Optimisme Perdagangan Bawa Dow Jones Cetak Rekor

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
03 October 2018 06:35
Dow Jones Industrial Average menembus rekor tertinggi baru pada perdagangan hari Selasa menyusul optimisme para pelaku pasar mengenai situasi perdagangan global
Wall Street (Foto: REUTERS/Brendan McDermid)
Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu indeks acuan Wall Street, Dow Jones Industrial Average, menembus rekor tertinggi baru pada perdagangan hari Selasa (2/10/2018) menyusul optimisme para pelaku pasar mengenai situasi perdagangan global.

Indeks beranggotakan 30 saham itu ditutup melompat 0,46% atau 122,73 poin ke 26.773,94 untuk kali pertama sejak 21 September lalu. Penguatan ini didorong oleh kenaikan saham Intel lebih dari 3,5% dan Boeing yang menyentuh harga tertinggi sepanjang sejarah, CNBC International melaporkan.



Namun, indeks S&P 500 ditutup turun tipis 0,04% ke 2.923,43 dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,47% menjadi 7.999,55.

Saham Amazon turun 1,6% setelah perusahaan mengumumkan akan menaikkan upah minimum seluruh pekerjanya di Amerika Serikat (AS) menjadi US$15 (Rp 223.500) per jam. Sementara itu, saham Facebook yang baru saja terkena skandal peretasan anjlok hampir 2%.

Saham-saham mulai bergerak menguat setelah Kanada bergabung dengan AS dan Meksiko dalam kesepakatan perdagangan baru yang akan menggantikan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) yang berulang kali diprotes Presiden AS Donald Trump. Kesepakatan baru itu akan diberi nama Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA).

"Reaksi pasar menunjukkan bahwa investor kini tidak terlalu mencemaskan perang dagang," kata Jennifer Ellison, principal di BOS. "Ini lebih kepada tanda kelegaan."

Boeing dan Caterpillar, yang sangat terekspos oleh perdagangan global, melompat masing-masing 1,1% dan 1,7% hari Selasa.

Investor kini menantikan perkembangan perseteruan dagang antara AS dan China yang masih juga belum menunjukkan kemajuan berarti.

Selain itu, kecemasan terkait kondisi politik dan ekonomi Italia membatasi gerak penguatan Wall Street.



Pemerintah Italia telah menetapkan target defisit anggaran 2019 berada di 2,4% atau sekitar tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan angka yang diharapkan Uni Eropa (UE). Investor khawatir akan tingginya utang pemerintah Italia.

Di lain pihak, Kepala Perekonomian Partai Liga Claudio Borghi berkata dirinya yakin sebagian besar masalah ekonomi negara itu akan selesai bila kembali menggunakan mata uangnya sendiri.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular