
Duh! Laba HSBC Anjlok 65% Gegara Corona

Jakarta, CNBC Indonesia - HSBC mencatatkan penurunan laba sebelum pajak yang sangat drastis pada Senin (3/8/2020), yaitu sebesar 65% secara tahunan (year-on-year) untuk enam bulan pertama tahun 2020. Hal itu merupakan imbas dari merebaknya wabah virus corona (COVID-19), yang telah memaksa bank untuk menyisihkan lebih banyak dana untuk kerugian pinjaman yang mungkin terjadi.
Bank terbesar di Eropa berdasarkan asetnya itu melaporkan laba sebelum pajak sebesar US$ 4,32 miliar pada semester pertama tahun ini, turun dari US$ 12,41 miliar yang dilaporkan tahun lalu. Angka itu juga lebih rendah dari estimasi analis dari HSBC untuk laba sebelum pajak sebesar US$ 5,69 miliar.
Pendapatan bank yang dilaporkan selama periode yang sama juga turun 9% menjadi US$ 26,7 miliar. Namun angka itu sedikit di atas ekspektasi analis yang sebesar US$ 26,41 miliar, menurut perkiraan yang disusun oleh HSBC.
Pada sesi kedua perdagangan di Bursa Hong Kong hari ini, saham HSBC anjlok lebih dari 4%.
"Bank dipengaruhi oleh pandemi Covid-19, penurunan suku bunga, peningkatan risiko geopolitik dan meningkatnya tingkat volatilitas pasar." kata Kepala Eksekutif HSBC Noel Quinn, sebagaimana dilaporkan CNBC International.
"Enam bulan pertama 2020 adalah sebagian dari ingatan yang paling menantang dalam hidup. Karena pandemi Covid-19, banyak dari ekonomi global melambat secara signifikan dan beberapa sektor hampir berhenti total."
Selain faktor-faktor di atas, Quinn juga mengatakan ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China turut andil dan bahwa ketegangan itu merupakan tantangan yang harus dikelola bank dalam jangka panjang.
"Ketegangan saat ini antara China dan AS tak terhindarkan menciptakan situasi yang menantang bagi organisasi dengan jejak kaki HSBC," tambahnya.
Untuk menyiasati tekanan tersebut, Quinn mengatakan bahwa bank akan mempercepat implementasi dari restrukturisasi yang telah direncanakan. Restrukturisasi yang telah diumumkannya pada Februari itu akan mencakup penggabungan perbankan ritel dan unit manajemen kekayaan, memangkas bisnis ekuitas Eropa serta mengurangi jaringan cabang di AS.
Sebelumnya pada Februari, HSBC mengumumkan rencana tersebut akan berarti ada pengurangan sekitar 35.000 pekerja.
"Kami bergerak maju dengan rencana ini di mana pun kami bisa," kata Quinn.
"Pada saat yang sama, lingkungan operasi kami telah berubah secara signifikan sejak awal tahun. Oleh karena itu kami juga akan melihat tindakan tambahan apa yang perlu kami ambil sehubungan dengan lingkungan ekonomi baru."
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Q1-2020, Laba HSBC 'Tergerus' 48% di Masa Pandemi Corona