkan | 950 | 1,700 | 2,160 | 510 | 35 | 270 |
Persentase dimenangkan | 50.00% | 50.00% | 100.00% | 70.00% | 68.57% | 77.78% |
Target indikatif | 4,000 | |||||
Total penawaran masuk | 11,300 | |||||
Penerbitan | 5,625 |
Penerbitan SBSN dalam Lelang di Atas Target
Dalam lelang SBSN hari ini, pemerintah menerbitkan efek utang syariah senilai Rp 5,62 triliun, di atas target maksimal penerbitan Rp 4 triliun.
Dari hasil tersebut, pemerintah terlihat memenuhi permintaan ketika minat peserta lelang relatif tinggi yaitu dengan minat yang mencapai Rp 11,3 triliun.
Meskipun demikian, angka permintaan tersebut masih lebih rendah daripada permintaan lelang SBSN terakhir Rp 13,89 triliun dan rerata sejak awal tahun Rp 12,83 triliun.
Dalam delapan lelang SBSN terakhir, pemerintah terlihat selalu menerbitkan di atas target jika permintaan relatif ramai dan yield tidak terlalu tinggi.
Hal tersebut tidak terjadi dalam lelang di pasar konvensional di mana dalam 13 lelang konvensional terakhir pemerintah selalu menerbitkan di bawah target maksimal Rp 20 triliun.
Dari total permintaan pelaku pasar, yield rerata tertimbang yang dimenangkan pemerintah dalam lelang relatif lebih tinggi daripada prediksi pelaku pasar.
Yield yang lebih tinggi daripada prediksi tersebut adalah pada seri SPN-S 01082019, PBS14, PBS19, dan PBS12.
Di sisi lain, dua seri yaitu seri SPN-S 01052019 dan PBS17 masih di dalam rentang yang diprediksi pelaku pasar.
Seri SBSN | Mandiri Sekuritas | MNC Sekuritas | Realisasi Lelang |
SPN-S 01052019 | 6.7% (6.65% - 6.75%) | 6.46% - 6.56% | 6.747% |
SPN-S 01082019 | 6.98% (6.93% - 6.7.03%) | 6.81% - 6.9% | 7.031% |
PBS14 | 8.2% (8.15% - 8.25%) | 8.15% - 8.25% | 8.285% |
PBS19 | 8.7% (8.65% - 8.75%) | 8.68% - 8.78% | 8.829% |
PBS17 | 8.89% (8.84% - 8.93%) | 8.96% - 9.06% | 9.000% |
PBS12 | 9.27% (9.29% - 9.31%) | 9.21% - 9.31% | 9.379% |
Permintaan | Rp 11 triliun-Rp 16 triliun | Rp 8 triliun-Rp 15 triliun | Rp 11,3 triliun |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/wed) Next Article Rupiah Bergejolak, Lelang Obligasi Berpotensi Kurang Semarak
Most Popular