
Faktor-Faktor yang Buat BI Tahan Bunga Acuan di 5,75%
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
23 October 2018 16:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan bunga acuan BI 7-Day RR di level 5,75%. Setidaknya, ada sejumlah faktor yang membuat bank sentral menempuh keputusan tersebut.
Berikut sejumlah faktor yang membuat bank sentral menahan bunga acuan dalam RDG Bulan ini, dikutip dalam siaran pers bank sentral, Selasa (23/10/2018).
Pertama, pertumbuhan ekonomi global yang diproyeksikan lebih rendah yang disertai ketidakpastian pasar keuangan global yang masih cukup tinggi baik yang berasal dari kondisi perekonomian AS sampai dengan ekonomi Eropa, China, dan negara berkembang lain.
"Penurunan proyeksi ekonomi dunia juga dipengaruhi ketegangan hubungan dagang antara AS dan negara lain yang kemudian menurunkan volume perdagangan dunia. Harga komoditas ekspor Indonesia tumbuh lebih lambat, di tengah harga minyak dunia yang terus meningkat," demikian kutipan hasil RDG BI.
Kedua, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III yang tidak sekuat yang diperkirakan, dipengaruhi penurunan eskpor. Meskipun konsumsi dan investasi masih terjaga, namun pertumbuhan ekspor tidak akan setinggi yang diperkirakan.
Atas dasar itu, bank sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 berada di kisaran bawah 5%-5,4%.
Ketiga, neraca perdagangan yang masih mengalami defisit yang secara langsung memberikan pengaruh terhadap transaksi berjalan. BI menegaskan, akan terus bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan neraca perdagangan.
Keempat, depresiasi nilai tukar rupiah. Secara year to date, depresiasi nilai tukar rupiah mencapai 10,65%. BI akan terus menjaga stabilitas nilai tukar sesuai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.
Selain itu, BI akan terus melakukan langkah stabilisasi dengan mengembangkan pasar keuangan untuk menjaga volatilitas rupiah, serta kecukupan likuiditas di pasar. Sehingga, tidak menimbulkan risiko terhadap stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan.
Kelima, inflasi yang masih cukup terkendali dan stabil. Meskipun sejauh ini pergerakan inflasi lebih stabil, namun bank sentral bersama pemerintah akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dalam pengendalian inflasi agar tetap rendah dan stabil.
Keenam, dari sisi stabilitas sistem keuangan yang terjaga yang disertai intermediasi perbankan yang meningkat. Pertumbuhan kredit diperkirakan masih berada dalam kisaran 10-12%, namun pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) diproyeksikan mengalami perlambatan di bawah kisaran 8-10%.
Ketujuh, dari sisi stabilitas sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah yang masih cukup baik, yang terlihat dari setelmen transaksi non tunai baik nilai besar dan ritel serta transaksi tunai pada September 2018 yang tetap tumbuh positif.
(dru) Next Article BI Cerita Tekanan Dahsyat dari Global yang Mendera RI
Berikut sejumlah faktor yang membuat bank sentral menahan bunga acuan dalam RDG Bulan ini, dikutip dalam siaran pers bank sentral, Selasa (23/10/2018).
Pertama, pertumbuhan ekonomi global yang diproyeksikan lebih rendah yang disertai ketidakpastian pasar keuangan global yang masih cukup tinggi baik yang berasal dari kondisi perekonomian AS sampai dengan ekonomi Eropa, China, dan negara berkembang lain.
Atas dasar itu, bank sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 berada di kisaran bawah 5%-5,4%.
Ketiga, neraca perdagangan yang masih mengalami defisit yang secara langsung memberikan pengaruh terhadap transaksi berjalan. BI menegaskan, akan terus bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan neraca perdagangan.
Keempat, depresiasi nilai tukar rupiah. Secara year to date, depresiasi nilai tukar rupiah mencapai 10,65%. BI akan terus menjaga stabilitas nilai tukar sesuai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.
Selain itu, BI akan terus melakukan langkah stabilisasi dengan mengembangkan pasar keuangan untuk menjaga volatilitas rupiah, serta kecukupan likuiditas di pasar. Sehingga, tidak menimbulkan risiko terhadap stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan.
Kelima, inflasi yang masih cukup terkendali dan stabil. Meskipun sejauh ini pergerakan inflasi lebih stabil, namun bank sentral bersama pemerintah akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dalam pengendalian inflasi agar tetap rendah dan stabil.
Keenam, dari sisi stabilitas sistem keuangan yang terjaga yang disertai intermediasi perbankan yang meningkat. Pertumbuhan kredit diperkirakan masih berada dalam kisaran 10-12%, namun pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) diproyeksikan mengalami perlambatan di bawah kisaran 8-10%.
Ketujuh, dari sisi stabilitas sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah yang masih cukup baik, yang terlihat dari setelmen transaksi non tunai baik nilai besar dan ritel serta transaksi tunai pada September 2018 yang tetap tumbuh positif.
(dru) Next Article BI Cerita Tekanan Dahsyat dari Global yang Mendera RI
Most Popular