
Sepi Peminat, Nilai Emisi Obligasi FIF Turun Jadi Rp 1,3 T
Monica Wareza, CNBC Indonesia
26 September 2018 10:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai emisi dari obligasi yang diterbitkan PT Federal International Finance (FIF) mengalami penurunan jumlah emisi lantaran daya serap pasar yang rendah karena yield obligasi yang meningkat. Akibatnya, dari target penerbitan Rp 1,5 triliun, perusahaan hanya merealisasikan sebesar Rp 1,3 triliun saja.
Direktur Danareksa Sekuritas Boumediene H. Sihombing mengatakan yield obligasi sudah meningkat tinggi, terparah terjadi sejak satu bulan terakhir sehingga obligasi korporasi yang diterbitkan harus mengikut kondisi pasar saat ini.
"Yield naik karena suku bunga naik, kalau mengejar di market mau buang dimana. Jadi sesuai target yield saja (yang diterbitkan). Semua yg masuk ke pasar turun. Kalau tidak mau yield market ya akhirnya tidak bisa capai target," kata Boumediene di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (26/9).
Menurut dia, yield obligasi sudah meningkat di kisaran 100 bps-200 bps sejak awal tahun. Sehingga kondisi tersebut menyebabkan kenaikan tingat bunga yang lebih tinggi.
Terbukti dengan obligasi yang baru saja dicatatkan oleh FIF yang senilai Rp 1,3 triliun dalam seri A senilai Rp 639,26 miliar dengan tingkat bunga sebesar 7,50% dan tenor 370 hari. Kemudian seri B sebesar Rp 661,18 miliar dan bunga 8,75% dan akan jatuh tempo setelah 36 bulan.
Nilai kupon tersebut lebih tinggi ketimbang dengan obligasii yang sama yang diterbitkan oleh perusahaan di awal tahun lalu. Dengan nilai emisi dua kali lebih besar senilai Rp 3 triliun perusahaan memperoleh kupon 6,1% untuk seri A dan 7,45% untuk seri B.
Sementara itu, Direktur Keuangan FIF hugeng Gozali mengatakan bahwa nilai penerbitan tersebut merupakan nilai yang maksimal diminta oleh investor.
Dalam penerbitan kali ini, jumlah investor ritel dinilai lebih banyak permintaan dari investor ritel ketimbang investor institusi. Investor ritel mendominasi 2/3 dari total investor obligasi tersebut.
Nilai penerbitan yang lebih rendah daripada rencana awal dan tingkat kupon yang lebih tinggi ini terjadi ketika bunga obligasi negara yang menjadi acuan suku bunga obligasi korporasi juga tengah mengalami kenaikan.
Biasanya, tingginya tingkat suku bunga yang tinggi juga dijadikan alasan bagi korporasi yang akan menerbitkan surat utang untuk menunda penerbitan atau menurunkan jumlah emisinya ditengah kurang kondusifnya minat investor.
Saat ini, tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah yang menjadi tenor 5 tahun berada pada 8,15%, di atas posisi akhir Juni 7,6% dan posisi akhir Maret 5,93%.
(roy) Next Article Timah Rilis Surat Utang Rp 1,19 Triliun
Direktur Danareksa Sekuritas Boumediene H. Sihombing mengatakan yield obligasi sudah meningkat tinggi, terparah terjadi sejak satu bulan terakhir sehingga obligasi korporasi yang diterbitkan harus mengikut kondisi pasar saat ini.
"Yield naik karena suku bunga naik, kalau mengejar di market mau buang dimana. Jadi sesuai target yield saja (yang diterbitkan). Semua yg masuk ke pasar turun. Kalau tidak mau yield market ya akhirnya tidak bisa capai target," kata Boumediene di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (26/9).
Terbukti dengan obligasi yang baru saja dicatatkan oleh FIF yang senilai Rp 1,3 triliun dalam seri A senilai Rp 639,26 miliar dengan tingkat bunga sebesar 7,50% dan tenor 370 hari. Kemudian seri B sebesar Rp 661,18 miliar dan bunga 8,75% dan akan jatuh tempo setelah 36 bulan.
Nilai kupon tersebut lebih tinggi ketimbang dengan obligasii yang sama yang diterbitkan oleh perusahaan di awal tahun lalu. Dengan nilai emisi dua kali lebih besar senilai Rp 3 triliun perusahaan memperoleh kupon 6,1% untuk seri A dan 7,45% untuk seri B.
Sementara itu, Direktur Keuangan FIF hugeng Gozali mengatakan bahwa nilai penerbitan tersebut merupakan nilai yang maksimal diminta oleh investor.
Dalam penerbitan kali ini, jumlah investor ritel dinilai lebih banyak permintaan dari investor ritel ketimbang investor institusi. Investor ritel mendominasi 2/3 dari total investor obligasi tersebut.
Nilai penerbitan yang lebih rendah daripada rencana awal dan tingkat kupon yang lebih tinggi ini terjadi ketika bunga obligasi negara yang menjadi acuan suku bunga obligasi korporasi juga tengah mengalami kenaikan.
Biasanya, tingginya tingkat suku bunga yang tinggi juga dijadikan alasan bagi korporasi yang akan menerbitkan surat utang untuk menunda penerbitan atau menurunkan jumlah emisinya ditengah kurang kondusifnya minat investor.
Saat ini, tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah yang menjadi tenor 5 tahun berada pada 8,15%, di atas posisi akhir Juni 7,6% dan posisi akhir Maret 5,93%.
(roy) Next Article Timah Rilis Surat Utang Rp 1,19 Triliun
Most Popular