Internasional

Sinyal The Fed Ini Luput dari Perhatian Wall Street

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
18 October 2018 13:11
Pasar tampaknya hanya membaca sinyal The Fed soal inflasi dan mengabaikan isu ketidakseimbangan keuangan.
Gubernur The Fed Jerome Powell (Foto: Reuters)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve telah mengirim pesan ke pasar dan menyampaikan niatnya untuk terus menaikkan suku bunga demi mencegah inflasi yang tinggi dan untuk menjauhkan pasar keuangan dari tekanan.

Namun, pasar tampaknya membaca bagian inflasi saja.



Hasilnya, telah terjadi perbedaan pendapat yang membagi pasar jadi dua kubu.

Wall Street tetap lebih yakin soal kenaikan suku bunga di masa depan dibandingkan proyeksi yang diindikasikan The Fed, dan satu masalah yang terjadi tampaknya adalah pasar tidak memerhatikan sinyal tentang keinginan bank sentral untuk menjaga harga aset terkendali.

Hal itu tetap terjadi meskipun risalah dari pertemuan September Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dirilis Rabu kembali menggarisbawahi fokus pembuat kebijakan pada kinerja saham, obligasi korporasi, dan aset berisiko lainnya.

FOMC sekali lagi menekankan hal tersebut ketika mengatakan bahwa "sejumlah" anggota komite mengindikasikan Fed untuk mendorong suku bunga acuannya lebih tinggi dari tingkat jangka panjang "untuk mengurangi risiko overshooting berkelanjutan' dari target inflasi 2% "atau risiko yang ditimbulkan oleh ketidakseimbangan keuangan yang signifikan."

Para pengamat pasar memilih untuk fokus pada bagian inflasi.

[Gambas:Video CNBC]
Menaikkan suku bunga di atas apa yang disebut tingkat netral "adalah satu kesatuan dengan menjaga inflasi dari overheating," tulis Jim Caron, managing director di Morgan Stanley Investment Management.

"Hanya" beberapa anggota FOMC yang berpendapat kebijakan perlu menjadi restriktif, kata Paul Ashworth, kepala ekonom AS di Capital Economics, yang menambahkan bahwa sebagian besar anggota ingin menaikkan bunga acuan karena kekhawatiran inflasi.

Robert Frick, ekonom perusahaan dengan Uni Federal Credit Union, juga mencatat bahwa kenaikan suku bunga yang dipercepat akan diperlukan "untuk mencegah kemungkinan inflasi."

The Fed telah mendapat kecaman, dari Presiden Donald Trump dan pihak lainnya, karena terus meningkatkan suku bunga bahkan saat menghadapi tekanan inflasi yang kecil. Risalah mencatat bahwa sebagian besar alat pengukur menunjukkan inflasi naik sekitar 2% atau sedikit di atasnya, dengan sedikit keyakinan bahwa angka tersebut akan terus meningkat.

Namun pejabat The Fed mengkhawatirkan banyak hal dan bukan hanya tentang tekanan harga dan upah.

Gubernur The Fed Jerome Powell, saat berbicara dalam acara tahunan bank sentral di Jackson Hole, Wyoming, di Agustus, menjelaskan kekhawatirannya.



Powell mengatakan pada saat inflasi muncul dalam perekonomian, seringnya mereka terlambat untuk melakukan tindakan. Padahal, dia mengatakan biasanya tanda-tandanya muncul pertama kali di pasar keuangan, lalu menyebar.

"Apa pun penyebabnya, menjelang dua resesi terakhir, ketidakstabilan berlebihan muncul lebih sering di pasar keuangan dibandingkan inflasi. Dengan demikian, manajemen risiko menyarankan melihat melampaui infflasi untuk tanda-tanda tersebut," katanya saat itu, melansir CNBC International.

Powell memiliki latar belakang yang berbeda dari pendahulunya sebagai Gubernur Fed. Dia tidak memiliki gelar PhD di bidang ekonomi, di mana pengalamannya menjadi lebih berbasis pasar.

Sinyal The Fed Ini Luput dari Perhatian Wall StreetFoto: CNBC Indonesia/ Edward Ricardo
Sehingga sedikit wajar jika dia lebih fokus pada ketidakseimbangan daripada mereka yang telah menduduki posisi teratas bank sentral.

Meskipun saat ini volatilias tinggi, namun harga saham mencapai laju kenaikan tertinggi yang pernah terjadi.

S&P 500 naik 322% dari posisi terendah saat krisis keuangan dan diperdagangkan pada 15,7 kali dari laba ke depan, di atas rata-rata 14,5 kali selama dekade terakhir.

Ukuran lain yang melihat valuasi selama dekade terakhir, rasio Cyclically Adjust Price to Earnings, yang dikembangkan oleh ekonom peraih Nobel Robert Shiller, menunjukkan perdagangan indeks di bawah rekor gelembung dotcom tetapi ada di sekitar tingkat yang sama dengan kejatuhan tahun 1929.



"Mungkin ada risiko yang lebih besar terkait dengan ekses pasar keuangan daripada inflasi tradisional," kata Kathy Jones, kepala strategi pendapatan tetap di Charles Schwab.

Namun, saat ini, pasar dan the Fed masih terpisah dari apa yang menghadang di depan. The Fed telah memperkirakan kenaikan suku bunga lagi pada 2018, yang telah di-price in oleh pasar, serta tiga lagi pada 2019, yang belum di-price in.
(prm) Next Article The Fed Berkorban 'Cetak Uang' Ratusan Triliun Demi Ekonomi

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular