
Internasional
Laba Naik 28%, Harga Saham HSBC Melonjak 5%
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
29 October 2018 18:19

Jakarta, CNBC Indonesia - HSBC, bank terbesar di Eropa, pada hari Senin (29/10/2018) mengumumkan laba sebelum pajak kuartal ketiganya melonjak 28% dari tahun lalu, menjadi US$5,92 miliar (Rp 90,1 triliun).
Pendapatan bank untuk kuartal Juli-September adalah US$13,798 miliar, 6,32% lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu.
Meskipun ada peningkatan tersebut, laba sebelum pajak dan pendapatan bank yang dilaporkan untuk kuartal ini sedikit meleset dari proyeksi, menurut perkiraan analis yang dihimpun oleh perusahaan data Refinitiv.
"Ini adalah hasil yang menggembirakan yang menunjukkan potensi pendapatan dari HSBC," kata chief executive grup bank, John Flint, dalam sebuah pernyataan yang menyertai rilis pendapatan, dikutip dari CNBC International.
Saham HSBC yang tercatat di Hong Kong melonjak 5% setelah istirahat makan siang.
Sahamnya di London dan Hong Kong telah turun lebih dari 20% sejak awal tahun karena prospek pertumbuhan global semakin terancam oleh ketidakpastian di sekitar perdagangan.
HSBC berkantor pusat di London tetapi sebagian besar pendapatannya berasal dari Asia.
Perlambatan aktivitas ekonomi di China akan membebani bisnis utama bank di Hong Kong, di mana profitabilitas pinjaman stagnan, jelas analis. Hal negatif yang menambah beban di prospek adalah aksi jual baru-baru ini di pasar global, yang akan menantang bisnis perdagangan bank, kata para analis.
JPMorgan Chase adalah salah satu perusahaan yang menurunkan proyeksinya untuk HSBC.
"Risiko seperti yang kita lihat adalah kelemahan yang berkelanjutan, khususnya di pasar modal serta bisnis wealth management yang diberikan beberapa tren makroekonomi yang kita lihat di wilayah ini," kata James Sullivan, kepala riset ekuitas Asia di Jepang di JP Morgan Chase, mengatakan dalam acara "Street Signs" di CNBC.
"HSBC memiliki bisnis keuangan perdagangan yang signifikan juga sehingga banyak ketegangan perdagangan yang kami bicarakan juga akan menjadi faktor risiko," tambahnya.
(prm) Next Article Bank Terbesar Eropa, HSBC Raup Laba Rp 88,7 T pada Q1-2019
Pendapatan bank untuk kuartal Juli-September adalah US$13,798 miliar, 6,32% lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu.
Meskipun ada peningkatan tersebut, laba sebelum pajak dan pendapatan bank yang dilaporkan untuk kuartal ini sedikit meleset dari proyeksi, menurut perkiraan analis yang dihimpun oleh perusahaan data Refinitiv.
Saham HSBC yang tercatat di Hong Kong melonjak 5% setelah istirahat makan siang.
Sahamnya di London dan Hong Kong telah turun lebih dari 20% sejak awal tahun karena prospek pertumbuhan global semakin terancam oleh ketidakpastian di sekitar perdagangan.
HSBC berkantor pusat di London tetapi sebagian besar pendapatannya berasal dari Asia.
Perlambatan aktivitas ekonomi di China akan membebani bisnis utama bank di Hong Kong, di mana profitabilitas pinjaman stagnan, jelas analis. Hal negatif yang menambah beban di prospek adalah aksi jual baru-baru ini di pasar global, yang akan menantang bisnis perdagangan bank, kata para analis.
JPMorgan Chase adalah salah satu perusahaan yang menurunkan proyeksinya untuk HSBC.
"Risiko seperti yang kita lihat adalah kelemahan yang berkelanjutan, khususnya di pasar modal serta bisnis wealth management yang diberikan beberapa tren makroekonomi yang kita lihat di wilayah ini," kata James Sullivan, kepala riset ekuitas Asia di Jepang di JP Morgan Chase, mengatakan dalam acara "Street Signs" di CNBC.
"HSBC memiliki bisnis keuangan perdagangan yang signifikan juga sehingga banyak ketegangan perdagangan yang kami bicarakan juga akan menjadi faktor risiko," tambahnya.
(prm) Next Article Bank Terbesar Eropa, HSBC Raup Laba Rp 88,7 T pada Q1-2019
Most Popular