
Menanti Aksi The Fed di Desember, Alasan BI Tahan Bunga Acuan
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
23 October 2018 15:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan bunga acuan BI 7-Day RR di posisi 5,75%. Bank sentral di bawah komando Perry Warjiyo kini fokus untuk menurunkan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik.
"Keputusan tersebut konsisten dengan upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas aman dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik sehingga dapat semakin memperkuat ketahanan eksternal Indonesia di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi," ujar Deputi Gubernur BI, Mirza Adityaswara di Gedung BI, Selasa (23/10/2018).
Alasan BI cukup masuk akal saat ini. BI menahan aksinya (yang hawkish) sebelum bunga acuan AS atau Fed Fund Rate (FFR) naik pada Desember 2018. Bank sentral sudah cukup pede pada bulan tersebut The Fed menaikkan suku bunganya.
"Suku bunga AS masih akan naik. Desember 2018, most likely naik satu kali. 2019 akan naik 3 kali, kemudian 2020 akan naik 1 kali. Tren akan naik. Dan kami memperhatikan bagaimana negara-negara tetangga suku bunganya seperti apa. Itu juga menjadi perhatian BI," kata Mirza.
Mempertahankan daya tarik, menjadi kunci untuk mendatangkan aliran modal atau inflow. Untuk saat ini, BI melihat aliran modal (mungkin) sudah cukup dan bisa menahan bengkaknya CAD.
"Dalam situasi bunga AS meningkat dan negara tetangga bunganya naik, aliran modal itu selalu melihat mengenai kondisi CAD, neraca pembayaran dan BI kebijakannya ke arah menjaga ketahanan," tambah Mirza.
Dengan menahan bunga acuan, BI tengah menyiapkan mental sebelum kenaikan bunga The Fed satu kali lagi.
"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan perekonomian seperti defisit transaksi berjalan, nilai tukar, stabilitas sistem keuangan, dan inflasi untuk menempuh langkah lanjutan guna memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," papar Mirza yang memimpin konferensi pers tersebut karena Gubernur BI Perry Warjiyo tengah berada di luar negeri.
(dru) Next Article Waspadai Ketidakpastian, Bunga Acuan BI 7-Day RR Tetap di 4%
"Keputusan tersebut konsisten dengan upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas aman dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik sehingga dapat semakin memperkuat ketahanan eksternal Indonesia di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi," ujar Deputi Gubernur BI, Mirza Adityaswara di Gedung BI, Selasa (23/10/2018).
Alasan BI cukup masuk akal saat ini. BI menahan aksinya (yang hawkish) sebelum bunga acuan AS atau Fed Fund Rate (FFR) naik pada Desember 2018. Bank sentral sudah cukup pede pada bulan tersebut The Fed menaikkan suku bunganya.
"Suku bunga AS masih akan naik. Desember 2018, most likely naik satu kali. 2019 akan naik 3 kali, kemudian 2020 akan naik 1 kali. Tren akan naik. Dan kami memperhatikan bagaimana negara-negara tetangga suku bunganya seperti apa. Itu juga menjadi perhatian BI," kata Mirza.
Mempertahankan daya tarik, menjadi kunci untuk mendatangkan aliran modal atau inflow. Untuk saat ini, BI melihat aliran modal (mungkin) sudah cukup dan bisa menahan bengkaknya CAD.
"Dalam situasi bunga AS meningkat dan negara tetangga bunganya naik, aliran modal itu selalu melihat mengenai kondisi CAD, neraca pembayaran dan BI kebijakannya ke arah menjaga ketahanan," tambah Mirza.
Dengan menahan bunga acuan, BI tengah menyiapkan mental sebelum kenaikan bunga The Fed satu kali lagi.
"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan perekonomian seperti defisit transaksi berjalan, nilai tukar, stabilitas sistem keuangan, dan inflasi untuk menempuh langkah lanjutan guna memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," papar Mirza yang memimpin konferensi pers tersebut karena Gubernur BI Perry Warjiyo tengah berada di luar negeri.
Beberapa Pandangan Analis
Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan ruang kenaikan bunga acuan BI masih ada di sisa dua bulan ke depan.
"Ke depan kita melihat bahwa masih ada ruang bagi BI untuk meningkatkan BI 7-Day RR untuk antisipasi ketidakpastian global, pengetatan moneter global dan pelebaran CAD. Kami memperkirakan CAD bergerak mendekati 3% PDB di akhir 2018," kata Andry.
Sementara, dalam riset Bahana Macro Data Flash yang dikirimkan Satria Sambijantoro dan Ananka mengungkapkan kondisi ekonomi Indonesia lebih stabil belakangan sehingga BI bisa mempertahankan bunga acuannya.
"BI tengah mengisi ulang amunisinya sebelum memulai pengetatan moneter di November. Hal ini dikarenakan hampir pasti The Fed menaikkan bunganya di Desember 2018," tutur riset Bahana tersebut.
Sementara, Wisnu Wardana Ekonom Bank Danamon mengatakan kenaikan 25 bps bunga acuan BI akan terjadi di akhir 2018. "Keputusan BI mempertahankan bunga untuk menahan CAD di kuartal IV 2018. Kita memproyeksikan satu lagi kenaikan bunga 25 bps di akhir 2018," jelas Wisnu.
Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan ruang kenaikan bunga acuan BI masih ada di sisa dua bulan ke depan.
"Ke depan kita melihat bahwa masih ada ruang bagi BI untuk meningkatkan BI 7-Day RR untuk antisipasi ketidakpastian global, pengetatan moneter global dan pelebaran CAD. Kami memperkirakan CAD bergerak mendekati 3% PDB di akhir 2018," kata Andry.
Sementara, dalam riset Bahana Macro Data Flash yang dikirimkan Satria Sambijantoro dan Ananka mengungkapkan kondisi ekonomi Indonesia lebih stabil belakangan sehingga BI bisa mempertahankan bunga acuannya.
"BI tengah mengisi ulang amunisinya sebelum memulai pengetatan moneter di November. Hal ini dikarenakan hampir pasti The Fed menaikkan bunganya di Desember 2018," tutur riset Bahana tersebut.
Sementara, Wisnu Wardana Ekonom Bank Danamon mengatakan kenaikan 25 bps bunga acuan BI akan terjadi di akhir 2018. "Keputusan BI mempertahankan bunga untuk menahan CAD di kuartal IV 2018. Kita memproyeksikan satu lagi kenaikan bunga 25 bps di akhir 2018," jelas Wisnu.
![]() |
(dru) Next Article Waspadai Ketidakpastian, Bunga Acuan BI 7-Day RR Tetap di 4%
Most Popular