
Italia, Sudah Sewindu Tak di Dekatmu
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 October 2018 12:00

Sewindu berlalu, kini potensi masalah serupa kembali mengemuka. Pemerintahan Italia pimpinan Perdana Menteri Guiseppe Conte menargetkan defisit anggaran 2019-2021 di angka 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal pemerintahan sebelumnya berkomitmen menekan defisit ke 0,8% PDB pada 2019 dan membuat anggaran seimbang (balance budget) pada 2020.
Pemerintahan dan parlemen Italia memang cenderung populis karena didominasi oleh koalisi Liga dan Gerakan Bintang Lima yang berhaluan kanan-tengah. Italia akan memperbesar anggaran subsidi bagi rakyat miskin dan para pensiunan.
"Anggaran ini masih masuk akal dan berani. Anggaran ini akan menjamin pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan kemajuan sosial signifikan," tutur Conte, mengutip Reuters.
Kini risiko krisis fiskal bisa terulang kembali, karena pemerintahan PM Conte yang agresif bisa berujung pada peningkatan utang. Akhir tahun lalu saja, utang pemerintah sudah sangat besar yaitu 131,8% PDB. Anggaran yang ekspansif sangat mungkin membuat angka ini semakin membengkak, sehingga risiko utang Italia meningkat.
Mengutip Reuters, dinamika di Italia membuat Eropa diliputi kecemasan. Mark Rutte, PM Belanda, menyebut kondisi di Italia sangat mengkhawatirkan.
"Kami sangat khawatir tentang ini. Kebijakan semacam ini akan mengganggu pasar," tegas Rutte, dikutip dari Reuters.
Gara-gara Italia, euro tertekan. Akhir pekan lalu, euro melemah 0,27% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), dan kemungkinan depresiasi akan berlanjut hari ini.
Akibat euro yang melemah, dolar AS semakin semena-mena. Pada pukul 11:41 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,08%. Dollar Index menguat secara konsisten sejak akhir pekan lalu, utamanya karena euro sang rival sedang lesu karena Italia.
Sudah sewindu tak dekat, kini Italia kembali mengakrabi pelaku pasar. Namun bukan akrab dalam hal positif, tetapi kembali dengan masalah yang hampir sama.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pemerintahan dan parlemen Italia memang cenderung populis karena didominasi oleh koalisi Liga dan Gerakan Bintang Lima yang berhaluan kanan-tengah. Italia akan memperbesar anggaran subsidi bagi rakyat miskin dan para pensiunan.
"Anggaran ini masih masuk akal dan berani. Anggaran ini akan menjamin pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan kemajuan sosial signifikan," tutur Conte, mengutip Reuters.
Mengutip Reuters, dinamika di Italia membuat Eropa diliputi kecemasan. Mark Rutte, PM Belanda, menyebut kondisi di Italia sangat mengkhawatirkan.
"Kami sangat khawatir tentang ini. Kebijakan semacam ini akan mengganggu pasar," tegas Rutte, dikutip dari Reuters.
Gara-gara Italia, euro tertekan. Akhir pekan lalu, euro melemah 0,27% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), dan kemungkinan depresiasi akan berlanjut hari ini.
Akibat euro yang melemah, dolar AS semakin semena-mena. Pada pukul 11:41 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,08%. Dollar Index menguat secara konsisten sejak akhir pekan lalu, utamanya karena euro sang rival sedang lesu karena Italia.
Sudah sewindu tak dekat, kini Italia kembali mengakrabi pelaku pasar. Namun bukan akrab dalam hal positif, tetapi kembali dengan masalah yang hampir sama.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages
Most Popular