Investor 'Menghukum' Italia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 October 2018 15:28
Investor 'Menghukum' Italia
Ilustrasi Euro (REUTERS/Kai Pfaffenbach)
Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan terhadap pasar keuangan Italia semakin menjadi setelah pemerintah mengumumkan rencana anggaran yang lebih agresif bin ekspansif. Pelaku pasar sepertinya sedang 'menghukum' Italia.

Pada Senin (1/10/2018), harga obligasi pemerintah Italia di semua tenor mengalami penurunan. Berikut perkembangan harga obligasi pemerintah Italia pada pukul 14:39 WIB:

Periode (Tahun)Harga (%)Perubahan (Poin)
199.176-0.009
298.671-0.152
395.87-0.342
4109.546-0.474
594.222-0.461
6109.157-0.56
791.776-0.544
8110.536-0.593
993.849-0.51
1096.776-0.462
1589.652-0.539
2091.568-0.366
25116.92-0.638
3095.47-0.249

Saat harga turun, maka imbal hasil (yield) akan bergerak ke atas. Sebab agar bisa menjual sebuah produk yang harganya sedang turun, pasar tenti harus memberikan pemanis yaitu imbalan yang lebih tinggi.

Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah Italia pada pukul 14:47 WIB:

Periode (Tahun)Yield (%)Perubahan (Poin)
10.80.04
21.1550.103
31.7410.155
42.10590.145
52.3620.128
62.69950.117
72.850.106
82.94010.094
93.0430.079
103.2040.061
153.3720.057
203.5780.031
253.76340.038
303.7420.018

Italia adalah perekonomian terbesar ketiga di Eropa. Saat pelaku pasar menghindari Italia, maka hasilnya adalah mata uang euro akan melemah.

Pada pukul 14:51 WIB, euro melemah 0,11% di hadapan dolar AS. Akhir pekan lalu, euro juga melemah 0,27% terhadap greenback.

Semua ini karena akhir pekan lalu pemerintahan Perdana Menteri Giuseppe Conte mengajukan rencana anggaran 2019, di mana defisit fiskal diperkirakan mencapai 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih tinggi dibandingkan target tahun ini yaitu 1,6% PDB. Tidak hanya untuk 2019, defisit sebesar itu akan bertahan hingga 2021.

Padahal, pemerintahan sebelumnya menargetkan defisit anggaran 2019 ada di kisaran 0,8% PDB. Bahkan pada 2020 pemerintah ingin memiliki anggaran seimbang (balance budget). Pelaku pasar grogi karena teringat pada kejadian 2009-2010, di mana Italia mengalami krisis fiskal akibat anggaran negara yang terlalu agresif. Meski reda, tetapi risiko utang Italia masih tinggi karena rasio utang pemerintah yang mencapai 131,8% PDB pada akhir 2017.

Sewindu lalu, krisis fiskal di Italia menjadi sentimen negatif di pasar keuangan global. Oleh karena itu, investor cemas risiko yang sama akan kembali terulang.

Sikap cemas ini diwujudkan dengan melepas aset-aset di Italia, apalagi surat utang, karena risiko gagal bayar (default) akan meningkat jika utang pemerintah kian menggunung. Kalau ini terus terjadi, bukan tidak mungkin kondisi sewindu lalu akan terjadi lagi.

Melihat risiko di besar di Benua Biru, investor bermain aman dan mengalihkan dana ke aset-aset safe haven. Pilihan utama pelaku pasar adalah dolar AS, sehingga mata uang Negeri Adidaya kian menguat.

Pada pukul 15:08 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama) masih menguat 0,06%. Dollar Index terus menguat sejak akhir pekan lalu, utamanya karena prahara di Italia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular